Kwakk! Kwakk! Kwakk!
Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Suara aneh mengerikan terdengar dari belakang mereka bersamaan dengan getaran hebat di tanah. Tidak melihatpun, Sion dan yang lainnya tahu, ada makhluk aneh yang mendekat. Dari suara dan getaran yang ada, jumlahnya juga sangat luar biasa.Tidak membuang waktu, Sion dan yang lainnya segera berlari mengejar sosok yang telah berlari di depan mereka terlebih dahulu. Apapun yang ada di belakang mereka sekarang, mereka tidak mau menghadapinya.Berlari terus tanpa melihat ke belakang, Sion dan pengawalnya bisa merasa jelas makhluk-makhluk di belakang mereka mengejar. Suara yang ada semakin kuat, begitu juga dengan getaran di tanah tempat mereka berpijak. Sosok misterius yang ada di depan mereka kemudian mengangkat tangan kanannya dan menunjuk sesuatu di depan.Menatap arah yang ditunjuk sosok tersebut, Sion dan yang lainnya kemudian melihat pintu sebuah gua. Pintu gua tersebut tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Apa yang ada di dalamnya, mereka tidak tahu, tapi mereka juga tidak memiliki waktu memikirkannya karena suara mengerikan yang ada kian mendekat.Mengikuti sosok itu memasuki gua, Sion melihatnya segera berdiri di depan pintu gua saat semuanya telah masuk. Tangan kirinya melepaskan tali tas yang dipegangnya. Menyatukan kedua telapak tangannya, aksara-aksara sihir yang bercahaya muncul mengelilinginya. Melayang, aksara-aksara sihir itu kemudian terbang ke arah pintu gua dan membentuk sebuah dinding pelindung yang memisahkan mereka dengan dunia di luar sana.Keheningan memenuhi mereka yang ada dalam gua. Suara mengerikan dan getaran di atas tanah yang mereka dengar dan rasakan menghilang seketika seakan tidak pernah ada. Menatap sosok itu sambil menelan ludah, Sion benar tidak tahu sihir apa yang barusan digunakannya.Mengambil kembali tali tas yang dilepaskannya, sosok misterius tersebut kembali menatap Sion dan yang lainnya. Bola cahaya yang dibuatnya masih ada dan menerangi pandangan mereka dalam gua yang ternyata sangat luas. Sekali lagi, tidak ada seorangpun yang mengatakan sepatah katapun hingga tiba-tiba Harris berteriak panik. "Alexis! Alexis! Kau tidak apa-apa?!"Alexis yang mengalami luka parah memiliki wajah yang sangat pucat sekarang. Darah mulai merembes di tangan kanannya yang hilang. "A-aku t-tidak apa-apa.. " menjawab terbata-bata, dia berusaha mempertahankan kesadarannya yang kian sulit dilakukan.Sion segera mendekati Alexis. Menatap khawatir pengawalnya tersebut, dia merasa sangat bersalah, sebab dialah yang memiliki insiatif memasuki pergunungn ini tidak peduli resiko yang ada."Ikut." Sosok misterius itu kembali mengucapkan satu kata meminta Sion dan yang lainnya mengikuti dirinya. Berjalan, dia menoleh menatap mereka yang masih penuh kebingungan dan kewaspadaan.Semua pengawal yang ada kemudian menatap Sion yang dengan perlahan mengangguk kepala. Seperti sebelumnya, mereka tidak memiliki pilihan. Mereka hanya bisa berharap sosok misterius tersebut benar-benar merupakan teman, dan tempat dimana dia akan membawa mereka bukanlah jebakan."Bertahanlan," Harris mengendong Alexis di punggungnya. Rekannya tersebut terlihat jelas tidak dapat berjalan lagi, dan dia berharap tempat yang akan mereka tuju akan menyelamatkannya. "Aku tidak mengijinkanmu mati seperti itu saja. Aku masih menunggu traktiran birmu."Alexis tersenyum dan membiarkan Harris membantunya. Matanya perlahan menatap rekan-rekannya yang juga menatapnya penuh kekhawatiran. "A-aku t-tidak akan m-mati di sini..."Berjalan memasuki gua semakin dalam, Sion dan yang lainnya bisa merasa bahwa gua ini sungguh sangat besar. Langit-langit gua sangat tinggi, dan mereka sama sekali