Dalam sekejap, perasaan Bella menjadi lebih baik. saat kini gadis itu telah menemukan target untuk membantunya dalam membalas dendam. secara garis besar, Bella dan Lucas memang telah saling memanfaatkan. Namun, tak menutupi kemungkinan jika keduanya juga sama-sama akan di untungkan."Itu, Bella." ucap Rina, yang tak lain adalah ibunya menatap sambil menunjuk kearah Bella."Felix?" Bella tertegun, saat kedua bola matanya menatap pria yang ia kenal sebagai pengkhianat. bukan lagi kekasihnya. "Kenapa dia di sini? bukankah dia sedang bersama Lisa di hotel?" batin Bella heran bertanya-tanya."Kenapa baru pulang? Felix baru saja datang. Ia baru kembali dari kantor, dan langsung mencari mu kesini."Bella melirik kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. benarkah Felix baru saja kembali dari kantor? atau itu hanya alas
Keesokan harinya, Bella mencoba menahan tangisnya di hadapan Lucas. matanya sudah menggenang, wajahnya kian memanas saat Lucas terus menanyakan kenapa Bella terlihat sangat menyedihkan.Di sebuah cafe, mereka kembali mengatur janji untuk saling bertemu dan menghibur. Lucas yang awalnya menolak karena ada pekerjaan mendesak pun pasrah. ia terpaksa mengiyakan keinginan Bella, lantaran Bella terus menangis sambil menghubunginya."Ada apa?" tanya Lucas heran memperdalam tatapan. meskipun pria itu yakin, jika kondisi Bella seperti ini ada kaitannya dengan masalah yang sedang menimpa mereka."Kau... kau benar," Bibir Bella bergetar, air matanya mulai berjatuhan."Soal Apa?""Felix, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri jika di sekujur dada dan lehernya terdapat begitu banyak bekas kecupan." erang Bella memecah tangisan.
Di sebuah basemen hotel, Bella dan Lucas hanya saling terdiam tanpa bicara. entah apa yang akan mereka lakukan dengan datang ke sana. Lucas sendiri merasa malu akan dirinya yang tanpa sadar sudah mengemudikan mobil membawa Bella ke sebuah penginapan ternama."A... apa kita hanya akan terus diam di sini?" tanya Bella terbata sambil meremat ujung dress-nya."Entah, kau yang memaksaku untuk membawamu datang kesini." sahut Lucas datar, tak berani menatap Bella.Bella menggigit bibir bawahnya, gadis itu mengerjap sejenak begitu ia kembali mengingat apa yang sudah ia lakukan bersama dengan Lucas barusan. "Di hadapan Felix aku terus menjaga harga diriku, tapi di hadapannya aku terus menjatuhkan harga diriku." batin Bella memelas."Se... sebaiknya kita batalkan saja," Dengan penuh kegugupan, Lucas melirik kearah Bella."Kau yakin? kita sudah seja
Paha dan telapak tangan Bella sampai berkeringat basah. sudah beberapa menit berlalu dan Lucas masih saja mendiamkannya. Bella semakin tak nyaman dengan situasi yang menyebalkan ini. Ia ingin bicara. Namun, Bella sendiri kebingungan harus mengatakan apa."A... apa kita hanya akan terus begini?" tanya Bella memberanikan diri."Memangnya kau ingin aku melakukan apa?" sahut Lucas hingga sukses membuat Bella mengeratkan giginya geram."Apa kau tidak pernah bercinta? lakukan apapun yang kau mau padaku!" titah Bella mendengus.Lucas menghela nafas kasar. ia mendalamkan tatapannya kearah Bella seraya beranjak mendekatinya. "Lihatlah dirimu, kau bahkan sangat ketakutan. kenapa terus memaksakan diri?" protes Lucas senada mengejek."Aku tidak takut, aku hanya sedang gugup!""Baiklah, maka kita tidak perlu melakukannya!
