Aku berlari mengejarnya, tapi Manda pun mengikuti langkahku dan mencekal tangan ini sebelum masuk ke kamar.
"Apa lagi, sih?!"
"Re, kita mau nikah! Kamu gak bisa giniin aku!"
"Bisa. Kita hanya bertunangan, dan itu pun karena akal-akalan kalian. Mulai sekarang, pertunangan kita batal. Jangan ganggu aku lagi!"
"Kamu tidak bisa membatalkan ini begitu saja! Kenapa kamu jahat sekali denganku, Re? Kenapa?"
Apa lagi sekarang? Manda mulai menangis seolah dia adalah korban.
"Jadi ternyata kamu seperti ini? Kamu menikmati tubuhku saat istrimu tidak ada. Dan sekarang, kamu mencampakkan aku setelah istrimu pulang, iya? Kamu keterlaluan, Re!"
"Manda!" bentakku. "Aku tidak pernah menyentuhmu, jangan bicara sembarangan!"
"Sembarangan katamu? Setelah beberapa kali kamu meniduriku dan sekarang kamu bilang aku bicara sembarangan?!"
Aku tidak tahan lagi. Aku tau dia sengaja mengeraskan suaranya agar Anya mendengar perka
Anya tertidur lebih awal. Dia mengatakan kalau dia kesulitan tidur beberapa hari ini. Dan sekarang, lihat! Dia sudah seperti orang pingsan saja di atas lenganku. Aku merindukan saat ini. Karena di saat ini, aku bisa puas menciuminya. Menyesap aroma rambutnya, dan menjelajah setiap wajah Anya. Melihat wajahnya, rasanya hati ini begitu tenang. Aku menemukan tujuan hidupku, iya. Tujuanku hanya membahagiakan keluarga kecilku nanti. Aku tidak sabar menunggunya keluar. Aku mengelus perut Anya berulang kali. Hingga ia menggeliat karena ulahku. Aku semakin mengeratkan pelukanku, agar ia kembali terlelap. Napasnya mulai kembali teratur, sepertinya dia sudah kembali bermimpi. "Aku keluar sebentar, tidurlah!" ujarku dengan mengecup keningnya. Aku meninggalkannya sebentar dan keluar kamar. Masih ada Akbar yang belum beristirahat. Aku melambai ke arahnya dan berkata, "Jaga istriku. Aku mau ke ruang kerja sebentar
Mendengar kabar Anya pulang, Rendi sudah nyosor saja. Apa dia gak tau, atau tidak punya jam di rumah? Enak sekali dia bertamu di pagi-pagi seperti ini. Brengsek, memang. Benar jika aku tidak suka, tapi kalau aku berlaku kasar lagi, Anya pasti akan semakin membenciku. Oke, kali ini aku membiarkan dia bertemu dengan istriku. Aku kembali masuk ke kamar dan berkata padanya, "Anya, di bawah ada Rendi. Dia mencarimu, apa kamu mau menemuinya?" Aku lihat, tatapan matanya seolah tidak percaya aku mengatakan itu. Dia pun terlihat bingung mau menjawab apa. "Kalau kamu mau menemuinya, tidak apa-apa. Tapi aku akan menemanimu." Shit! Anya mengangguk lagi. Padahal aku berharap dia menolak tadi. Sudahlah, toh tadi yang menawarkan juga aku. Anya masih menggunakan piyama, dia turun ke bawah. Tentu saja aku mengikutinya, bahkan aku melingkarkan tangan ke pinggangnya. Biar saja. Biar dia bisa melihat kalau
Siang ini sudah ada beberapa calon yang didatangkan Kaisar ke perusahaan. Tapi, satu persatu dari mereka tidak ada yang bertahan sampai lima menit.Regan mulai kesal, dan Kaisar yang menjadi pelampiasan. Pria itu mulai jengah karena belum ada yang pantas untuk ia rekrut sebagai pengawal Fanya.Dia pun menyandarkan punggungnya dengan menghela napas kasar. Melirik ke arah Kaisar dan berkata, "Sejak kapan seleramu rendah?"Jika pilihan pertama semuanya sudah gagal, maka jelas Regan tidak akan berselera lagi dengan pilihan berikutnya.Regan memajukan dirinya, menelisik ke arah Kaisar. Sepertinya ada sesuatu yang pria itu sembunyikan. "Aku tau kamu punya seseorang yang belum kamu serahkan."Lagi-lagi, pria itu diam. Dan itu semakin membuat Regan penasaran seperti apa wanita yang berhasil mengusik Kaisar."Saya butuh waktu untuk membawanya, Tuan.""Baiklah. Bawa dia kalau kamu sudah siap."Kaisar mengangguk da
"Lepas, sakit!" "Tidak sebelum kamu menjawab pertanyaanku," ujar Kaisar dengan mempertahankan tangan Jihan di belakang tubuhnya. Kaisar mendekatkan kepalanya sampai sejajar dengan wajah Jihan. Dia berbisik di telinga gadis itu, "Kamu tidak ingin orang tuamu kelaparan, bukan?" Untuk sesaat, Jihan terdiam dengan pandangan matanya yang kosong. Sampai mulutnya terbuka dan berkata, "Kamu sudah tau tentangku, lalu kenapa kamu melakukan ini padaku?" "Kamu akan mendapat pekerjaan dengan gaji dua kali lipat dari pekerjaanmu sekarang, dan aku akan melipatkan gajimu juga. Apa itu masih sulit, untuk kamu jadikan pertimbangan?" "Cari saja orang lain. Masih banyak orang yang membutuhkan uangmu. Dan aku sama sekali tidak tertarik dengan itu." Kaisar melepas Jihan dengan manggut-manggut dia berkata, "Baiklah, tapi mungkin kamu tertarik jika kabar pemecatanmu sampai ke telinga orang tuamu." "Ada apa den
