Melody masuk ke ruang kerja Fendy dengan wajah tertekuk.
"Nah ini Melody, kebetulan kamu kesini," sapa Fendy kepada putri semata wayangnya begitu tubuh mungil itu melewati pintu, masuk dan duduk di kursi sebelah Bimo. Bimo menyambutnya dengan senyuman yang tak terbalas oleh Melody karena fikiran gadis itu tengah sibuk pada acara Alfa yang pamit keluar kantor.
"Ada apa, Pak?" tanya Melody dengan bahasa formalnya. Di dalam kantor emang dirinya membiasakan bersikap profesional, meski kalau di rumah jangan di tanya seberapa manjanya dia pada papa kesayangannya.
"Pak Bimo lagi jelasin jalannya proyek yang akan kita tangani mulai minggu depan. Pak Edward sudah deal dengan semua rencana kita, nah karena ini sudah mulai awal kamu yang pegang, jadi untuk koordinasi dalam perjalanan proyeknya nanti sebaiknya kalian lanjut urus berdua. Kecuali ada permasalahan yang membutuhkan masukan saya, Melody bisa konfirmasi supaya bisa bantu diskusikan ulang dengan Pak Edward d
Alfa baru saja tiba di kantor perusahaan Fendy Atma ketika jam istirahat tiba. Setengah hari ini dia menghabiskan waktunya karena ada meeting di perusahaan Angkasa. Lebih tepatnya sejak beberapa hari lalu kurang lebih semingguan. Jika tidak terbebani rindunya kepada Melody mungkin dia hanya akan menghabiskan hari kerjanya di kantor papanya. Tapi sudah beberapa hari ini dia ijin ngantor di perusahaan Angkasa karena adanya persiapan dan pelaksanaan rapat umum pemegang saham di sana. Setelah mengenal dunia usaha yang nyata, Alfa tak tega meninggalkan orang tuanya sendirian menghadapi jajaran direksi dan para pemegang saham besar dengan beragam karakter yang ada. Ada yang baik, ada yang culas. Ada yang diam menurut dan ada yang vokal dan frontal. Seperti biasa, akan banyak pertanyaan dan banyak tuntutan di dalam rapat. Hingga akhirnya kemarin sore semua terselesaikan dengan baik, dan hari ini dia tinggal bantu merapikan laporan bersama papa dan orang-orang kepercayaan papa di kantornya.
Dua mobil beriringan masuk ke halaman luas sebuah vila yang cukup besar dan mewah di kawasan puncak. Vila dua lantai milik keluarga Alfa, bercat putih dengan arsitektur modern yang terlihat paling besar di antara bangunan lain di sekelilingnya. Tak salah vila ini jadi pilihan karena keluarga Alfa adalah pencetus awal acara liburan bersama akhir tahun ini. Begitu turun dari mobil dua keluarga itu segera saling menyambut. Nela dan Meira saling berpelukan, begitupun Melody yang mendapat pelukan hangat dari Nela. Rudi bersalaman dengan Meira dan Fendy, kemudian memeluk hangat Melody selayaknya putri kandungnya yang lama tak berjumpa. “Sehat selalu, Sayang?” sapa Rudi begitu melepas pelukan singkatnya kemudian mengusap lembut kepala Melody. “Sehat selalu, Om,” jawab Melody sambil tersenyum. “Kak Mel,” sapa Boy yang mendekat ke arah gadis itu setelah salim pada kedua orang tua Melody. “Hai Boy, tambah tinggi aja, lo,” sapa Melody sambil mengacak ram
Melody bertahan pada posisi berdirinya, menatap tak percaya sosok yang malam ini berada di kamarnya. Tubuh tegap yang hanya berbalut kaos warna gelap tanpa lengan dengan bawahan celana pendek yang pada akhirnya menampilkan pemandangan langka seorang Alfa yang berkulit putih bersih. Pemandangan langka yang baru sekali ini dia lihat dari cowok itu. Melody merasa malu menyaksikannya, tapi keterkejutannya justru membuat dia tak mengalihkan pandangan dari cowok yang duduk diam di pinggir ranjangnya. Jika boleh jujur, Alfa pun merasakan hal yang sama. Baju minim Melody yang nampak halus dan elegan melekat pas di tubuh mungil ramping dan putih itu saat ini sangat mengganggu fikirannya. Secuek apapun dirinya, dia tetaplah lelaki normal yang memiliki hasrat. Selama ini dia fine melihat penampilan Melody di rumah yang seringkali mengenakan t-shirt santai dan celana hotpants yang seringkali memamerkan kulit mulusnya. Dia sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu karena di luar san
