"Terima kasih untuk semua tuan dan nyonya yang sudah hadir dalam pesta ulang tahunku malam ini. Tahun ini lebih istimewa dari pada tahun yang sudah-sudah, sebab tahun ini keluarga Knox juga melaksanakan pemilihan untuk putra kami, Xavier Knox. Terima kasih untuk semua Seed yang sudah berpartisipasi, aku mengharapkan hubungan diantara keluarga kita semua berjalan baik untuk seterusnya." seluruh tamu undangan bertepuk tangan menanggapi kata-kata pembuka dari Mr. Knox. Sebuah pesta tidak akan lengkap tanpa dansa. Sebagai pembukaan, kepala keluarga Knox itu mengulurkan tangannya kepada istri tercintanya, nyonya Knox menyambut tangan itu dengan senyum malu-malu yang mengembang. Kedua pasangan yang sudah bersama selama bertahun-tahun itu melangkah, menjadi satu-satunya pasangan yang menari di tengah taman yang dikelilingi oleh bunga-bunga yang ikut menari bersama mereka. Keirian nampak dari tamu yang melihat, tentang bagaimana sebuah cinta sejati yang masih bertahan hingga puluhan tahun— m
"Rasanya sudah sangat lama kita tidak bertemu. Wajah cantikmu selalu terbayang-bayang di kepalaku." puji Jacob mengangkat tangnnya yang lain untuk meraih dagu Quinn yang langsung ia tepis. "Saat ini aku adalah Seed keluarga Knox, kau harus menjaga ucapan dan perbuatanmu." seorang wanita yang menjadi Seed memiliki keistimewaan, mereka berhak menolak pria yang mendekatinya, juga selama masa pemilihan, siapapun tidak boleh membicarakan pernikahan ataupun lamaran. Itulah kenapa Quinn berharap pemilihan Knox berlangsung lebih lama lagi. Sayanganya, hanya dalam waktu tiga minggu, sudah banyak Seed yang mengundurkan diri. Sudut bibir Jacob Pan terangkat, adrenalinnya menggebu melihat Quinn yang berusaha keras menghindar darinya. Semakin sulit untuk di dapatkan, maka akan terasa lebih puas. Apalagi setelah ia berhasil membuat wajah angkuh Quinn Flos menangis memohon pengampunan darinya. Ia menjilat bibir bawahnya secara sensual. Quinn meremang. "Hanya sebentar. Pemilihan Xavier akan seger
Berbeda dengan mereka yang hanya bisa melihat dari jauh, kedua bola mata Youna melebar setelah mendengar kalimat dari mulut sang jenderal. Gadis scarlett itu ingin mempertanyakan apa maksud dari Xavier, akan tetapi ia urungkan karena ia tahu watak sang jenderal. Jacob Pan tertawa terbahak-bahak, seraya memegangi perutnya. Sungguh tidak dapat disangka-sangka, sang jenderal datang seperti pahlawan. "Jenderal, aku tahu anda senang bertingkah seperti pahlawan, tetapi aku rasa saat ini bukan saat yang tepat." ujarnya seraya melihat genggaman tangan sang jenderal pada pergelangan tangan Quinn. Ia masih ingat bagaimana sang jenderal yang hampir mematahkan tangannya sebelum Jacob melepaskan Quinn dari cengkramannya. "Jika Mr. Jacob merasa aku terlalu sering bertindak sebagai pahlawan, apakah itu berarti kau penjahatnya?" Jacob terdiam, mata rubahnya terlihat tidak senang. "Nona Flos adalah Seed keluarga Knox, selama nona Flos setuju, maka dia akan berdansa denganku." kini, onyx gelap Xavie
Suara tepuk tangan bergema bersamaan dengan tarian jenderal Xavier dan Seed pemilihan keluarga yang selesai. Nafas Quinn sedikit terengah namun ada hal lainnya yang membuat senyuman di wajah dinginnya tidak kunjung hilang.Saat kecil ia selalu suka menari. Sejak kecil ia sering melihat sang ayah berdansa sambil tertawa bersama ketika sang ibu tidak sengaja menginjak kakinya. Lalu Quinn kecil akan merajuk dan sang ayahpun mengajaknya untuk menari bersama.Ia terlalu larut dalam kenangan buruk hingga melupakan kenangan indah.Quinn Flos berdiri berdampingan dengan jenderal Xavier, sama-sama memberi penghormatan sebagai bentuk terima kasih sebelum meninggalkan lantai dansa dan berpisah. Xavier menuju teman-temannya, Quinn menuju ke arah temannya."Kau sangat luar biasa Quinn!" Irish menyerahkan segelas minuman berwarna merah kepadanya. Quinn menggeleng, dia tidak minum minuman beralkohol. "Hahaha, aku tidak mengira jenderal Xavier akan mengajakmu berdansa. Plot twist yang tidak terduga!
