Pagi itu Mohzan dan Arya sudah berdiri di sebidang tanah yang cukup luas. Tanah itu baru saja mereka beli dengan uang sumbangan yang diberikan warga internet yang ikut membantu Mohzan untuk mensejahterakan kehidupan adik-adiknya.Hari ini adalah hari yang sangat dinanti oleh Mohzan karena hari ini adalah awal pertama asrama itu dibangun. Mohzan berkeinginan untuk membangun asrama untuk tempat tinggal adik-adiknya dan beberapa fasilitas lain seperti ruang belajar dan mushola. Namun karena dana belum mencukupi, Mohzan memutuskan untuk membangun asrama saja terlebih dahulu.Ditempat itu telah berkumpul delapan orang tukang bangunan dan seorang pimpinan mereka. Selain itu disudut tanah itu telah tertumpuk bahan material berupa pasir, semen, batu dan besi.Karto sebagai pimpinan proyek pembangunan asrama yang rencananya akan dibuat berlantai dua itu terlihat sedang berbincang dengan Mohzan dan Arya. Sekali-kali nampak mereka menunjuk-nunjuk ke beberapa a
"Pokoknya saya tidak mau tahu, minggu depan pertunangan Alpan dengan Ramona harus dilaksanakan ! Kalau tidak..., Kamu harus mengembalikan semua dana yang telah aku pinjamkan untuk menyelamatkan perusahaanmu !" Satya memberi ultimatum kepada Danar yang nampak tertunduk ketakutan."Iya Tuan Satya. Saya akan pastikan bahwa minggu depan pertunangan Alpan dengan Ramona kita laksanakan. Tuan Satya jangan khawatir." Sahut Danar membujuk Satya yang sudah naik pitam."Masih untung dia hanya meminta si Ramona. Huuh.. ambil saja anak itu, aku tidak peduli..!! Yang terpenting Khalista anakku selamat dari si Alpan bajingan itu." Danar bergumam dan mengutuk didalam hati.Memang kelakuan Alpan tidak mendapat simpati dari siapapun yang mengenalnya. Dia terkenal sombong dan pemabuk. Beberapa kali dirinya juga tersangkut kasus narkoba. Walaupun katanya dirinya adalah nota bene menduduki kasta dan derajat teratas di negeri ini, tetap saja tidak ada orang tua yang sudi anakn
"Hati-hati Nak..!! Tanganmu belum sembuh." Naira dan Satya memapah Alpan memasuki kediaman mereka. Dibelakang mereka Astuti mengikuti dengan wajah cemas. Ia sangat mengkhawatirkan cucu kesayangannya itu.Diruang makan Sudarta dan Junara baru saja selesai makan malam. Mereka nampak berbincang seputaran bisnis properti dan televisi.Kedatangan Alpan beserta Naira, Satya dan Astuti menghentikan obrolan mereka."Alpan, kamu sudah boleh pulang..?" Junara bertanya pada keponakannya yang nampak sedang dipapah oleh Naira dan Satya menuju ke kamarnya.Alpan tidak menjawab pertanyaan Junara pamannya itu. Naira dan Astuti juga melengos kesal. Mereka bertiga mengantarkan Alpan sampai kedalam kamar.Setelah mengantarkan putranya ke dalam kamar, Satya mendatangi Junara dan Sudarta yang nampak melanjutkan perbincangan mereka."Kalian masih berbincang dengan santai sementara anakku sedang mengalami musibah !" Tiba-tiba Satya data
"Baik Khalista, hari ini pelajaran sudah cukup. Semoga apa yang telah kamu pelajari bisa selalu diingat sampai ke sekolah." Ucap Mohzan sambil tersenyum menutup proses belajar mengajar ditempat les miliknya. Hari ini Khalista datang seorang diri tanpa Ramona. Menurut Khalista, Ramona tidak ingin melanjutkan sekolah karena sebentar lagi akan menjadi istri Alpan pewaris tunggal keluarga Sudarta yang kaya raya. Sebenarnya Mohzan meragukan semua yang dikatakan Khalista. Tapi ia merasa tidak punya hak untuk ikut campur urusan keluarga orang lain. Mohzan hanya membathin dalam hati. Ada sesuatu yang hilang yang ia rasakan dihatinya. Apakah itu ? Mohzan sendiri belum bisa menterjemahkan perasaannya itu. Karena hal itu baru pertama kali ia rasakan seumur hidupnya. "Setelah ini Bang Mohzan mau kemana..?" Khalista merasa waktu bersama Mohzan terlalu singkat. Ia ingin lebih lama lagi bersama dengan lelaki yang telah merebut hatinya itu. Tapi Mohzan tetaplah Mohzan. Pemuda yang s
