“Udah mulai belum?” “U-udah ijab qobul barusan.”Rena menyunggingkan senyum, ia memang sengaja datang agak terlambat agar tak terkesan mengacau pada acara itu. “Rena ...!” panggil wanita paruh baya yang tak lain adalah Budenya, kakak tertua dari ibu tiri serta ibunya Vani.“Bude ...” Rena mengambur ke pelukan yang wajahnya sudah sangat berbeda saat terakhir kali ia bertemu.“Sabar ya, Nduk. Bude enggak nyangka pernikahanmu akan berakhir seperti ini. Bude doakan akan ada lelaki yang beribu-ribu kali lebih baik dan lebih menyayangimu dibanding Danu,” ucap wanita itu.“Iya, Bude. Rena sudah ikhlas kok.” Rena tersenyum lembut. Meski tak pernah merasa dekat, namun ia merasa Bude tirinya itu paling baik dibandingkan saudara lainnya. Benar saja, bak kedatangan artis, suasana yang tadinya tenang kini terdengar riuh saat Rena memasuki rumah. Beberapa orang yang ada di sana terlihat saling be
Saat sebuah pasangan tak kunjung memiliki keturunan, wanita adalah makhluk yang paling tersakiti karena di anggap gagal melahirkan pewaris bagi keluarganya. Terkadang ia sampai rela diduakan demi ambisi seorang lelaki yang selalu merasa wanitalah yang paling bertanggung jawab dalam urusan keturunan. Mungkin baru kali ini Rena mendengar seorang lelaki mau mengakui ketidaksempurnaan pada dirinya di hadapan seorang wanita. “Bersyukurlah dia memberimu alasan untuk membencinya, karena akan lebih sakit jika kita berpisah saat masih saling mencintai,” ucap Huda yang entah mengapa tatapannya kini terlihat lembut.“Kalo masih saling mencintai, kenapa tak sama-sama berjuang? Lagi pula masalah anak, kan, bukan kewenangan kita. Selang berapa lama istrimu melangsungkan pernikahan setelah kalian bercerai?” Lagi-lagi Rena bertanya, ternyata memikirkan masalah orang lain bisa sedikit mengalihkan perhatiannya.“Hanya beberapa bulan dan beberapa bulan kemudian ia berhasil hamil sekarang anaknya mungk
Dari balik tirai Vani terus menatap seorang lelaki yang kini tengah menikmati secangkir kopi sembari fokus pada laptop di hadapannya. Ia tersenyum kecil saat menyadari jika lelaki itu kini telah berstatus sebagai suaminya. Lebih dadi setahun menahan sabar karena statusnya yang hanya kekasih gelap, kini semua berubah setelah Danu mengucapkan ijab qobul di depan adiknya sebagai wali nikah dan menjadikannya sebagai istri sah lelaki yang begitu di pujanya.“Mau sarapan sekarang, Mas? Biar aku siapin?” tawar Vani memutuskan mendekati suaminya.“Sebentar lagi,” jawab Danu tanpa menoleh, tetap sibuk dengan game ditangannya.Semenjak pembicaraan tak mengenakkan antara Danu dan Bu Septi, lelaki itu memang sengaja menghindari mama mertuanya. Meski begitu ia tak bisa buru-buru pindah karena rumah yang akan ia tempati dengan Vani, proses pembayarannya belum selesai sepenuhnya.Vani mengembuskan nafas kasar setelah setengah jam berlalu, namun orang yang kini duduk berdampingan hanya terdiam tak me
Malam sudah larut saat Hendri merebahkan tubuhnya di atas ranjang kamarnya. Kebiasaannya mengonsumsi minuman beralkohol akhir‐akhir ini telah membuat badannya sering sakit. Bukan sebab minumannya tapi ia menjadi sering berurusan dengan orang yang merasa terganggu dengan tindakannya. Beberapa kali ia terlibat baku hantam dengan sesama pengunjung atau diseret paksa oleh pelayan kedai karena ia terus saja meracau yang tentu saja bisa mengganggu pengunjung lainnya.“Arghhh ...!” pekik Hendri sembari meremas rambutnya.Sudah dua kali kepalanya berdarah karena di pukul oleh seseorang yang tak ia kenal karena ia kerap kali berteriak di depan kedai. Sedangkan ia tahu sendiri jika hampir semua orang yang datang ke kedai itu dipengaruhi alkohol yang membuat mereka tak sadar akan tindakannya.Hendri menyalakan ponsel yang langsung menampilkan sebuah gambar seorang wanita yang diambil secara diam-diam. Ia tersenyum sembari membayangkan jika wanita itu sebentar lagi pasti tak akan bisa menolaknya.
