Suasana kedai dengan cepat menjadi gaduh dan tegang saat tiga orang berbadan besar dan berwajah seram menghampiri meja dua orang pemuda pemudi.Bahkan salah satu dari tiga orang pria itu sudah menarik pedang dari selongsongnya, "Duduk kembali atau kepalamu akan berpisah dari badan."Abinawa hanya tersenyum tipis, lantas berkata, "Lakukan, jika kau memiliki kekuatan untuk melakukannya?"Abinawa melemparkan tantangannya kepada pria yang menarik senjata itu, tidak ada rasa takut yang menyelimuti tubuhnya."Kau menantang diriku? Benar-benar sudah bosan hidup." Pria itu dengan cepat mengayunkan pedangnya mengincar batang leher Abinawa.Namun gerakan dari Abinawa jauh lebih cepat dari ayunan pedang pria itu. Satu pukulan keras mendarat tiga detik lebih cepat di bagian pergelangan tangan pria itu, hingga pegangannya pada pedangnya terlepas."Bagaimana bisa? Kau seorang pendekar!!" Pria itu mengumpat dengan keras, dia tidak menduga jika Abinawa merupakan pendekar yang memiliki kemampuan di at
Beberapa hari lagi, Sayembara Pendekar Muda akan di mulai. Banyak peserta yang berasal dari perguruan besar sduah tiba di Kota Bandar Agung.Salah satu yang mencuri perhatian adalah perwakilan dari Sekte Seribu Pedang. Dua orang itu adalah murid langsung dari Sage Air yaitu Ganendra, salah satu pendekar tanpa tanding yang di miliki oleh aliran putih, sekaligus pilar aliran putih."Candra, kau selalu membuatku kagum dengan kemampuan dirimu dalam berpedang ... Sepertinya kau yang akan menggantikan posisi Sage Pedang di masa depan, itupun jika kau mampu berkembang dan melampaui Ayundia." Kara memuji kemampuan yang di miliki saudara seperguruannya itu."Jangan terlalu memuji Kara, kau jauh lebih ahli di bandingkan diriku dalam hal berpedang ... Aku yakin jika dirimu lah yang akan menggantikan posisi Sage Pedang."Candra dan Kara adalah generasi emas yang di miliki oleh Sekte Seribu Pedang, bahkan banyak yang mengatakan jika Candra adalah yang terbaik di generasinya. Tidak sedikit yang me
"Tunggu dulu, aku yakin ini hanya sebuah kesalahpahaman saja ... Aku tidak pernah berniat untuk mencuri jurus yang kalian miliki ... " Abinawa berusaha untuk memberikan penjelasan kepada Kara dan Candra.Kara seakan tidak peduli dengan penjelasan yang di berikan oleh Abinawa. Dia terus menggempur Abinawa dengan serangan bertubi-tubi, seakan tidak memberikan ruang dan titik jeda pada Abinawa untuk menarik nafas.Namun, di luar dugaan Kara, Abinawa masih dapat dengan cukup baik dan sigap menghindari dan menangkis setiap serangan yang di buat oleh Kara. Hal itu tentu semakin membuat Kara naik pitam dan merasa di permalukan di hadapan Candra. Candra mungkin boleh meremehkan dia, tetapi tidak untuk orang lain."Kau pikir dengan terus menghindar, aku akan memberimu maaf, tidak sama sekali ... " Ucap Kara yang setengah emosi. Kara terus menggempur Abinawa. Bahkan Kara tidak segan menggunakan hawa pembunuh untuk menekan pergerakan dari Abinawa. Abinawa yang merasakan hawa pembunuh milik Kar
Sayembara Pendekar Muda tanpa terasa sudah akan di mulai. Semua pendekar muda yang akan berpartisipasi sudah bersiap, banyak pula pendekar yang datang hanya sekedar untuk menyaksikan generasi muda unjuk kebolehan atau mereka datang le Kota Bandar Agung untuk bertaruh dengan jagoannya masing-masing.Sayembara Pendekar Muda juga menjadi berkah bagi penduduk, karena semakin ramainya Kota Bandar Agung, maka semakin banyak pula barang-barang yang mampu mereka jual nantinya.Beberapa kereta kuda mewah sudah berjejer rapi di depan Stadium di adakannya Sayembara Pendekar Muda yang menunjukkan identitas dari pemilik kereta kuda itu berasal dari sekte besar atau paling tidak sekte menengah."Nawa, aku yakin kau memiliki kemampuan ... Jadi bertarunglah dengan baik, jangan takut dengan mereka yang berasal dari sekte besar." Tuk Hawi berpesan kepada Abinawa dalam perjalanan mereka memasuki stadium.Mereka yang bukan bagian dari peserta Sayembara Pendekar Muda di wajibkan untuk membayar 5 keping em
