Setelah dari hilir sungai dan berpisah jalan dengan Batari Ambar, Abinawa memilih untuk mencari tempat mengisi perutnya. Kedai cepat saji di dekat hilir sungai menjadi pilihannya. Namun, baru saja Abinawa hendak menikmati makanannya, matanya menemukan tiga orang berbadan besar sedang bergegas cepat menghampiri Abinawa. "Di sini kau rupanya." Salah satu dari mereka berusaha untuk mencengkram batang leher Abinawa, beruntung Abinawa dengan tepat waktu menangkisnya. "Tunggu dulu ... Ada apa ini? Aku tidak pernah memiliki masalah dengan kalian sebelumnya, bahkan kita tidak saling mengenal." Kata Abinawa saat tiga orang itu datang dengan maksud yang tidak baik. "Haha, kau mungkin tidak kenal dengan mereka, tapi aku tahu diriku bukan." Seorang pemuda muncul dari belakang tiga orang berbadan besar itu. Dalam sekali lihat saja, Abinawa sudah langsung mengenali sosok pemuda itu. Dia tidak lain adalah Anbi, pendekar muda yang berasal dari Sekte Bangau Putih. "Kau rupanya, apa maksudmu dari
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat. Hari ini, stadium sudah kembali terisi penuh. Semua seakan tidak sabar ingin segera menyaksikan berlangsungnya babak utama.Dharma Wangsa berdiri dengan gagah dan memancarkan sinar kepahlawanan dari dalam tubuhnya, hingga membuat banyak penonton terkesima. Kali ini, Dharma Wangsa yang mendapat amanah membuka babak utama, serta menjelaskan tentang aturan main di babak utama."Aku ucapkan selamat kepada kalian yang berhasil mencapai babak utama, aku akan menjelaskan beberapa peraturan penting di babak utama yang sedikit berbeda dengan babak penyisihan ... " Dharma Wangsa langsung menjelaskan jika di babak utama ini setiap peserta akan di bagi beberapa kelompok secara acak. Masing-masing kelompok akan saling bertarung, memperebutkan tiket menuju babak final nantinya. Dharma Wangsa juga menjelaskan jika masing-masing kelompok terdiri atas lima orang. Setiap kelompok akan di adu tandingkan, hanya ada dua kelompok saja yang berhak malaju sampai ke bab
Renggana yang menyadari jika Candra sudah serius dan bersiap untuk mengakhiri pertandingan dengan cepat, langsung membuatnya memusatkan tenaga dalamnya, sebelum melepaskannya, hingga menjadi selubung pelindung berwarna emas. Alhasil, tusukan pedang dari Candra hanya membentur selubung emas itu dan melemparkan Candra jauh ke belakang. "Akhhh ... Luar biasa, jadi inikah selubung emas itu." Candra melemparkan pujiannya, sembari mengatur nafas dan menetralkan rasa sakit di dadanya. Bukan hanya Candra yang memuji selubung emas milik Renggana, akan tetapi semua penonton yang menyaksikan jalannya pertandingan, turut melemparkan pujiannya. "Aku merasa sangat beruntung bisa menyaksikan bagaimana hebatnya kemampuan perlindungan dari Selubung Emas itu ... " "Luar biasa, ini momentum yang sangat langkah." Sementara itu, di atas arena Renggana tersenyum tipis. Dia tentu merasa beruntung, karena memiliki selubung emas sebagai pertahanan tubuhnya. "Hampir saja, jika sedikit saja aku terlambat
Di luar dugaan semua orang, Sando langsung mengayunkan tongkatnya ke arah Abinawa, hingga menghantam tubuhnya dan melemparkan tubuh Lanting Damar jauh ke belakang."Akhhh ... " Abinawa memegangi dadanya yang terasa nyeri akibat hantaman tongkat milik Sando."Jadi begitu ya, dia sengaja mengorbankan tangannya untuk menyerang balik dan membuat dirinya keluar dari tekanan." Lanjut Abinawa.Abinawa menarik nafas panjang, sebelum melesat dengan cepat ke arah Sando. Bersamaan dengan itu pula, Abinawa kembali mengayunkan pedangnya menggempur Sando.Sando benar-benar di buat terkejut, karena kecepatan dari Abinawa mengatur nafas dan tenaga dalamnya, hingga mampu kembali menyerang balik dengan cepat."Kau?! Bagiamana bisa mengatur ulang tenaga dalammu dengan begitu cepat." Kata Sando dengan wajah yang penuh tanda tanya dan keterkejutan."Setiap orang memiliki teknik dan jurus pamungkasnya sendiri, jadi mungkin inilah kelebihanku." Jawab Abinawa."Dewa Bermain Pedang"Abinawa langsung menggunak