tidak dapat melihat dinding gua. Namun, yang paling jelas adalah mereka menyadari tanah tempat mereka berpijak telah berubah. Tidak lagi merupakan tanah hitam becek, tanah tempat mereka menginjak sekarang adalah tanah kering normal seperti di luar Pergunungan Terkutuk Knox, begitu juga dengan suhu udara yang tidak naik turun dengan dratis tanpa dapat dipredeksi.Secercah harapan muncul dalam hati Sion, dia berharap mereka sungguh berada dalam jalur yang benar untuk keluar dari pergunungan terkutuk ini, dan segera menemukan pertolongan untuk menyelamatkan Alexis. Bagaimanapun juga dia tidak ingin bawahannya mati karena dirinya, walau yang bersangkutan bersedia."Kita akan segera keluar dari pergunungan terkutuk ini, Alexis," ujar Harris tiba-tiba. Dia yang mengendong Alexis di punggungnya bisa merasa rekannya tersebut semakin lemah. "Jadi, bertahanlah."Alexis tidak sanggup membalas lagi, dia hanya dapat mengangguk lemah. Menutup mata, dia merasa dirinya mungkin benar-benar tidak akan selamat, tapi meski begitu, dia berharap tuan dan rekan-rekannya dapat meninggalkan tempat terkutuk ini dengan selamat."Jangan tutup matamu, Alexis." Perintah Thermis keras saat melihat Alexis menutup matanya. Bagaimanapun juga akan sangat berbahaya bagi Alexis jika dia kehilangan kesadaran sekarang.Alexis membuka mata dan berusaha tersenyum menatap wajah Thermis yang serius, dan sejujurnya, dia juga menyadari pandangan penuh kekhawatiran semua rekan serta tuan mereka yang terarah padanya. Ah, dia sungguh telah menjadi beban dan merepotkan mereka samua.Terus berjalan dalam kegelapan gua, apa yang Sion dan pengawalnya lihat kemudian membuat mereka tidak dapat berkata-kata. Tidak jauh di depan mereka, mereka bisa melihat cahaya yang bersinar memasuki gua gelap gulita di mana mereka berada.Pintu keluar gua dan cahaya matahari.Sion dan pengawalnya melihat sebuah pintu keluar besar dengan cahaya matahari kemerahan sore hari yang bersinar memasukinya. Rasa syukur dan juga gembira memenuhi hati mereka—apakah mereka telah keluar dari Pergunungan Terkutuk Knox?Mempercepat langkah kaki mereka menuju pintu keluar gua yang terlihat, Sion menoleh menatap sosok misterius di depannya yang kemudian mencabut sihir bola cahaya. Cahaya matahari yang masuk melalui pintu besar gua sudah cukup membuat mereka melihat sekeliling dengan baik. Bola cahaya yang melayang menerangi jalan mereka sudah tidak dibutuhkan lagi.Perlahan, sosok misterius itu kemudian menurunkan kerudung yang menutupi wajah, dan untuk pertama kalinya, Sion berserta para pengawalnya bisa melihat dia dengan baik.Seorang pria.Sosok misterius itu adalah seorang pria muda yang sangat tampan. Dia terlihat jelas merupakan seoranf manusia. Namun, garis-garis wajahnya sangat unik jika dibandingkan dengan semua penghuni benua Avelon. Kulitnya berwarna putih bersih, dan yang paling mencolok adalah mata dan rambutnya yang berwarna hitam legam bagaikan malam—tidak pernah mereka melihat atau mendengar adanya manusia dengan fitur fisik seperti ini sebelumnya.Sion dan pengawalnya tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Dunia di luar pintu gua yang mereka lihat bukanlah tempat yang mereka kenal. Cahaya matahari sore dan langit tetap sama, tetapi sekeliling mereka terasa sungguh aneh. Pohon-pohon yang ada sangat besar dan tua, bahkan banyak dari pohon, tumbuhan dan bunga yang mereka lalui adalah jenis tumbuhan yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Udara yang ada juga sangat bersih dan segar. Tempat ini terasa seakan bukanlah lagi benua Avelon di mana mereka hidup.Berlari mengikuti pria berambut hitam bagaikan langit malam tersebut, Sion dan yang lainnya menatap lekat punggunya. Mereka yakin dia manusia, secara fisik, dia tidak berbeda dengan mereka. Kalaupun yang ada, perbedaannya terletak pada warna kulit putih bersih, garis-garis muka dan juga warna rambut serta mata."Alexis," memanggil Alexis yang ada di punggungnya, Harris menoleh menatap wajah pucat pasi rekannya tersebut. "Kau masih hidup, kan?"Alexis tertawa pelan mendengar
