Alea yang berjalan bersisian dengan Tristan, segera mempercepat langkah hanya untuk mendapati ibunya sedang memarahi wanita yang disebut Kak Daniela.
"Ibu, kau tidak boleh bicara kasar pada Kak Daniela. Aku yang memberitahu dia kesembuhan David, dan memintanya untuk datang," tegur Alea.Ellyana mendengkus. "Cukup Alea, kamu selalu saja membela keluarga suami idiotmu itu! Keluarga kita tidak hidup berlebih, tapi parasit menggerogoti dari sana dan sini. Ibu tahu kedatangan kakak iparmu ini pasti ingin meminjam uang lagi!"Bagaimana Ellyana tidak kesal? Iya David, iya keluarganya, semua menjadi beban bagi keluarga Wilson"Bu, sudahlah, jika aku punya uang lebih, apa salahnya aku membantu kakak ipar?" balas Alea."Teruslah, terus saja kau bela keluarga suamimu, sampai nanti keluargamu sendiri yang akan mati kelaparan karena kehabisan uang!"Merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Alea, Ellyana pun pergi meninggalkan ruang tamu dengan sejuta kekesalan."Adik ipar, aku minta maaf, kedatanganku selalu saja membuatmu bertengkar dengan ibumu," ujar Daniela dengan tidak enak hati."Aku yang seharusnya minta maaf, ibuku sering bicara tidak pakai rem, tolong dimaklumi."Daniela mengangguk paham. Lagi pula kemarahan Ellyana tadi cukup berasalan. Selama ini adiknya, David Graham memang menjadi beban di keluarga Wilson. Sementara Daniela sendiri juga pernah beberapa kali meminjam uang pada Alea, dan hal ini diketahui oleh Ellyana.Namun, kedatangan Daniela kali ini murni ingin melihat kondisi adiknya, sama sekali tidak ada niatan untuk meminjam uang."David!"Tatapan Daniela langsung berkaca-kaca ketika adiknya tiba di ruang tamu. Dia segera bangkit dari duduk dan memeluk Tristan."David, kakak senang sekali melihat kamu berhasil selamat!"Tristan tahu wanita ini adalah kakak dari David Graham setelah mendengar perdebatan barusan, jadi Tristan pun membalas pelukannya.Tristan tidak ingin merengut momen kebahagiaan Daniela. Seorang kakak yang begitu senang mengetahui adiknya sembuh setelah mengalami koma selama tiga bulan.Selanjutnya dua kakak beradik ini mengambil tempat duduk masing-masing. Wajah Daniela yang berbinar bahagia itu tidak berlangsung lama, kini telah berganti wajah muram."David, ibu kita akan segera pergi, dokter mengatakan umurnya tidak akan lebih dari tiga hari lagi. Mumpung kau sudah sembuh, ayo kita jenguk ibu, dia pasti senang melihatmu.""Kakak tidak boleh berputus asa seperti itu, sekarang ayo kita ke rumah sakit dan minta dokter memberikan penanganan terbaik untuk ibu. Jangan khawatir soal biaya, aku masih punya sedikit uang," ujar Alea.Tristan secara alami beralih menatap Alea lekat-lekat, dan di hatinya terbit rasa kagum. Sekali lagi Tristan harus mengakui jika David Graham adalah pria yang beruntung, karena tidak hanya memiliki istri yang cantik rupanya, tapi juga tulus hatinya.Sementara itu, Daniela tampak menggelengkan kepala dan berkata, "Adik, kedatanganku memang untuk mengajak kalian berdua ke rumah sakit, tapi bukan untuk melanjutkan penanganan. Percuma saja, sebab dokter sudah memberi vonis. Jadi lebih baik uang itu kau simpan saja."Selanjutnya ketiga orang itu berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di sana, mereka mendapati tim medis tengah melakukan penanganan.Seorang dokter tampak sedang bekerja dengan sangat keras untuk menyelamat ibu David Graham. Sekitar lima menit berlalu, dokter itu pun menyerah.Dokter itu segera memberitahu Daniela, "Nona, kami sudah melakukan segalanya untuk ibu Anda, tapi maaf, Nyonya Devina sudah tiada."Mendengar itu, seketika tubuh Daniela pun kehilangan tenaga. Betul, sebelum ini tim medis sudah memberitahu bahwa umur ibunya tidak akan lama lagi, dan ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan.Namun, tetap saja Daniela tidak siap untuk mendapati ibunya pergi lebih cepat dari perkiraan. Bahkan sebelum sempat melihat David Graham sembuh dari koma.Daniela melangkah terseok mendekati brankar, lalu memeluk sang ibunda seraya menangis sejadi-jadinya.Tristan juga mendekati brankar, melihat dengan mata batin dan langsung menyadari jika ibunya belum meninggal. Jiwanya