“Amis?" tanya Dewa kemudian.Dewa merasa tidak biasanya menerima paket berbau amis dan mereka juga tidak menemukan darah yang tercecer kalau misalnya amis tersebut bau darah.Jojo menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan dari Dewa, karena memang bau amis tersebut semakin dia membuka lapisan-lapisan dari paket itu bau amis itu semakin terasa menyengat.Sehingga Jojo sedikit curiga jika pakai tersebut berisi sebuah bangkai atau berisi sesuatu yang mengandung darah."Apakah karena tadi kita pukul-pukul sehingga yang berada di dalam sana mati dan mengeluarkan darah, ya?" tanya Dewa kemudian terus berasumsi.“Bisa jadi, Pak. Kemungkinan itu sangat masuk akal," jawab Jojo yang kemudian bernafas lega karena akhirnya mereka sudah sampai di bagian lapisan terakhir dari paket itu."Oh…!” teriak Rasti dan Kalila bersamaan juga menutup hidung mereka. Kalila langsung memeluk Dewa dan yang sangat erat, sehingga membuat Dewa tampak membeku.Bahkan darah Dewa berdesir ketika dua buah dada Kalila
Tidak ada penolakan dari Kalila, bahkan Kalila memberikan balasan pelukan kepada tubuh Dewa sehingga membuat Dewa benar-benar merasa ini adalah saatnya untuk menikmati tubuh Kalila.Dan Dewa sebenarnya pelan-pelan dia merasakan ada perubahan pada Kalila, ketika dia menatap Dewa.Dewa memimpin tubuh Kalila ke atas tempat tidur dan melakukan sentuhan demi sentuhan pada kulit mulus tersebut. Handuk yang tadi digunakan Kalila untuk menutupi tubuhnya sudah dilempar sembarangan oleh Dewa.Dewa sangat berusaha agar setiap sentuhannya menggetarkan hati Kalila. Namun, ternyata usaha Dewa belumlah berhasil. Kalila belumlah sembuh seutuhnya, hanya saja dia mulai memberikan respon positif kepada Dewa ketika Dewa mulai memainkan titik-titik sensitif tubuhnya.Dewa yang merasakan sambutan dari Kalila tersebut berusaha untuk melepaskan apa yang selama ini tertahan. Dewa pikir Kalila sudah siap menerimanya, namun ternyata Dewa salah.Lagi-lagi Kalila mengakhiri permainan mereka dengan tanpa alasan se
Kalila tampak menghela nafas berat untuk menjawab pertanyaan dari Dewa karena ini sebenarnya baru sebuah asumsi yang sedang ada di pikirannya. Entah kenapa tiba-tiba dia terpikirkan kalau itu adalah pengirimnya Desti."Kalila…," panggil Dewa yang kembali memanggil sang istri.Sementara itu Rasti yang merasa dia tidak harus mengetahui hal itu, pergi untuk menonton seperti biasanya menonton acara favoritnya sebagai seorang ibu-ibu, yaitu sinetron.“Karena aku melihat dari apa yang dia lukai di kucing tersebut. Dia melukai bagian-bagian sensitif pada seorang perempuan. Itu aku langsung terpikirkan kalau itu adalah Desti yang merasa sakit hati karena hubungan kami harus berakhir, dan dia harus dipecat dari pekerjaannya. Bagaimana menurutmu?" tanya Kalila kepada Dewa.Dewa kemudian tampak terdiam beberapa saat, dia sedang mencoba untuk mencerna apa yang disampaikan oleh Kalila tersebut. Apakah hal itu masuk akal ataukah tidak? Apakah memang yang disampaikan oleh Kalila benar kalau Desti
"Ada apa, Bu?" tanya Dewa heran melihat ekspresi Rasti."Gapapa, ibu hanya heran saja kau mau makan siang bersama Mami Dania," jawab Rasti pelan."Aku ada kepentingan sama beliau," jawab Dewa lagi menegaskan. Dan wajah Rasti semakin memucat mendengar apa yang Dewa sampaikan.Dewa semakin curiga kalau sebenarnya selama ini Rasti sudah tahu kalau Mami Dania-lah orang yang menerornya, namun Rasti takut jika Dewa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan terhadap Mami Dania.Dewa hanya ingin menunggu waktu yang tepat untuk dia memproses Mami Dania, dan sementara itu dia akan mengajak Mami Dania bertemu membahaskan hal itu secara kekeluargaan. Dia ingin tahu dan mendengar langsung dari Mami Dania, apa tujuan Mami Dania meneror Rasti, padahal Dewa sudah membayar mahal saat mengajak Rasti pindah dari lokasi itu.Dewa masih berbaik hati ingin menemui Mami Dania, karena Dewa juga merasa perempuan paruh baya itu memiliki jasa dalam kehidupan mereka. Jadi, untuk urusan Mami Dania, Dewa tidak in
