Share

JILID 22 | SI SYAIR MAUT

Duapuluh lima tahun kemudian.

Di suatu malam... Setelah perang Luoyang yang menelan banyak korban jiwa itu. Bulan purnama menerangi hutan di pinggir desa Xi’an. Tampak sebuah bangunan tua di antara pepohonan jati. Reruntuhan rumah tua itu hampir tidak beratap. Hanya satu sisi dinding yang terbuat dari batu hitam yang masih utuh. Dinding lainnya sudah tidak utuh. Daun pintu sudah tak ada, rusak dan lapuk termakan rayap.

Di ruangan dalam yang terbuka dan luas mirip bangsal beberapa orang sedang istirahat. Rumah tua itu sering dijadikan tempat menginap perantau yang kemalaman di jalan. Suasana sunyi dan sepi. Hanya terdengar suara jangkrik dan kodok sahut-sahutan. Gerimis membuat malam makin dingin.

Terdengar suara orang mendendangkan syair. Suaranya sinis dan dingin. Suaranya tidak keras namun terdengar jelas oleh semua orang di rumah besar. Suara jangkrik dan kodok mendadak senyap ditelan suara yang membawa suasana magis.

Akulah sang pengembara

Melenggang ke Barat, Meluruk ke Timur,

Me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status