Alexis menggerakkan lengannya dan jari-jemarinya. Kedua matanya yang masih terbelalak sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan takjud dan tidak percaya yang ada. Apakah dia sedang bermimpi? Bagaimana bisa lengannya yang telah putus dapat kembali?Menatap kembali wanita berambut hitam yang tersenyum kepadanya, Alexis tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu dia harus mengucapkan terima kasih akan keajaiban yang diberikan padanya, tapi dia benar tidak dapat menemukan suaranya.Menggerakkan tangannya lagi, telapak tangan wanita berambut hitam itu terarah pada Alexis. Cahaya hangat kembali muncul dan menyembuhkan luka-luka lainnya yang ada. Badannya yang terasa berat menjadi ringan, dan meski tidak pulih seratus persen, dia tahu, dirinya telah selamat dari pintu kematian.Menatap terus wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh lukanya, Alexis kemudian mengucapkan terima kasih dengan ekspresi tidak percaya yang masih belum menghilang di wajahnya. Suaranya bergetar pelan. "
"Aku benar-benar bisa melihat dengan sempurna!!" berseru penuh kebahagiaan, Thermis menatap Nilla yang sedari tadi terus mengamati mata kanannya."Bagaimana bisa?" gumam Nilla pelan. Sadar akan ucapannya yang bisa mengundang salah paham, dia segera menjelaskan. "Ah—maksudku, bagaimana bisa ada kekuatan penyembuh yang bisa menyembuhkan mata seseorang yang telah hancur lima tahun lalu?"Thermis mengangguk kepala, dia mengerti kebingungan Nilla, dan bahkan sesungguhnya dia juga tidak akan percaya dengan kemampuan tersebut jika tidak melihat dan mengalaminya sendiri.Menoleh menatap George yang sedang sparing dengan Reis dan Tiffa, Thermis tersenyum. Dia bisa melihat tawa di wajah George yang terus bergerak dengan cepat dan enerjik. Sepetinya, pria paruh baya tersebut juga sangat bahagia dengan apa yang terjadi padanya. "Tapi, aku tidak peduli. Kurasa George dan Alexis juga tidak peduli," tersenyum lagi, dia menoleh pada Alexis yang duduk tidak jauh darinya. "Benar, kan?"Alexis tertawa k
Duduk mengelilingi api unggun yang dinyalakan, Tiffa menarik selimut yang diberikan Yue kepadanya. Meski berada dalam tempat terbuka pada malam hari, dia tidak merasa kedinginan sedikitpun berkat selimut yang ternyata terbuat dari bulu Fire Bear.Fire Bear.Fire Bear adalah monster sihir besar yang sangat ditakuti banyak orang. Mereka disebut Fire Bear karena mereka bisa menggunkan sihir menyelubungi seluruh tubuh mereka dengan api yng sangat kuat. Mereka juga sangat kuat dan agresif, sekali mengamuk, akan dibutuhkan satu pasukan untuk mengehentikannya. Untungnya, Fire Bear memiliki habitat yang cukup jauh dari pemukiman manusia, mereka bahkan tergolong monster yang langkah. Bulu mereka sendiri bernilai sangat tinggi dan dicari banyak orang, sebab bulu tersebut adalah bahan baku utama untuk membuat Armor tahan akan api yang berkualitas tinggi. Karena itulah, Tiffa tidak mengerti, bagaimana Ling dan Yue memiliki bulu Fire Bear sebanyak ini dan diberikan pada mereka sebagai selimut.Men