memang hampir meninggalkan raga, tapi belum terlambat jika diberi penanganan yang tepat.Dalam hal ini, Tristan memiliki kemampuan medis yang lebih dari cukup untuk menyelamatkannya."Kakak, minggir dulu, ibu kita belum meninggal, biarkan aku menolongnya!" seru Tristan.Daniela segera melepas dekapannya pada sang ibunda, bukan untuk memberi Tristan kesempatan, melainkan langsung memelototinya."David, kakak tahu kau pasti terguncang, tapi bukan berarti kau harus menunjukkan kebodohanmu di depan semua orang!"Daniela sedang berduka oleh kepergian ibunya yang begitu cepat. Jadi David, tolong! Jangan tambah duka itu dengan membiarkan orang menganggapmu tidak waras.Namun, Tristan sama sekali tidak peduli walau akan dianggap gila. Di hadapannya ada nyawa yang harus diselamatkan, jadi dia merasa berkewajiban untuk memberi pertolongan. Terlebih wanita di atas brankar itu adalah ibu dari tubuhnya yang sekarang.Tristan menatap kakaknya dengan tegas. "Kakak, aku ini adikmu, bukan? Jadi kau harus percaya padaku, tolong beri aku kesempatan, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu!"Sorot mata Tristan sangat kuat, seolah menegaskan bahwa dia pasti akan berhasil. Hal ini secara alami membuat Daniela melangkah mundur, dan membiarkan Tristan melakukan keinginannya.Tristan lantas menoleh ke arah tim medis yang berdiri di belakang. "Tolong pinjami aku satu set jarum!"Satu set jarum?Apa pemuda ini ingin melakukan praktik akupuntur?Mendengar ini, tim medis yang berada di ruangan tersebut tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum mengejek.Bagaimana mereka tidak akan sarkas? Selama ini Devina telah ditangani dengan metode konvensional dibantu peralatan medis canggih, tapi tidak mampu membuat nyawanya tertolong.Pada saat Devina dinyatakan meninggal, tiba-tiba saja ada orang yang begitu percaya diri berkata mampu menariknya dari cengkeraman malaikat maut, dengan teknik akupuntur.Huh, lucu sekali!Memangnya dia ini siapa? Dewa obat?Melihat tanggapan remeh dari petugas medis ini, Tristan dalam hati mengutuk kesal. Rasanya dia ingin memukul orang-orang ini, tapi waktunya terlalu berharga untuk mengurusi masalah yang tidak penting.Berpikir sampai di sini, Tristan segera keluar dari ruang rawat tersebut, menuju bagian khusus akupuntur dan meminta satu set jarum emas.Tak lama kemudian Tristan kembali, dan langsung bersiap untuk melakukan praktik akupunturnya."Bocah, kau pasti tidak memiliki sertifikasi medis, kan? Melakukan praktik ilegal pada pasien yang sudah meninggal juga adalah tindak pidana, aku tidak akan membiarkanmu berbuat sesuka hati di rumah sakit kami!" Dokter paruh baya berambut putih menarik Tristan menjauhi brankar."Segera pergi dari sini, sekarang!" perintahnya sambil menunjuk pintu keluar.Sorot mata dokter ini cukup mengintimidasi, tapi tatapan Tristan jauh lebih mengerikan. Sekujur tubuh dokter ini bahkan langsung gemetaran ketika keduanya saling beradu tatap.Detik selanjutnya, sebelah tangan Tristan terulur mencengkram kerah kemeja dokter tersebut, lalu menekannya ke dinding."Kau adalah seorang dokter, kau pasti tahu apa akibatnya jika pasien terlambat diberi pertolongan. Jika hal itu terjadi, maka tanganku sendiri yang akan mengantarmu bertemu Dewa Hades!"Setelah memberi ancaman, Tristan segera melepaskan dokter paruh baya itu dan mulai melakukan metode akupuntur untuk menyelamatkan ibunya.Pada saat ini, tidak ada seorang pun dari tim medis di sana yang masih berani menghalangi. Mereka semua ketakutan karena dapat merasakan aura Tristan yang mengerikan.Namun, si dokter paruh baya masih tetap berniat untuk menghalangi Tristan, dia berbisik pada salah satu bawahannya, "Cepat beritahu kepala rumah sakit, dan sekalian bawa petugas keamanan datang ke sini, pemuda itu harus dihentikan!"Mendapat perintah dari atasannya, perawat muda itu mengangguk dan bergegas meninggalkan ruang rawat. Ketika kembali, dia sudah bersama direktur rumah sakit dan beberapa orang petugas keamanan.Dokter paruh baya kembali bersemangat ketika melihat direktur rumah sakit tiba, dia segera mengadu, "Direktur Liam, praktik ilegal pemuda itu tidak bisa dibiarkan. Jika perbuatannya sampai terekspos oleh media, maka reputasi rumah sakit kita akan hancur."Direktur ruma
