*****HAPPY_READING*****
Tiga hari kemudian, Chika sudah mulai kembali tersenyum seperti biasanya. Kini, Chika tak mau posesif dengan Devan. Chika hanya ingin menjalani hidupnya secara lurus.
"Aku tau, cinta memang gak bisa dipaksakan. Mulai hari ini, aku gak akan memaksa Mas Devan untuk mencintai aku. Tapi, kewajibanku sebagai istri akan tetap ku jalankan. Kalau memang kita bejodoh selamanya, mungkin akan ada jalannya untuk Mas Devan bisa mencintai aku dengan caranya sendiri," batin Chika.
Bik Jumi sedang menyiram tanaman di luar.
"Bik, aku keluar dulu yaa?" kata Chika sambil tersenyum.
"Iya, Non."
Bik Jumi tampak senang karena melihat Chika sudah ceria lagi. Dua hari ke belakang, Chika memang sangat memikirkan rumah tangganya. Itu sangat menguras emosi dan fikiran. Kini, Chika akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
"Oh yaa, kalau Mas Devan udah bangun, tolong bilangin, kalau makanan udah siap di meja makan," pesa
*****HAPPY_READING*****Hari ini adalah hari weekend. Indah sudah berada di rumah Devan. Tentunya, Indah mengajak mereka untuk berjalan-jalan ke Pantai sesuai janji Devan kepadanya."Indah, kamu udah siap?" tanya Chika yang sudah berpakaian rapi dengan rambut diikat ke belakang."Udah, Kak. Nih, aku udah bawa peralatan renang nanti disana," jawab Indah mengacungkan beberapa barang yang sudah ada di dalam tasnya.Tak berapa lama, Devan juga keluar dengan pakaian rapi dan menenteng sebuah tas yang berisikan baju ganti dan peralatan lainnya."Let's gooo!" ajak Indah mengacungkan ke lima jarinya.Mereka masuk ke dalam mobil, "Kak Chika di depan aja," kata Indah."Aku mau nemenin kamu, Ndah," ucap Chika.Indah langsung menutup dan mengunci pintu belakang, "Kak Chika di depan yaa? Aku mau rebahan," teriak Indah langsung merebahkan badannya di jok belakang.Akhirnya, Chika menuruti permintaan Indah untuk duduk di
*****HAPPY_READING*****Kini, mereka akan bergegas pulang, karena hari sudah semakin sore."Kak, gimana kalau kita makan di Resto Ayam Bakar yang di Jl.Permai?" tanya Indah."Kamu lapar?""Iya, Kak," jawab Indah memegang perutnya yang sudah berbunyi meminta makanan."Ya udah ayo," ajak Devan.Tiba-tiba, Chika diam mematung, "Auuuwww," rintihnya."Kak Chika kenapa?" tanya Indah."Gak tau, kepalaku masih pusing.""Ya ampun," ucap Indah khawatir, "Kak, tolong gendong Kak Chika," perintahnya."A--a--pa?""Gendong lagi, ayo Kak," desak Indah.Devan langsung memangku Chika menuju ke arah mobil mereka. Indah mengikuti mereka dari belakang."Kayaknya aku ada ide," ucap Indah mengeluarkan ponselnya.Diam-diam, Indah mengabadikan moment itu dengan cara merekamnya lewat HP."Aaa, so sweet," gumam Indah."Kenapa, Ndah?" tanya Devan masih berjalan ke depan.
*****HAPPY_READING*****°POV Clara°Rasanya ingin ku tampar muka Chika yang so cantik. Tega-teganya dia bilang seperti itu sama aku. Awas yaa, Chika, aku akan melakukan pembalasan lebih dari ini."Ekhm, fokus makan!" tegas Devan mencoba membelaku."Iya, Mas," kata Chika.Aku hanya diam tak menjawab, karena aku masih kesal dengan semua ini. Seharusnya aku tak menerima ajakan Devan, tapi aku juga ingin menghabiskan waktu dengannya."Kak Clara sibuk apa nih?" tanya Indah."Sibuk di dunia modeling," jawabku singkat."Waah, pantesan Kak Clara cantik banget. Pasti, pacarnya juga ganteng banget yaa?" tanya Indah lagi, membuatku ingin mengatakan kalau Kakaknya adalah pacarku."Ya, tentu dong, Indah! Pacarku tinggi, putih, mapan dan selalu membuat aku bahagia," jawabku memanas-manasi Chika."O ya, pacarnya bisnis apa Kak?""Bisnis Resto!" ucapku keceplosan."Sama dong kayak Kak Devan," k
*****HAPPY_READING*****°POV Devan°Dengan mata tak percaya, aku terus berjalan melangkah ke dalam perkumpulan disana."Rendy?!" ucapku kaget dan menepuk bahunya."Hallo, Mas Bro! Apa kabar lo?!" tanya Rendy."Kapan lo balik ke Jakarta? Gue selalu baik-baik aja," jawabku."Ini kejutan buat lo. Gue diundang kesini sama Oma, katanya istri lo buka usaha baru dan ini baru pertama kali akan dibuka. Gue salut, sahabat