Ayo mulai berdoa..! Rangga coba kamu yang memimpin doa !" Perintah Arya kepada Rangga dan anak-anak lain yang bersiap untuk menyantap paket makanan dari Khalista. Seperti biasanya sebelum makan mereka memang diwajibkan berdoa terlebih dahulu.Rangga segera membaca doa dan yang lain mengikutinya. Setelah selesai berdoa mereka menyantap makanan dengan lahap."Terima kasih Khalista, kamu sudah mau berbagi dengan kami disini." Kata Mohzan mulai membuka paket makanan yang diberikan Khalista. Sebenarnya hatinya tidak nyaman menerima pemberian Khalista, tapi ia tidak enak untuk menolaknya.Sebelum sempat menyentuh makanan itu telepon genggam Mohzan berdering. Foto Soraya muncul dilayar HP nya menandakan bahwa Soraya yang sedang melakukan panggilan telepon. "Halo Assalamualaikum Raya..!" Mohzan menjawab voice call Soraya."Uuuh, perempuan itu ternyata sering menelpon Bang Mohzan. Kurang ajar... Atau.... apakah mereka berdua sudah b
Malam semakin larut. Desma semakin dilanda keresahan. Keakraban Mohzan dengan Junara akhir-akhir ini membuat Desma dilanda kebingungan.“Desma, akhir-akhir ini Ibu lihat kamu sering melamun dan kebingungan. Bahkan malam sudah selarut ini kamu belum juga tidur. Ceritakan kepada Ibu apa yang membuatmu jadi resah seperti ini ?” Bu Aisyah bertanya lembut kepada Desma yang nampak melamun dan memandang kesuatu arah. Angannya seperti tidak dibadan. Sekali-kali Desma nampak menghela nafas panjang dan dalam.“Bu, Desma harus bagaimana Bu..? Desma benar-benar bingung.” Ucap Desma sambil menatap mata Ibu Aisyah yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.Ibu Aisyah semakin bingung mendengar keluhan Desma. Ia mendekati Desma lalu membimbing tangan wanita itu dan membawa duduk diatas sofa.“Sini..!! Ayo ceritakan kepada Ibu. Jangan kamu simpan sendiri kegundahan hatimu. Mana tahuan Ibu bisa membantu masalahmu.” Ucap Ibu Aisyah seperti membujuk anak kecil yang sed
Tiga hari lagi adalah hari yang ditentukan sebagai hari pertunangan Ramona dengan Alpan. Walaupun akan disandingkan dengan laki-laki pewaris harta kekayaan yang melimpah yang tidak akan habis dimakan tujuh keturunan, namun hal itu tidak membuat Ramona berbahagia.Hampir semua orang tahu bagaimana keburukan sifat dan tabiat Alpan. Dirinya jauh dari laki-laki yang pantas dijadikan imam. Selain suka mempermainkan perempuan, ia juga sering terlibat kasus kriminal lainnya seperti menganiaya orang dan juga pecandu narkoba.Ramona merasa masa depannya sudah tidak bisa diharapkan lagi. Untuk melarikan diri dari nasib buruk ini juga tidak sanggup ia lakukan. Dirinya kini sudah dikurung bagaikan seekor ayam yang menunggu hari penyembelihan.Mengingat nasibnya yang malang, Ramona hanya bisa menangis. Sekali-kali ia membuka layar ponselnya dan menonton video-video Mohzan yang sudah banyak berseliweran di media sosial. Sekali lagi gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang. Peras
Hari ini adalah hari yang dinantikan Alpan. Walaupun kesehatannya belum pulih namun ia sangat senang karena sebentar lagi ia akan bertunangan dengan Ramona gadis yang telah membuatnya dendam.Beribu rencana telah disiapkan Alpan setelah nanti Ramona menjadi tunangannya. Ia ingin menyiksa gadis itu dengan caranya sendiri.“Awas kamu Ramona, kamu pikir kamu sedang berurusan dengan siapa ? Hahhaa... Kamu lihat saja nanti setelah kamu menjadi tunanganku. Aku akan merusakmu dan mempermalukan kamu!” Alpan menghadap kaca besar nampak tertawa penuh dengan dendam kesumat.“Kamu lihat tanganku ini hah... Patah.. itu semua karena ulahmu.. hahhaa.. tapi tidak mengapa. Toh sebentar lagi tanganku akan pulih kembali. Tapi kamu... kamu akan membayar lunas semua ini Ramonaaa...! Hmm...yaa...kamu akan membayarnya semua.. hahhaa.. Setelah aku puas menyakitimu, aku akan meninggalkanmu.. perempuan bangsat..!” Rahang Alpan menggelembung dan giginya rapat