Melody tengah membantu Pak Mat menyiram bunga ketika orang-orang kembali dari acara jogging pagi itu. Boy segera berlari menghampiri calon kakak iparnya yang pagi ini nampak cantik dan seksi dengan rok mini santai di atas lutut. “Kak Mel udah baikan?” tanya Boy dengan nada khawatir. “Udah mendingan, kok,” jawab Melody sambil tersenyum. Namun sepertinya Boy tak percaya begitu saja. Dia menoleh ke arah mamanya dan mama Melody yang baru tiba. “Eh Sayang, badan kamu sudah enakan?” tanya Nela yang mendekat dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Mel udah baik-baik aja, Tante," jawab Melody sambil tersenyum meyakinkan. “Tante Mei, Kak Mel kalau sakit apakah suka bohong?” tanya Boy yang sengaja bertanya pada Meira karena merasa perempuan itu adalah yang paling mengenal putrinya di banding orang lain. Tiga lelaki dewasa lainnya yang baru datang hanya duduk-duduk di teras vila menyimak percakapan pagi itu. Meira tersenyum dan mengangguk ke arah
Melody memilih berbaring sambil menarik selimut tebalnya sampai batas dada sebagai isyarat bahwa dia tak ingin terjadi apa-apa malam ini. Cukup Alfa tidur di sampingnya tanpa berbuat sesuatupun seperti yang terjadi kemarin malam. Di ranjang luas itu, Alfa berbaring miring menghadap Melody. Lampu tidur sudah di nyalakan, sinar temaramnya menjanjikan suasana romantis yang syahdu. Melody mencoba menahan nafas supaya tak menangkap aroma parfum maskulin yang entah kenapa berhasil membuatnya semakin gila dan berfantasi ria. Dia tak ingin pertahanan dirinya roboh, dengan sekuat tenaga menahan diri sendiri jangan sampai melihat ke arah Alfa karena takut tergoda pada dada bidang yang kenyataannya memang sungguh nyaman sebagai tempat untuk menghilangkan rasa dinginnya malam. Apalagi dada tanpa pelapis kain seperti yang dia rasakan kemarin malam. “Ahhh … tidakkkkk … kenapa anganku menjadi segini mesumnya???” keluh Melody dalam hatinya. Alfa hanya senyum-senyum melihat sikap dia
Cuaca sedikit mendung mewarnai malam pergantian tahun baru. Gerimis sudah membasahi bumi sejak siang tadi, namun untungnya semakin malam cuaca semakin cerah meskipun tak nampak bintang ataupun rembulan di langit. Setidaknya, bukan hujan deras dan badai yang mewarnai malam ini hingga bisa membatalkan acara banyak orang yang sudah jauh-jauh hari merencanakan kebersamaan. Mungkin dengan keluarga mereka, teman-teman atau orang terkasih mereka. Malam pergantian tahun adalah saat paling istimewa untuk di habiskan bersama. Kita review kehidupan selama setahun kemarin yang sudah di jalani, yang baik di tingkatkan dan yang kurang baik untuk segera di rubah menjadi baik atau di tinggalkan. Untuk tahun yang baru datang, kita siapkan sebaik mungkin rencana-rencana terbaik untuk mencapai segala mimpi dan harapan kita, dengan doa dan usaha yang berjalan bersama niscaya semua pasti akan tergenggam kedua tangan kita. Melody beserta semua penghuni vila menghabiskan waktu dengan persi
Libur tahun baru sudah berakhir. Rutinitas harian kembali menyapa lagi di mulai per hari ini di tanggal 2 januari. Hampir setengah hari penuh Melody tidak keluar dari ruang kerjanya. Beberapa orang manager mengajaknya diskusi mengenai pelaksanaan program kerja di tahun ini yang sudah mereka rencanakan semenjak dua bulan sebelumnya. Di usia mudanya Melody benar- benar di tuntut kecakapannya untuk memimpin banyak orang dan mengendalikan perusahaan besar keluarganya. Untuk proyek properti sendiri belum ada pembahasan. Semenjak pagi Melody belum bertemu dengan Bimo. Mungkin dia sibuk dengan program kerja perusahaannya sendiri atau mungkin sedang sibuk di ruang kerjanya yang bertempat di lantai 23. Melody sama sekali belum tahu kondisi di luar. Ketika para manager pamit undur diri dari ruangnya, gadis itu segera mengangkat kedua tangannya ke atas. Sedikit menggerakkan anggota tubuhnya untuk merileks-kan otot-otot tegangnya yang semenjak tadi di ajak serius.Diliriknya fossil mungi
Melody menatap heran ke arah Sisil.“Hari ini kan ada meeting pengusaha se-Jakarta Pusat, Mel. Nggak semua emang, tapi kebetulan perusahan keluarga kita dapat undangannya, tepatnya undangan mendadak yang baru masuk kemarin siang pas tanggal merah pula. Kevin sama Alfa kemarin malam udah teleponan juga kok, gitu juga Om Fendy dan papa gue.”Melody mengernyit heran bagaimana bisa dia tak tahu sama sekali tentang agenda hari ini. Ingatannya kembali dia layangkan ke hari kemarin ketika perjalanan balik dari Puncak ke Jakarta. Dia dan Alfa pisah mobil dan selama perjalanan Melody banyakan tidur karena merasa lelah dan pegal-pegal efek mulai pagi mereka keluar vila, ke tempat wisata kemudian siangnya langsung otw Jakarta. Mungkin itu yang membuatnya tak mengetahui apapun mengenai pertemuan mendadak para pengusaha hari ini. Melihatnya payah pasti papanya juga tak tega melibatkannya.“Trus kok elo tiba-tiba datang ke sini, tau banget kalo gue butuh elo