Tidak ada yang aneh dalam sup daging buatan Ling. Masakannya sungguh enak. Dengan daging, kentang wortel serta sayuran yang banyak, satu mangkuk sudah cukup mengenyangkan perut Sion dan yang pengawalnya.Mengamati Ling dan Yue yang juga telah selesai makan, Sion melihat sepasang suami-istri itu sedang berbincang penuh senyum dengan Xing Xing yang tertidur pulas dalam pelukan sang ibu. Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi mereka terlihat sangat harmonis dan—dapat dipercaya. Bolehkah?—bisakah dia mempercayai mereka yang dia sendiri tidak yakin manusia atau bukan?"Yang Mulia," panggil Ophelia pelan. Dia mengerti sekali apa yang ada dalam pikiran Sion sekarang, sebab, bagaimanapun juga dia melihatnya tumbuh besar. "Hamba merasa, kita bisa meminta bantuan mereka."Sion dan yang lainnya menoleh menatap Ophelia. "Kenapa kau berkata seperti itu, Ophelia?" tanya Sion."Hamba merasa mereka dapat dipercayai." Jawab Ophelia. Kedua matanya menatap lurus Sion tanpa keraguan."Ophelia dan
Nilla kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Berusaha memutar otak memikirkan cara menyampaikan keinginan Sion, dia menutup matanya. Membuka mata, dia menghapus semua gambar yang ada dan mulai membuat gambar baru. Menggambar wajah Ling dan Yue sebisa mungkin, dia menarik sebuah garis menghubungkan keduanya, lalu di tengah garis tersebut, dia menarik satu garis turun dan menggambar wajah Xing Xing."Itu kita, kan?" tanya Yue pelan. Kedua mata hitamnya menatap lekat gambar Nilla yang menurutnya sangat bagus. Tangannya menepuk punggung Xing Xing yang masih tertidur pulas meskipun mereka dari tadi bersuara. "Dan, itu gambar silsilah keluarga, kan?""Kurasa juga begitu." Balas Ling. Menatap Nilla bingung, dia tidak tahu apa yang ingin disampaikannya dengan menggambar silsilah keluarga mereka.Nilla mengangkat kepala dan menunjuk gambarnya lalu Ling, Yue dan Xing Xing. Melihat mereka mengangguk kepala tanda mengerti, dia tersenyum dan kembali menggambar sebuah silsilah keluarga denga
Ling memasuki kamar tempat di mana Yue dan Xing Xing berada. Ekspresi datar dan dingin tanpa emosi di wajahnya melembut saat melihat istri dan anaknya yang berbaring di atas tempat tidur. Berjalan mendekat, dia duduk di samping Yue sambil menatap Xing Xing yang telah tenang dan tertidur kembali. "Kau tidak akan berpikir untuk membantu mereka, kan, Yue?" tanyanya pelan tanpa menoleh pada istrinya.Yue tersenyum mendengar pertanyaan Ling. Bangkit dari tempat tidur, dia ikut menatap Xing Xing yang tertidur, "Kau sendiri," balasnya pelan. "Kenapa kau menyelamatkan mereka?""Aku hanya tidak ingin mereka mati disini dan menjadi korup," jawab Ling cepat dan menoleh pada Yue. "Itu akan sangat menyebalkan.""Begitu?" tanya Yue lagi. Mempertahankan senyum di wajah, mata hitamnya menatap lurus Ling.Ling segera melingkar kedua tangannya pada pinggang Yue. "Benar. Kau tahu betapa merepotkannya jiwa dan raga korup, apalagi mereka adalah ksatria.""Baiklah, aku mengerti," balas Yue sambil tertawa k
Sion menatap bangunan rumah di depannya. Kemarin dia memang tidak melihatnya jelas, tapi hari ini, saat matahari telah terbit, dia bisa melihat bahwa rumah ini dibangun dengan sihir. Tanpa paku dan pelekat lainnya, keseluruhan, rumah ini sesungguhnya lebih tepat dikatakan sebuah pohon berbentuk rumah. Menjelajahi sekeliling, Sion bisa melihat kebun kecil dengan berbagai macam sayur dan buah yang tumbuh dengan subur di halaman belakang rumah."Jika tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, hamba tidak akan percaya ada tempat seperti ini dalam Pegunungan Terkutuk Knox." Ujar Serphen yang berada di samping Sion. Mengikuti dan manjaga tuannya dari segala kemungkinan berbahaya yang ada, dia juga mengamati sekeliling rumah.Malam telah berlalu, dan mereka melewatinya dengan tenang. Tidak ada yang aneh, dengan api unggun yang menyala serta selimut dari bulu Fire Bear, mereka berhasil melalui malam tanpa kedinginan."Apakah menurutmu mereka akan bersedia menyembuhkan Ellios, Serphen?" tanya