Stadium sudah terisi penuh, sorak soraya menggema memenuhi seluruh stadium. Penonton datang dari berbagai kalangan, entah kalangan pendekar, pedagang/Saudagar, Bangsawan, dan rakyat biasa. Mereka semua tentu datang dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menyaksikan bibit unggul aliran putih dan netral unjuk kebolehan dan kekuatan.Dewangga berjalan ke depan dan berdiri dengan tegap di depan semua penonton. Kharisma dan wibawa terpencar jelas dalam diri Dewangga.Dewangga tersenyum lebar saat saat menyaksikan banyak pendekar berbakat yang berasal dari aliran putih dan aliran netral."Dia akan Dewangga, Giok Angin itu .... Dia sungguh memiliki kharismatik luar biasa.""Ternyata kekuatan yang di miliki oleh senior Dewangga bukanlah bualan semata ... Aku dapat merasakan luapan kekuatan dari dalam tubuhnya itu." Semua yang berada di dalam stadium mulai memuji kehebatan dan kekuatan yang terpancarkan dari dalam tubuh Dewangga, seakan menghipnotis setiap penonton untuk beberapa saat.Sepint
Seluruh Stadium langsung bergemuruh, mereka jelas menyambut baik pertandingan pembuka yang menyajikan salah satu kandidat juara Sayembara Pendekar Muda.Dua orang pemuda langsung melompat masuk ke dalam arena Sayembara. Kara dengan pedang di punggungnya dan memancarkan aura ksatria, hingga membuat banyak mata terhipnotis untuk beberapa saat.Sementara lawannya, Danusa adalah seorang pendekar yang berasal dari sekte kecil yang memiliki kepiawaian menggunakan senjata jenis pedang, sama halnya dengan Kara. Pertarungan sesama pengguna pedang biasanya akan menyajikan pertarungan yang menarik."Pertandingan sesama pengguna pedang, ini akan sangat menarik... " Abinawa bergumam pelan. Dia yang sudah melihat bagaimana cara bertarung dan permainan pedang Kara, tentu mengunggulkan Kara menjadi pemenangnya, akan tetapi Abinawa tentu tidak menganggap kemampuan Danusa rendah.Sementara itu, di arena pertandingan. Dua orang itu sudah bersiap dengan kuda-kudanya.Wisnu Aji kembali menjelaskan sedikit
Seorang pemuda langsung melompat ke atas arena Sayembara Pendekar Muda. Aura khas pendekar langsung terpancar dari dalam tubuhnya, serta senyum percaya diri tampak menghiasi bibirnya."Aku Abinawa, siap untuk bertanding dan menjadi Jawara ... " Sementara itu, sosok pria muda yang berusia tidak jauh berbeda dari Abinawa memasuki arena dengan santai dan senyum arogan."Aku Anbi dari Sekte Bangau Putih, sekte menengah yang akan menjadi sekte besar dalam beberapa tahun ke depan ... " Pria bernama Anbi itu memperkenalkan dirinya dengan arogan.Abinawa yang mendengar hal itu, tentu hanya tersenyum tipis. Dia sekarang menyadari jika banyak generasi muda memiliki sifat arogan dan sombong, serta haus akan pujian.Senyum simpul terlukis di wajah Abinawa, dia tentu tidak ingin terlalu banyak berbincang. Abinawa langsung bersiap dengan kuda-kuda tarungnya, serta pedang di genggaman tangan kanannya.Tepat setelah pertandingan di nyatakan di mulai, sosok pria bernama Anbi itu langsung melesat cepa
Stadium langsung bergemuruh saat Anbi terlempar keluar dari arena Sayembara. Semua penonton tentu tidak pernah sekalipun menebak dan menduga jika Anbi harus tersingkir dari Sayembara Pendekar Muda dengan cara seperti ini. Selain itu, tidak sedikit yang memuji kecerdikan dari Abinawa untuk memenangkan pertandingan.Sementara itu, Abinawa yang sudah di nyatakan pemenang dalam pertandingan pertamanya langsung bergegas menuju meja taruhan. Dia tentu ingin segera mendapatkan uangnya kembali, serta koin emas tambahan hasil taruhannya."Sekali tiga uang, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui ... " Abinawa tertawa renyah saat mendapatkan hasil taruhannya.Dia dengan cepat langsung menyimpan semua uangnya di balik jubahnya, agar tidak terlihat banyak orang yant akan menimbulkan keributan dan kekecauan.Setelah itu, Abinawa dengan cepat kembali ke bangku penonton. Dia kembali memilih menyaksikan pertandingan kembali, menemani Tuk Hawi yang terlihat sumringah dan sangat bersemangat."Luar bia