Setelah berhasil mengalahkan Sando si pria besar, Abinawa langsung berpindah tempat dengan cepat, karena matanya menemukan salah satu rekannya berada di posisi berbahaya.Sleshhhh!!!Trinh!!!Bammm!!!Pedang milik Abinawa dengan cepat menangkis tebasan sabit itu, hanya beberapa senti dari batang leher Batari Ambar."Tapak Samudera Hitam"Satu serangan tapak mendarat di bagian vital lawannya, hingga melemparkannya jauh ke belakang dan merasakan nyeri di bagian dadanya, bahkan sampai memuntahkan darah segar."Aku tidak bermaksud mengganggu pertarungan kalian, tetapi jika kau berniat membunuh maka aku tidak bisa tinggal diam." Kata Abinawa dengan pelan, tetapi di sertai dengan tenaga dalam, hingga membuat lawannya bergedik ngeri untuk beberapa saat.Bersamaan dengan itu pula, Wisnu Aji ikut bergerak untuk mencegah serang
"Dwi Pangga, aku tidak pernah menduga jika kau akan datang ke Sekte Naga Hitam."Dwi Pangga yang mendengar sambutan dari Ketua Sekte Naga Hitam hanya tersenyum tipis. Dia lantas mengambil posisi duduk di atas batu giok hijau yang memiliki manfaat memulihkan tenaga dalam seorang pendekar."Ketua, aku datang membawa pesan dari Ketua Arya Loka untuk dirimu." Dwi Pangga memberikan gulungan lontar kepada Gardapati, Ketua Sekte Naga Hitam."Pesan dari Arya Loka? Sepertinya sesuatu yang sangat penting, karena mengutus orang kepercayaan nomor satunya untuk mengantarkan lontar ini ... " Gardapati membuka gulungan itu dengan sedikit tertawa.Tidak lama bagi Gardapati untuk mengerti maksud dari isi pesan yang ada di dalam lontar itu. Gardapati membulatkan matanya ke arah Dwi Pangga seakan meminta penjelasan lebih lanjut."Apa kalian sudah gila? Rencana kalian ini bisa memicu perang be
Stadium tempat di adakannya Sayembara Pendekar Muda kembali bergemuruh dengan keras. Sorak-sorakan dan seruan dari para penonton saling bersahutan satu sama lainnya memenuhi stadium.Semua tentu sadar, jika pertandingan yang akan segera berlangsung akan menjadi salah satu pertandingan paling di nantikan di babak utama, di mana pertemuan antara Wikura dan Ayundia sebagai salah satu jenius terbaik aliran putih. Di tambah lagi, sosok Arga yang berada di pihak Wikura, serta Abinawa yang berada di pihak Ayundia."Ini akan menjadi pertandingan seru, aku ingin melihat sebatas mana kemampuannya yang di miliki oleh pemuda bernama Abinawa itu.""Haha, sepertinya keberuntungan si kuda hitam Abinawa akan berakhir karena harus berhadapan dengan Wikura ... Mustahil sekali jika dia mampu menang, bahkan Ayundia bukanlah tandingan bagi Wikura.""Jangan terlalu merendahkan, Ayundia bukan seorang diri, masih ada Gandas
Abinawa kembali mengatur kuda-kuda tarungnya. Dia menarik nafas panjang, berusaha cepat mengatur ulang tenaga dalam dan nafasnya."Aku harus lebih berhati-hati,""Tidak heran jika kau di sebut jenius terbaik, serta pengguna pedang handal di generasi ini ... "Wikura yang mendengar lontaran ucapan Abinawa, membuat dirinya tertawa dan tersenyum penuh kemenangan."Kau mengakui hal itu rupanya, aku akan memberimu pilihan antara menyerah baik-baik dengan tubuh yang tidak terluka serius atau kembali bertarung dengan resiko kekalahan dengan tubuh terluka serius ... " Wikura memberi pilihan kepada Abinawa dan percaya jika Abinawa akan memilih pilihan pertama.Abinawa terdiam untuk beberapa saat, sebelum tersenyum tipis."Menyerah? Jangan bercanda, aku lebih baik kalah dengan bertarung dari pada menyerah tanpa sebuah perlawanan. Aku bukan tipikal orang seperti itu." Abinawa menjawa