Dengan tubuh telanjang yang di tutupi oleh selimut tebal. Bella meringkuk, memunggungi Lucas yang saat itu sedang terkulai lemas tepat di sebelahnya. Bella terus menggigit bibir bawahnya, sesekali Bella melirik kearah Lucas saat pria itu kembali diam tak bicara."Lucas?" Bella memulai pembicaraan, tanpa mengubah posisi berbaringnya membelakangi Lucas."Hmmm?" Lucas bergeming, merasa tenaganya sudah terkuras habis."A... apa yang sudah kita lakukan?" tanya Bella kikuk, terbata."Entah,""Apa sekarang aku sudah bukan lagi seorang per*awan?""Hmmmm,""Astaga..." Bella menghela nafas panjang, dengan ekspresi memelas. "Aku pasti benar-benar sudah gila! seharusnya kau tidak menyentuhku tadi," lirih Bella hingga sukses membuat Lucas spontan membuka matanya."W
Setelah membersihkan badan. Felix terduduk di bibir ranjang, meraih ponsel yang sedari tadi terus berdering menerima panggilan dari seseorang. dua alis Felix menurun, setelah layar memperlihatkan nama pemanggil yang tertampil Nyonya Rina."Tidak biasanya dia menelpon," Felix bergumam, sambil menarik keatas layar ponselnya untuk menjawab panggilan. "Iya, Nyonya?""Felix, apa kau bersama Bella?""Bella?""Dari kemarin ia tidak pulang, apa kau tahu dia dimana?"Deg... Felix tertegun, ia baru teringat sesuatu jika dari kemarin Bella tak kunjung menjawab pesan maupun panggilannya. setelah Felix kembali dari hotel, ia akan selalu menghubungi Bella dan memberikan sebuah alasan klise pada gadis tersebut. Namun, hingga sekarang Bella belum menanggapinya. padahal keduanya sudah berbaikan, meskipun sebelumnya Bella sempat mendiamkannya cukup l
"Stop!"Lucas langsung menginjak pedal rem kendaraannya secara spontan, hingga membuat tubuh Bella sedikit maju kebelakang."Disini?" tanyanya Lucas datar."Iya, aku turun di sini saja." sahut Bella sambil melepaskan sabuk pengaman."Kau tidak akan mengajakku masuk?""Lain kali saja, aku juga harus bekerja. ini apartemenku, sesekali aku pulang kesini. tapi aslinya aku masih tinggal bersama orang tuaku." terang Bella sebelum keluar dari dalam mobil Lucas."Kenapa kesini? aku bisa mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu.""Tidak," Bella menggelengkan kepalanya, "Aku tidak siap untuk di interogasi. mereka tahu semalam aku tidak pulang, itu sebabnya aku memilih kesini."Lucas menghela nafas panjang, ia hanya mengangguk pelan kemudian mengalihkan pandangan k
"Bella, sepertinya dia berselingkuh.""What?" Lisa membulatkan matanya, setelah mendengar pernyataan itu dari Felix, "Kau bercanda?" wanita itupun terkekeh, menganggap ucapan Felix hanyalah sebuah lelucon belaka."Apa menurutmu ini lucu?" Felix mendengus, dengan penuh kekesalan pria itu mengepalkan tangannya geram."Tentu saja, kita juga melakukan hal yang sama. bukankah terlalu naif jika sekarang kau marah?" ujar Lisa mengangkat satu alisnya.Pertama kali dalam hidupnya, Felix merasa dirinya benar-benar tak berdaya. ingin menangis, tetapi air matanya tak kunjung keluar. sesak yang sulit Felix deskripsikan ada kaitannya dengan sebuah rasa yang membuat Felix tak nyaman. ingatannya terus tertuju pada Bella. karena bagaimanapun ia tak terima, jika Bella telah mengkhianatinya."Aku harus mencari tahu, siapa pria baji*ngan yang sudah meniduri