gue yang sangat dingin dan cuek ini akhirnya udah menikah juga," kata Rendy."Iya, Ren. Lo udah nikah belum?" tanyaku padanya."Gue masih belum nemuin jodoh nih, hahahaha," kata Rendy.Aku dan dia pun mengobrol-ngobrol karena acara masih sekitar 20 menitan lagi.Rendy Alvian Putra, dia adalah sahabat aku dari SMA dulu. Sebenarnya, dulu kita adalah empat serangkai. Tapi, dua sahabatku telah tenang di Surga. Mereka meninggal ketika sedang perjalanan ke Bali untuk liburan. Keceleka
*****HAPPY_READING*****°POV Clara°Akhirnya, kita sudah sampai di depan Restaurant ternama di Jakarta. Rendy mengajakku ke Restaurant termahal."Tunggu, kamu duduk dulu," ucap Rendy sambil keluar dari mobilnya.Aku mengikuti perintah Rendy, ternyata dia membukakan pintu mobil."Silahkan," ucap Rendy memperlakukanku seperti tuan putri yang baru saja turun dari keretanya."Makasih yaa," ucapku bahagia.Aku meraih tangannya yang sudah mengulur di depanku. Ya! Dia sungguh romantis sekali. Sebelumnya, aku tak pernah menemukan sosok pria seperti Rendy. Mungkin, dari banyaknya pria yang mendekatiku, hanya Rendy yang benar-benar bisa membuat aku seperti tuan putri.Aku dan Rendy masuk ke dalam Resto, tanganku masih menyelip di tangan Rendy. Kebetulan, di dalam Resto sangat sepi sekali. Hanya ada beberapa orang yang sedang menikmati makan malam.Tak hentinya aku terkagum, karena Rendy ternyata s
*****HAPPY_READING***** Devan sudah berniat untuk menemui Clara pada jam makan siang ini. Dia menghubungi Clara lewat handphonennya. “Aku tunggu kamu di Cafetaria siang ini.” Devan segera menutup teleponnya. Dia sudah bersiap-siap untuk menemui Clara. Di luar, Hito memperhatikan gerak-gerik Devan di dalam ruangan yang pintunya tak tertutup. Lagi-lagi Hito menggelengkan kepala setelah mendengar bahwa Devan akan menemui Clara. Hito sedikit menjauh dari ruangan Devan, agar ia tak ketahuan karena sedang memperhatikan Devan. Devan keluar dari ruangan dan berjalan ke arah mobilnya. *** Chika sudah bersiap untuk makan siang. Dia berencana mengajak Indah untuk ke Resto milik Omanya. Tapi, Indah menolaknya. “Kenapa,Ndah? Kok kamu gak mau?” tanya Chika sedikit kecewa. “Bentar Kak
*****HAPPY_READING*****°POV Chika°Sesekali aku hanya mampu menatap Mas Devan, ingin rasanya aku menangis melihat semua ini. Tapi, aku harus kuat di depan mereka. Adik iparku, Indah juga tak boleh tau tentang hubungan Clara dan Mas Devan."Kak," ucap Indah."Hmm, kenapa?" tanya Devan melirik ke arah Indah.Indah mendekat kepada Devan, "Suapin dong istrinya," bisik Indah.Devan kaget, aku juga kaget. Aku masih bisa mendengar bisikan Indah, walaupun samar-samar aku mendengarnya.Indah kembali duduk dan tersenyum. Sementara, Clara bingung, dia hanya diam membisu.Devan menyendokkan makanan dan mendekatkan ke bibirku. Aku mengernyitkan dahi karena tidak tau harus apa. Aku yakin, Mas Devan hanya terpaksa melakukannya."Buka mulutnya dong, 'kan biasanya kalian juga selalu suap-suapan di rumah," sindir Indah.Hah? Jangankan suap-suapan, untuk berbicara pun selalu aku yang memulai duluan
*****HAPPY_READING*****Malam telah tiba, Chika sedang duduk di teras depan. Lamunan Chika kembali kepada masa lalunya. Masa lalu bersama kedua orang tuanya. Tak akan bisa dipungkiri, kalau masa lalu yang indah itu akan selalu tersimpan di hati Chika untuk selamanya."Dulu, aku menganggap bahwa Mami sama Papi tidak pernah mempedulikanku. Kini, aku mengharapkan lagi kehadiran kalian untuk berada di samping aku. Aku janji, aku tak akan mengeluh kalau Mami sama Papi sibuk," ujar Chika sambil menatap ke atas langit."Dulu, mau seminggu atau sebulan, aku selalu menanti kepulangan kalian. Tapi, sekarang, udah satu tahun lebih Mami sama Papi gak pulang. Mungkin, gak akan pernah pulang lagi," kata Chika meneteskan air matanya.Sebuah mobil masuk ke dalam halaman rumah megah itu, lampu depannya menyoroti wajah Chika dan membuyarkan semua lamunan masa lalu itu.Devan keluar dari mobil. Tak biasanya, Devan pulang jam 19.00. Biasanya dia pulang j