"Ja-jangan!" Hendrik Liam tercekat dan segera mengangkat kedua tangan di depan dada, "Maafkan aku Tuan Graham, aku tidak bermaksud untuk meragukanmu."Wajah Hendrik Liam tampak memerah. Dia tidak tahu di mana harus menyembunyikan muka jika Tristan sampai mengatakannya di sini, dan didengar oleh orang lain.Pada saat ini, Hendrik Liam menjadi semakin kagum pada kemampuan Tristan. Dia menyadari bahwa pemuda di hadapannya ini tidak sekedar memiliki keterampilan medis yang hebat, tapi juga memiliki penglihatan yang luar biasa."Dokter Ajaib, di sini ada alamat rumahku, silakan datang jika kau sudah memiliki waktu luang." Hendrik Liam menyerahkan dua buah kartu dengan penuh semangat.Yang satu adalah kartu nama, dan yang satu lagi adalah kartu bank.Tristan tidak segera mengambil kartu tersebut, melainkan hanya melirik dengan sebelah alis mata terangkat.Melihat Tristan enggan menerima kartu pemberiannya, Hendrik Liam pun berinisiatif untuk meraih tangan Tristan dengan sedikit memaksa."Dok
Reinkarnasi seorang dewa perang?Apakah itu berarti ada jiwa lain di dalam tubuhnya?Untuk beberapa saat, pengakuan Tristan berhasil membuat bola mata Alea nyaris melompat keluar, dan isi pikirannya menjadi kosong.Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena pada detik selanjutnya Alea langsung tertawa keras.Tristan melirik ke samping, sorot matanya masih sangat serius. "Kenapa kau malah tertawa? Apa ada yang lucu?"Alea menutup mulut, butuh beberapa detik baginya untuk menghentikan tawa.Setelah itu, dia menggelengkan kepala dan berkata dengan sarkas, "David, David, ternyata setelah bangun dari koma kau bukan sekedar menjadi sedikit berguna, tapi juga menjadi pria yang pandai membual!"Melihat ekspresi tidak percaya di wajah Alea, Tristan pun mengurungkan niat untuk bercerita lebih banyak.Di kehidupan sebelumnya, Tristan Miller adalah pribadi yang sangat efisien, baik itu dalam menggunakan waktu, maupun dalam bertindak.Tristan tidak suka mengulur-ulur waktu, juga tidak suka
"Kamu- ...."Di hadapan pria yang dianggap sebagai menantu bodoh, bisa-bisanya di hati Kenzo muncul rasa takut. Semakin lama semakin kuat, hingga menghadirkan dorongan batin untuk segera berlutut.Tidak boleh!Kenzo tidak ingin kalah mental, dia adalah seorang perwira militer berpangkat kapten, mana mungkin akan membiarkan diri diintimidasi oleh seorang menantu rendahan.Namun, semakin Kenzo berusaha untuk mengadu uara dengan Tristan, semakin gemetaran pula tubuhnya. Dalam pandangan Kenzo, aura Tristan seperti Raja Dewa dari langit yang tiada tandingannya.Pada saat ini, Tristan tiba-tiba tersenyum dingin seraya menepuk bahu Kenzo, "Ternyata kau ini bermental tempe, dasar pecundang!"Selesai berkata, Tristan masuk ke dalam rumah tanpa melakukan apa pun. Hal ini membuat Kenzo tidak mengerti, apa hanya seperti itu saja?Tadi bersikap layaknya dewa kematian, lalu tiba-tiba pergi seolah tidak pernah terjadi apa pun.Benar-benar konyol!"Cuih, lagi pula apa yang harus aku takutkan dari mena
Bagaimana mungkin?Jelas-jelas yang berdiri di hadapannya ini adalah menantu dengan keterbelakangan mental, kenapa tiba-tiba menjelma jadi seorang kultivator?Yang lebih mengejutkan, Kenzo dapat merasakan jika tingkat kultivasi lawannya ini tidaklah rendah.Kenzo memang memiliki sedikit pengetahuan tentang dunia kultivasi, sebab dia sendiri pernah belajar menjadi kultivator, meski langsung gagal pada tahap pertama karena tidak mampu mengaktifkan energi murni dari dalam dirinya.Kini setelah mengetahui bahwa lawannya adalah seorang Kultivator, Kenzo pun langsung menyadari jika dirinya tidak memiliki kesempatan untuk melawan.Yang tersisa hanyalah insting untuk bertahan hidup, tentu saja dengan jurus memelas.Segera, Kenzo berlutut memohon ampun, "David ... aku mohon maaf, aku berjanji tidak akan mengejar Alea lagi. Tolong jangan bunuh aku, sebagai gantinya, aku akan memberikan setengah kekayaanku untukmu."Kenzo menunggu jawaban, tapi yang ia dapatkan hanyalah senyuman dingin mematikan.