Tidak ada jam kerja kelewat malam lagi sekarang. Hari ini, Regan sudah tidak sabar untuk pulang dan melihat wajah istrinya. Sepanjang perjalanan pun, dia hanya menscroll foto-foto Fanya dengan tersenyum-senyum sendiri. "Kai, apa kamu pikir dia akan senang, kalau aku membawakan sesuatu untuknya?" "Tentu saja Tuan, semua wanita menyukai itu." "Bagaimana kalau aku membelikannya kalung berlian. Atau cincin, atau ... menurutmu aku harus bawa apa?" "Menurut saya, membawa oleh-oleh tidak harus mewah. Mungkin anda bisa memulainya dengan hal yang sederhana. Seperti makanan, contohnya." "Makanan?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan. "Kamu benar, Anya sedang hamil. Nafsu makannya pun pasti meningkat. Apa yang harus bawa?" Sejak kapan anda malas berpikir? Apa jatuh cinta membuat orang sebodoh itu? "Biasanya wanita suka dengan hal manis. Ice cream mungkin, saya pernah melihat Nona Muda memakan itu dengan A
Regan sudah bisa menebak itu. Sarah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa maksud di dalamnya. Tapi ya sudahlah, toh wanita itu akan kembali ke Amerika hari ini."Apa yang Mama inginkan?"Sarah tersenyum lebar dengan memajukan dirinya. "Antar Mama ke Bandara."Jawaban apa, itu? Dia kira Sarah akan memintanya menikahi Amanda atau mengajak gadis itu kencan, atau sederet permintaan aneh lainnya.Tapi ternyata, itu hanya permintaan remeh bagi Regan. Padahal, Fanya sudah mempersiapkan hatinya tadi. Tapi setelah mendengar jawaban Sarah, wanita itu menghela napas lega."Mama," panggil Fanya. "Kenapa untuk mengantar Mama ke bandara saja Mama harus meminta, Regan pasti akan melakukannya.""Anya benar Ma, aku sudah berencana menyuruh Kaisar untuk ke kantor terlebih dulu karena aku akan mengantar Mama."Kenapa hanya untuk meminta mengantar ke bandara saja harus ada drama? Padahal Sarah selalu mengambil keputusan sepi
Regan baru sadar saat ia melihat tubuhnya pun hanya terbalut selimut. Seperti batu besar, yang menghantam kepalanya dengan keras.Dia mengumpati dirinya sendiri yang begitu bodoh masuk perangkap. "Argghh ...!" teriaknya dengan menjambak rambut."Lepas brengsek! Kamu tidak berhak ikut campur! Regan yang menginginkan ini!"PLAKKTamparan kedua kembali melayang. Percayalah, Kaisar sangat menyeramkan saat ini. Dia menarik lengan Manda dengan kasar, dan menghempaskannya di depan kamar.Tubuh Manda seperti tidak berharga lagi. Kaisar menatapnya dengan jijik. "Kamu akan membayar atas apa yang kamu lakukan!" teriak Manda. Wanita itu masuk ke kamar lain dan memakai bathdrobe untuk menutupi tubuhnya.Bersamaan dengan itu, Regan keluar setelah ia memakai pakaiannya kembali. Langkahnya penuh amarah, dengan meneriaki nama Manda.Kedua tangannya mengepal, dan langsung mendorong tubuh wanita itu dengan kasar
Sepertinya Amanda memang bermain api sekarang. Saat Regan tertidur, dia sengaja mengambil foto sekaligus menyimpan hasil rekaman permainan panas mereka.Dan sekarang, Regan tidak bisa berpikir lagi. Niatnya hanya satu, menghabisi Manda.Kaisar memasang badan, menghalangi Regan saat ia akan keluar dari ruangan. "Tidak, saya tidak akan membiarkan anda pergi.""Menyingkirlah Kai! Atau aku tidak akan segan-segan menghabisimu.""Apa akal sehat anda masih tidak berfungsi? Jika anda seperti ini, anda akan menghancurkan diri anda sendiri, Tuan! Manda seorang publik figur. Salah melangkah sedikit saja, video anda akan tersebar luas."Regan mencekram kerah jas Kaisar dengan berteriak, "Lalu aku harus apa, hah? Katakan! Diam dan melihat dia menyebarkan semua itu, iya?" "Anda sudah terjebak, tidak ada pilihan selain diam.""Jadi kamu juga menghancurkan aku?!""Tidak. Anda yang sudah mengahancurkan diri