Share

Chapter 4

Kwakk! Kwakk! Kwakk!

Kwakk! Kwakk! Kwakk!

Kwakk! Kwakk! Kwakk!

Suara aneh mengerikan terdengar dari belakang mereka bersamaan dengan getaran hebat di tanah. Tidak melihatpun, Sion dan yang lainnya tahu, ada makhluk aneh yang mendekat. Dari suara dan getaran yang ada, jumlahnya juga sangat luar biasa.

Tidak membuang waktu, Sion dan yang lainnya segera berlari mengejar sosok yang telah berlari di depan mereka terlebih dahulu. Apapun yang ada di belakang mereka sekarang, mereka tidak mau menghadapinya.

Berlari terus tanpa melihat ke belakang, Sion dan pengawalnya bisa merasa jelas makhluk-makhluk di belakang mereka mengejar. Suara yang ada semakin kuat, begitu juga dengan getaran di tanah tempat mereka berpijak. Sosok misterius yang ada di depan mereka kemudian mengangkat tangan kanannya dan menunjuk sesuatu di depan.

Menatap arah yang ditunjuk sosok tersebut, Sion dan yang lainnya kemudian melihat pintu sebuah gua. Pintu gua tersebut tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. Apa yang ada di dalamnya, mereka tidak tahu, tapi mereka juga tidak memiliki waktu memikirkannya karena suara mengerikan yang ada kian mendekat.

Mengikuti sosok itu memasuki gua, Sion melihatnya segera berdiri di depan pintu gua saat semuanya telah masuk. Tangan kirinya melepaskan tali tas yang dipegangnya. Menyatukan kedua telapak tangannya, aksara-aksara sihir yang bercahaya muncul mengelilinginya. Melayang, aksara-aksara sihir itu kemudian terbang ke arah pintu gua dan membentuk sebuah dinding pelindung yang memisahkan mereka dengan dunia di luar sana.

Keheningan memenuhi mereka yang ada dalam gua. Suara mengerikan dan getaran di atas tanah yang mereka dengar dan rasakan menghilang seketika seakan tidak pernah ada. Menatap sosok itu sambil menelan ludah, Sion benar tidak tahu sihir apa yang barusan digunakannya.

Mengambil kembali tali tas yang dilepaskannya, sosok misterius tersebut kembali menatap Sion dan yang lainnya. Bola cahaya yang dibuatnya masih ada dan menerangi pandangan mereka dalam gua yang ternyata sangat luas. Sekali lagi, tidak ada seorangpun yang mengatakan sepatah katapun hingga tiba-tiba Harris berteriak panik. "Alexis! Alexis! Kau tidak apa-apa?!"

Alexis yang mengalami luka parah memiliki wajah yang sangat pucat sekarang. Darah mulai merembes di tangan kanannya yang hilang. "A-aku t-tidak apa-apa.. " menjawab terbata-bata, dia berusaha mempertahankan kesadarannya yang kian sulit dilakukan.

Sion segera mendekati Alexis. Menatap khawatir pengawalnya tersebut, dia merasa sangat bersalah, sebab dialah yang memiliki insiatif memasuki pergunungn ini tidak peduli resiko yang ada.

"Ikut." Sosok misterius itu kembali mengucapkan satu kata meminta Sion dan yang lainnya mengikuti dirinya. Berjalan, dia menoleh menatap mereka yang masih penuh kebingungan dan kewaspadaan.

Semua pengawal yang ada kemudian menatap Sion yang dengan perlahan mengangguk kepala. Seperti sebelumnya, mereka tidak memiliki pilihan. Mereka hanya bisa berharap sosok misterius tersebut benar-benar merupakan teman, dan tempat dimana dia akan membawa mereka bukanlah jebakan.

"Bertahanlan," Harris mengendong Alexis di punggungnya. Rekannya tersebut terlihat jelas tidak dapat berjalan lagi, dan dia berharap tempat yang akan mereka tuju akan menyelamatkannya. "Aku tidak mengijinkanmu mati seperti itu saja. Aku masih menunggu traktiran birmu."