"Mami, di sini aku masih menghargai Mami yang anggap saja pernah berjasa kepada kami. Tapi, aku tidak akan pernah membiarkan orang yang terus mengganggu kehidupan Ibu.""Bukannya tadi sudah aku katakan, kalau aku sudah mendapatkan bukti-bukti setiap perbuatan yang mami lakukan kepada Ibu. Mami melakukan peneroran terhadap ibu agar ibu memberikan Mami uang dalam jumlah yang besar setiap bulannya," ujar Dewa yang kemudian melemparkan sebuah amplop coklat ke atas meja dengan kasar."Dasar anak jalang memang tidak tahu sopan santun, dia tidak pernah tahu berterima kasih kepada orang yang sudah dengan susah payah membantu membesarkannya!" ujar Mami Dania kesal.Dewa menyunggingkan senyumnya mendengar apa yang disampaikan oleh Mami Dania, orang yang katanya begitu berjasa terhadap kehidupannya hanya karena dia membantu menjaga Dewa ketika Rasti melayani klien. Dan dari hasil Rasti melayani pria-pria hidung belang tersebut uangnya sebagian besar masuk ke kantor Mami Dania. Sedangkan Rasti h
Ciit!Suara decitan rem terdengar begitu nyaring dari mobil yang dikemudikan oleh Jojo. Beruntungnya Jojo berhasil untuk mengerem laju mobil tersebut. Namun, hal itu membuat mereka menabrak trotoar."Apakah dia tertabrak?" tanya Rasti yang masih pucat dengan bibir yang bergetar.Rasti benar-benar ketakutan melihat hal itu terjadi di depan matanya. Sementara Dewa takut terjadi apa-apa kepada ibunya, dia memegang tangan Rasti dengan erat."Tidak, kita hanya menabrak trotoar. Sepertinya bumper depan kita aja yang sedikit penyok karena kejadian ini. Tapi, orang tersebut memang sudah dengan matang sepertinya dengan laju seperti ini dan dengan kecepatan dia seperti tadi dia bisa menghindar dengan tepat. Tujuan dia melakukan itu ingin membuat kita kecelakaan," ujar Jojo kemudian.Dewa hanya menghela nafas berat dan kemudian meminta Jojo untuk melanjutkan perjalanan saja, dan nanti mobil akan dikirimkan saja ke bengkel. Dewa akan ganti dengan mobil yang lain untuk meneruskan ke kantor."Apa
"Hei, Rigo! Jawab, ada apa?" tanya Dewa lagi yang mulai panik melihat ekspresi Rigo yang terkejut.Rigo masih belum menjawab, karena dia fokus dengan ponsel di tangannya itu."Kalian di mana sekarang?" tanya Rigo lagi yang sudah mulai menguasai dirinya sehingga dia sempat menanyakan posisi Roy, Zay dan juga Kalila di mana. Padahal sebenarnya tadi Rigo sudah mendengar mereka dimana, namun saking paniknya dia bahkan lupa dengan apa yang dia katakan sebelumnya."Saat ini kami menuju rumah sakit Surya Sehat untuk membawa Roy ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan."Tut!Sambungan telepon langsung diputuskan oleh Zay yang tampaknya sekarang dalam kondisi panik."Rigo…," panggil Dewa pelan.Rigo tersadar dan segera melaporkan kepada Dewa apa yang terjadi kalau Roy diserang oleh orang yang tidak dikenal dan saat ini mengalami luka.Dewa menghela nafas berat, entah ada apa dengan semuanya, kenapa semua seperti datang secara bersamaan, sehingga untuk bernafas saja rasanya sangat sulit.T
“Dokter, tolong!” Dewa benar-benar panik ketika melihat Kalila malah pingsan. Dewa segera berteriak meminta pertolongan kepada dokter yang berada disana. Dewa mengangkat tubuh Kalila ke atas ranjang untuk segera mendapatkan pertolongan.Dewa benar-benar panik melihat kondisi Kalila seperti itu. Mungkin Kalila terlalu lemah karena kejadian itu, sehingga dia tidak mampu lagi untuk menahan kekuatannya.Wajah Kalila sangat pucat, Dewa takut terjadi apa-apa dengan sang istri."Tolong istriku dokter,” ujar Dewa kepada dokter yang akan segera menangani Kalila. Dokter hanya menganggukkan kepalanya, dan Dewa diminta untuk menunggu di luar sementara dokter menangani Kalila. Dewa tidak menyangka kalau Kalila begitu lemah seperti itu malah jadi pingsan. Selama ini Kalila selalu terlihat kuat dan seolah-olah tidak terkalahkan."Siapa teman yang bertemu dengan Kalila?" tanya Dewa kepada Zay. Dewa penasaran Kalila bertemu dengan siapa, karena Kalila tidak izin untuk bertemu temannya, dan juga sel