Khalista menggeliat diatas tempat tidur empuk disebuah hotel cukup mewah. Perutnya terasa lapar melilit namun Danar ayahnya belum juga datang membawakan makanan seperti biasa untuknya.
Sudah dua minggu Khalista menginap disana bersama dengan Danar yang menempati sebuah kamar disebelah kamar putrinya itu.Sebenarnya Danar sudah berusaha membujuk Khalista untuk tinggal disebuah rumah sederhana yang bisa mereka sewa. Hal itu ia lakukan mengingat keuangannya yang tidak seberapa. Danar berharap bisa bertahan lebih lama dengan uang simpanannya itu sampai ia mendapat pekerjaan baru.Namun Khalista yang terbiasa tinggal dirumah mewah menolak ide Danar itu mentah-mentah. Khalista enggan diajak hidup didalam lingkungan sederhana. Dan Danarpun tidak bisa membantah keinginan putrinya itu.Sudah dua minggu ini Danar mondar-mandir mencari pekerjaan namun belum satupun yang berhasil. Sedangkan biaya hidup mereka sangat tinggi sehingga uang tabungan yang tidak seberapa itu“Listaaa...!!! “ Danar menjerit berlari kencang kearah putrinya yang sudah tergeletak ditengah jalan. Kening Khalista mengucur darah segar, kaki dan tangannya juga banyak terdapat luka lecet.Klason mobil dan motor riuh bersahutan. Beberapa orang pengumudi turun dan memberikan pertolongan. Tubuh Khalista yang tiada berdaya diangkat ketrotoar. Banyak sekali orang-orang yang datang berkerumun. Danar tak hentinya berteriak menangis menyaksikan putrinya yang terluka parah dan pingsan.Keriuhan itu juga mengagetkan Desma yang sedang sibuk melayani pembeli diwarung makannya.“Ibuuuu...!!” Desma menjerit begitu menyadari Ibu Aisyah tidak ada diwarung itu. Dengan sangat khawatir Desma berlari ketempat orang-orang yang telah ramai berkerumun. Desma panik karena menyangka Ibu Aisyah telah menjadi korban tabrakan.“Ibuuuuu...!!!” Sambil berteriak histeris Desma menyibakkan tubuh-tubuh yang sedang berkerumun. Desma segera menarik naf
Pagi itu cukup cerah.Puluhan anak lelaki berbagai umur nampak begitu sibuk dilokasi pembangunan asrama. Mereka bekerja bahu membahu dengan para tukang untuk segera menyelesaikan pembangunan asrama dan beberapa ruang kelas serta satu buah mushola.Mohzan terlihat sedang mengecat dinding dengan menggunakan meja tinggi sebagai tempatnya berdiri. Sebagian tukang ada yang memasang keramik ada pula yang sibuk memasang instalasi listrik. Persentase pembangunan itu sudah mencapai tingkat 80%. Anak-anak merasa sangat gembira memiliki hunian baru yang lebih nyaman dan bersih. “Bang, ada Soraya tuuh..!!” Dika memberi tahu Mohzan sambil menengadah melihat keatas. Mohzan segera menghentikan pekerjaanya dan menoleh kearah tunjuk Dika lalu bersiap melompat turun.“Hup..!!” Sekarang kakinya sudah menginjak lantai dan ditangannya masih terpegang roll cat yang tadi ia gunakan. “Teruskan Dik..!” Perintahnya kepada Dika sembari memberikan gagang roll cat ke
“Ada yang salah dengan rasa makanan ini Pak..?” Mohzan memutuskan untuk bertanya setelah beberapa detik lamanya melihat Tuan Junara terpana.“Sungguh luar biasa... Kamu tahu Mohzan, rasa rendang ini sama persis dengan masakan istri Bapak.” Ujar Tuan Junara.Mohzan tersenyum lega.Ia meneruskan suapannya dan Junara serta yang lainnya juga demikian. Mereka makan dengan lahap sambil berbincang hangat.“Mohzan..!!”“Iya Pak..!” Mohzan menjawab sopan panggilan Junara.“Bolehkah Bapak datang ke warung Ibumu, Bapak ingin memesan beberapa potong rendang untuk dimakan nanti dirumah.” Kata Junara sembari menatap Mohzan yang tersenyum dan mengangguk senang.Mohzan senang karena Junara menyukai masakan ibunya dan juga merasa hangat dengan sikap Junara yang penuh kekeluargaan. Sikap dan kelakuannya bertolak belakang dengan kasta yang ia dan keluarganya miliki. Walau berada diatas puncak g