Alexis tersenyum dan membiarkan Harris membantunya. Matanya perlahan menatap rekan-rekannya yang juga menatapnya penuh kekhawatiran. "A-aku t-tidak akan m-mati di sini..."

Berjalan memasuki gua semakin dalam, Sion dan yang lainnya bisa merasa bahwa gua ini sungguh sangat besar. Langit-langit gua sangat tinggi, dan mereka sama sekali tidak dapat melihat dinding gua. Namun, yang paling jelas adalah mereka menyadari tanah tempat mereka berpijak telah berubah. Tidak lagi merupakan tanah hitam becek, tanah tempat mereka menginjak sekarang adalah tanah kering normal seperti di luar Pergunungan Terkutuk Knox, begitu juga dengan suhu udara yang tidak naik turun dengan dratis tanpa dapat dipredeksi.

Secercah harapan muncul dalam hati Sion, dia berharap mereka sungguh berada dalam jalur yang benar untuk keluar dari pergunungan terkutuk ini, dan segera menemukan pertolongan untuk menyelamatkan Alexis. Bagaimanapun juga dia tidak ingin bawahannya mati karena dirinya, walau yang bersangkutan bersedia.

"Kita akan segera keluar dari pergunungan terkutuk ini, Alexis," ujar Harris tiba-tiba. Dia yang mengendong Alexis di punggungnya bisa merasa rekannya tersebut semakin lemah. "Jadi, bertahanlah."

Alexis tidak sanggup membalas lagi, dia hanya dapat mengangguk lemah. Menutup mata, dia merasa dirinya mungkin benar-benar tidak akan selamat, tapi meski begitu, dia berharap tuan dan rekan-rekannya dapat meninggalkan tempat terkutuk ini dengan selamat.

"Jangan tutup matamu, Alexis." Perintah Thermis keras saat melihat Alexis menutup matanya. Bagaimanapun juga akan sangat berbahaya bagi Alexis jika dia kehilangan kesadaran sekarang.

Alexis membuka mata dan berusaha tersenyum menatap wajah Thermis yang serius, dan sejujurnya, dia juga menyadari pandangan penuh kekhawatiran semua rekan serta tuan mereka yang terarah padanya. Ah, dia sungguh telah menjadi beban dan merepotkan mereka samua.

Terus berjalan dalam kegelapan gua, apa yang Sion dan pengawalnya lihat kemudian membuat mereka tidak dapat berkata-kata. Tidak jauh di depan mereka, mereka bisa melihat cahaya yang bersinar memasuki gua gelap gulita di mana mereka berada.

Pintu keluar gua dan cahaya matahari.

Sion dan pengawalnya melihat sebuah pintu keluar besar dengan cahaya matahari kemerahan sore hari yang bersinar memasukinya. Rasa syukur dan juga gembira memenuhi hati mereka—apakah mereka telah keluar dari Pergunungan Terkutuk Knox?

Mempercepat langkah kaki mereka menuju pintu keluar gua yang terlihat, Sion menoleh menatap sosok misterius di depannya yang kemudian mencabut sihir bola cahaya. Cahaya matahari yang masuk melalui pintu besar gua sudah cukup membuat mereka melihat sekeliling dengan baik. Bola cahaya yang melayang menerangi jalan mereka sudah tidak dibutuhkan lagi.

Perlahan, sosok misterius itu kemudian menurunkan kerudung yang menutupi wajah, dan untuk pertama kalinya, Sion berserta para pengawalnya bisa melihat dia dengan baik.

Seorang pria.

Sosok misterius itu adalah seorang pria muda yang sangat tampan. Dia terlihat jelas merupakan seoranf manusia. Namun, garis-garis wajahnya sangat unik jika dibandingkan dengan semua penghuni benua Avelon. Kulitnya berwarna putih bersih, dan yang paling mencolok adalah mata dan rambutnya yang berwarna hitam legam bagaikan malam—tidak pernah mereka melihat atau mendengar adanya manusia dengan fitur fisik seperti ini sebelumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status