"Bibi Warren adalah keluargaku, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun menindasnya!" balas Tristan sambil menghunus tatapan berapi-api.Pengakuan Tristan tidak hanya menghadirkan kerutan di dahi Baron tua, Thalita Warren sendiri juga terkejut mendengarnya."Nak, kamu ini siapa?" tanya Thalita Warren sambil menyeka air matanya.Tristan segera menjelaskan dengan lembut, "Bibi, nanti aku akan jelaskan semuanya, sekarang biarkan aku mengurus tua bangka ini terlebih dulu.""Hahaha, bocah gila, apa yang bisa kau lakukan dengan tubuh yang seperti kerbau itu?" Baron tua tertawa mengejek.Tubuh Tristan memang jauh dari kata Proporsional, sama sekali tidak mencerminkan seorang yang memiliki kemampuan bela diri.Baron tua sangat yakin, Tristan pasti akan langsung jatuh pingsan hanya dengan satu pukulan dari anak buahnya.Sebagai tanggapan diremehkan oleh Baron Tua, Tristan tersenyum dingin seraya melangkah ke depan dua kali. "Kau ingin tahu apa yang bisa aku lakukan? Terima ini!"Plaaak!Pada de
"Hei, apa mata anjingmu itu tidak berfungsi dengan baik? Aku di sini, berdiri tepat di depanmu!"Hah?Di wilayah selatan kota Daeville ini, siapa yang berani berlaku sombong di hadapan Bos Dragon, hanya Tristan saja.Bukan sekedar menunjukkan kesan tidak takut, Tristan bahkan berani memakinya. Hal ini jelas membuat orang-orang yang menyaksikan semakin tercengang, hingga dagu masing-masing dari mereka nyaris jatuh ke tanah."Bocah ini benar-benar berani, apa dia tidak tahu siapa Bos Dragon?""Entahlah, aku juga berpikir begitu, sepertinya di berasal dari luar daerah.""Habislah, bocah malang ini pasti akan berakhir mengenaskan.""Sebaiknya kita pergi saja dari sini, aku takut kita akan terkena imbas kemarahan Bos Dragon.""..."Akhirnya kerumunan ini membubarkan diri karena tidak ingin celaka. Sementara sebagian yang masih penasaran, hanya berani mengintip dari jendela rumah masing-masing.Apa yang mereka takutkan bukanlah omong kosong. Faktanya Bos Dragon telah mendominasi di kota Daev
Pada saat ini, Bos Dragon telah sepenuhnya tenggelam dalam rasa takut.Jika dirinya yang hanya ahli bela diri setingkat master saja bisa mendominasi di ibukota Provinsi, apa kabar dengan seorang grand master?Bos Dragon segera menyadari satu hal, bukan hal yang sulit bagi orang dengan kualifikasi setingkat grand master untuk menjadikan para ahli bela sebagai budak. Dalam hal ini dirinya juga termasuk."Se-senior Grand Master, aku mengaku salah, tolong beri aku kesempatan untuk menebusnya." Dengan tubuhnya gemetar ketakutan, Bos Dragon memohon dengan suara tersendat.Namun, Tristan justru tersenyum mencibir ketika Bos Dragon mengira grand master adalah potensi terbesar dari dirinya.Bagi seorang Tristan Miller, gelar grand master tidak lebih dari sekedar sampah!Pada saat bersamaan, Tristan mengangkat sebelah tangannya ke atas. Dari ujung dua jarinya muncul energi murni berwarna merah, yang kemudian berubah bentuk seperti shuriken.Detik selanjutnya Tristan mengayunkan tangannya dua kal