Desma berlari menuju pintu yang menghubungkan warung dengan ruang dalam bangunan sederhana itu. Pengakuan Junara suaminya membuat hati Desma merasa sangat bersalah karena ia meninggalkan suaminya itu dua puluhan tahun yang lalu.Satu langkah lagi kakinya akan keluar dari pintu, tiba-tiba Desma menghentikan langkahnya. Keraguan kembali menghinggapi perasaan wanita. Ia pun menyurutkan langkahnya dan kembali duduk disebuah kursi dan melanjutkan menguping pembicaraan Tuan Junara dengan Mohzan.“Dulu Bapak hidup dengan seorang istri yang sangat Bapak cintai. Selain cantik ia adalah wanita sederhana dan jauh dari sifat sombong.,” Tuan Junara melanjutkan ceritanya. Mohzan mendengar dengan penuh perhatian.“Hanya tiga bulan berumah tangga tiba-tiba istri Bapak itu menghilang, dan sampai sekarang Bapak tidak bisa menemukan bahkan jejaknya sekalipun.” Sorot murung diwajah Tuan Junara kini sudah bertambah mendung.Sedangkan Mohzan terhenyak kag
“Tak..tik..tak..tik..” Bunyi keyboard laptop lirih terdengar. Seorang laki-laki tidak begitu baya sibuk dengan kegiatannya disebuah kamar yang tertutup. Laki-laki itu adalah salah seorang anak buah Tuan Satya yang seminggu yang lalu bertugas menjemput Mohzan ke gedung tua dan membawanya kehadapan Tuan Satya.“Sempurna..!!” Serunya sembari memperhatikan adegan video dilayar laptopnya. Video itu ternyata adalah hasil rekaman perkelahian Mohzan dengan belasan anak buah Tuan Satya disebuah gedung kosong seminggu yang lalu.Darko nama lelaki itu telah merekam secara diam-diam semua aksi laga Mohzan yang belum pernah dilihatnya secara nyata sebelumnya.Semenjak ia bertemu langsung dengan Mohzan dan beberapa adik-adik angkat Mohzan, lelaki itu sudah jatuh simpati kepada mereka. Darko terkesima melihat ikatan kasih sayang antara Mohzan dan adik-adik angkatnya yang ia pungut dijalanan itu. Untuk itu Darko ingin membagikan video aksi Mohzan itu k
Haai..semua pembaca.Terima kasih sudah mau membaca karya saya. Dukungan yang kalian berikan sungguh menambah semangat saya untuk terus berkarya.Spesial terima kasih kepada yang udah vote dan meninggalkan komentar.(Irsyad Rusadi, Tumi Udin, Mirai Kuriyama. C, Akang Trie, Buyung Caniago, Uunf, Manusia Biasa, Izwar Rahman, Pengunjung, Budiono Bali, Agung Purwantoro, Muzzani Akhmad, Arman R, Novita Agustin, Puthut Sihwiyono, Herycahfilano, Revo Reva, Imelia imotz lestari, Bodrek, Renhurt, Raja Aly,Abdul munip, Aulyan justin.) Makasih votenya yaa.. 🙏Lupi Al hanan.Oke, saya usahain setiap hari bisa update yaa... Makasih komennya..🙏Ditunggu vote dan komen2 berikutnya.❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️Love you all
“Ada apa ribut-ribut barusan..?” Naira bertanya kepada dua orang satpam yang bertugas menjaga pintu gerbang kediaman keluarga Sudarta nan megah.“Ada demo Nyonya..!” Jawab salah seorang dari mereka sambil menunduk memberi hormat.“Siapa yang didemo..??” Naira mengajukan pertanyaan kedua sambil mengerutkan keningnya yang mulus.“Tuan Satya dan Tuan Muda Alpan, Nyonya..!” Sahut satpam itu menjawab pertanyaan kedua Naira. Kedua penjaga pintu gerbang itu tetap menunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya.Naira membuka layar ponselnya dan segera mencari berita viral di chanel youtube.“Jalan..!! “ Perintahnya kepada sopir pribadinya.“Baik Nyonya..!” Sopir itu menjawab dengan sangat sopan lalu mulai mengemudi.Naira terus saja mengutak-atik ponselnya. Berita Tuan Satya dan Alpan mengintimidasi Mohzan telah menyebar di media sosial. Tidak sedikit warganet menyuarakan untuk menuntu
“Wuuus... Wuuuss....!!” Seorang bocah laki-laki berputar diatas sebuah meja yang tidak begitu besar. Beberapa orang temannya berdiri melingkari meja itu untuk menonton aksinya.Salah seorang dari mereka memegang ponsel yang mungkin saja milik ibunya. Kamera diarahkan kepada si anak yang sedang beraksi diatas meja itu. Anak lelaki yang berusia sekitar 10 tahun itu sedang menirukan jurus-jurus Mohzan yang ia lihat didalam video yang didownload dari channel youtube.“Bukan begitu Panjii...!” Seorang temannya memprotes. Ia beringsut keatas meja menggantikan bocah yang dipanggil Panji tadi.Bocah kedua mulai memperlihatkan aksinya menirukan gerakan Mohzan. Beberapa mak-mak yang lewat berhenti untuk menyaksikan.“Wuuuus....” Si bocah mulai berputar.“Wuuss..” Ia mencoba melompat ke udara sambil berusaha memutar tubuhnya seperti gasing.Malang baginya ia kehilangan keseimbangan tubuh hingga tak ayal lagi tubuh mu