Nyonya Knox membuka jaket tebal yang ia gunakan, ia mengikat rambutnya dengan tinggi dan berjalan ke tengah arena. Tujuh lawan satu yang berarti mereka semua akan berhadapan dengan sang nyonya Knox untuk mendapatkan batu itu dari tangannya. Meskipun sudah memasuki usia yang tidak muda lagi, nyonya Knox tetap merupakan seorang mantan wakil jenderal di masanya. Dia adalah wanita pertama yang berhasil menjadi second in command, hanya satu tingkat di bawah jenderal pelindung planet. "Ini pertarungan yang tidak adil. Nyonya Knox adalah seorang prajurit, sedangkan kita semua tidak." "Sudah jelas siapa yang akan mendapatkan batu itu." bisik Seed lain yang berdiri tidak jauh darinya. Benar, pertandingan ini hanyalah sebuah formalitas, siapapun tahu jika satu-satunya orang yang sepadan dengan nyonya Knox hanyalah Youna Sarlett. "Aku tidak peduli, aku akan merebut batu itu asalkan pemilihan menyebalkan ini segera berakhir." tanpa aba-aba, Irish bergegas menyerang sang nyonya. Ia menjadi Seed
Di saat gadis lain fokus untuk mengalahkan sang nyonya rumah, Quinn memutar otak memikirkan cara merebut batu dari wanita yang lebih tua. Tujuan utama adalah mengambil Black Hole, bukan mengalahkan seseorang seperti nyonya Knox yang hampir tidak tertandingi di masa lalu. Ia bukan orang bodoh yang akan membiarkan dirinya dipukul habis-habisan.Perasaan asing namun familiar itu sekali lagi ia rasakan. Sebuah perasaan yang sama dengan perasaan yang ia rasakan ketika berdansa bersama jenderal Xavier kemarin malam. Sebuah perasaan nostalgia yang ia rindukan.Bergerak bebas di arena, menerjang ke arah lawan tanpa ampun dan mendapatkan kemenangan dengan hati puas.Bersamaan dengan nafasnya yang terengah dan memburu, Quinn menatap batu hitam gelap ditangannya, tidak habis pikir jika dirinya masih bisa melakukan hal yang sama seperti masa lalu. Seluruh anggota tubuhnya, otot-ototnya masih mengingat itu semua dengan jelas, ia bahkan tidak perlu banyak berpikir, membiarkan angin membawanya berge
Tiga orang di dalam ruangan yang sama, hanya dua dari mereka yang mengerti pembicaraan yang sedang dilakukan. Seperti yang Quinn tebak, nyonya Knox bahkan tidak terkejut, hanya kening sang nenek yang berkerut kebingungan. "Apa yang kau bicarakan? Bunga abu-abu apanya?" tanya sang nenek. Sebagai wanita tua yang hanya ingin melihat anak beserta cucunya bahagia, menyaksikan wanita seperti Quinn yang terpilih sudah melebihi harapannya. Namun nona Flos malah menolak keberhasilannya dan menyebutkan tentang bunga abu-abu. "The Flower yang dimiliki oleh nona Flos berwarna abu-abu." jawab sang menantu. Sang nenek yang tahu istri putranya tidak akan bercanda dalam waktu seperti ini terkejut tidak percaya. "Apa itu benar, Quinn?" tanyanya kepada Quinn. Quinn yang ingin menyelesaikan masalah yang ia perbuat mengangkat tangannya untuk menyibak poni yang selalu menutupi Flower miliknya. Dan benar saja, sang nenek sampai tidak bisa berkata-kata. "Aku ingin minta maaf atas apa—" "Kau sudah menge
Quinn terbangun dari mimpi yang sama. Mimpi yang dipenuhi oleh kegelapan dan kolam merah di kakinya. hampir seluruh wajahnya dipenuhi oleh darah termasuk tangannya yang bergetar hebat. Beberapa langkah dari dirinya, Tubuh kedua orangtuanya sudah tergeletak tidak bernyawa. Ia ingin mendekat pada tubuh yang sudah dingin, akan tetapi sesuatu menghalangi langkahnya. Di saat ia melirik ke arah bawah, ia menemukan kakinya tengah menginjak leher seseorang hingga remuk. Seluruh wajahnya basah oleh keringat. Ketakutan yang menghantuinya selama bertahun-tahun bertambah setiap hari. Nafasnya tersengal dan pendek, ia mengambil air yang diberikan kepadanya, meneguknya hingga habis. Ia kemudian menerapkan pengarahan yang telah diajarkan oleh dokter, tarik nafas pelan dan hembuskan secara perlahan sampai ia merasa tenang. Beberapa menit kemudian, nafas memburu Quinn mulai membaik, "apa anda sudah lebih baik, nona?" suara kaku sebuah robot terdengar. "Hmm.." jawab Quinn pelan, secara perlahan memb