Danu hanya bisa terdiam saat mendengar kedua anaknya yang begitu antusias menceritakan jika mereka menginginkan mamanya untuk segera menikah. Dan lebih parahnya lagi mereka sendiri yang berniat menjodohkan Rena dengan seseorang yang sebenarnya pernah ia temui sebelumnya.“Kok kamu enggak pernah cerita sih, Ren? Tega banget!” protes Bela yang merasa ketinggalan informasi tentang Rena.“Bu-bukan begitu, Bel, sebenarnya aku juga enggak tahu masalah ini.” Rena terlihat kikuk karena ia memang tak tahu sama sekali tentang rencana anaknya. Ditambah lagi dengan tatapan Danu yang begitu tajam, membuat nyalinya semakin menciut.Danu memutuskan untuk meninggalkan meja makan dan berpura-pura menelepon. Dadanya begitu terbakar saat tahu jika akan ada seorang lelaki yang berhasil menggantikan dirinya dihati Rena dan kedua anaknya. Meski begitu ia sudah tak berhak marah karena Rena bukan lagi tanggung jawabnya dan wanita itu juga berhak berhubungan dengan siapa pun. “Selamat ya, Nak. Semoga kamu
Huda meneguk sisa kopi digelasnya sebelum beranjak pergi sembari menyulut rokok yang baru saja diselipkan dimulutnya. Ia memutuskan untuk keluar untuk sekedar mencari udara segar berharap bisa sedikit menenangkan pikirannya yang kacau sejak pulang dari rumah Rena siang tadi. Seumur hidup baru kali ini perasaan Huda diporak-porandakan oleh seorang anak kecil yang baru menginjak bangku SMP. Semenjak menyandang status sebagai duda, sebenarnya ia sudah sering kali dijodohkan bahkan dilamar seorang wanita. Bahkan keluarganya pernah berpuluh kali mengatur pertemuan dengan seorang wanita berharap Huda dirinya segera memiliki pendamping hidup namun hingga saat ini semua wanita itu tak ada berhasil menggetarkan hatinya.Tapi siang tadi semua berubah tepatnya saat seorang anak laki-laki secara langsung memintanya sebagai ayahnya. Bak turun hujan setelah kemarau panjang, permintaan itu berhasil menyejukkan hatinya yang telah lama gersang. Setelah memutuskan bercerai dengan mantan istrinya, Huda
Tubuh Rena mematung saat melihat rumah megah yang terhampar di depannya. Seumur hidup baru kali ini ia melihat secara langsung sebuah tempat tinggal yang biasanya hanya bisa dilihat di sebuah gambar atau situs internet dengan kata kunci rumah mewah. Rumah dua lantai bercat putih itu terlihat megah dengan dua pilar penyangga teras yang menjulang tinggi serta beberapa ukiran yang terlihat membingkai pintu dan jendelanya. Belum lagi halaman luas serta taman yang berisi banyak bunga berharga mahal cukup menunjukkan golongan sang pemilik rumah.Beberapa saat berdiri, Rena semakin terperanjat saat melirik merek mobil yang baru saja naikinya. Bukan model atau penampilannya, melainkan merk yang terpampang dalam bumper depan mobil tersebut. sebuah mobil SUV kelas tertinggi berharga fantastis yang tentunya hanya bisa dibeli oleh orang berpenghasilan selangit. Jangan tanya mengapa ia hafal harga mobil, karena tak jarang nasabahnya menggunakan surat-surat kendaraan sebagai agunan pinjaman.“Aku
Danu menatap tajam seorang lelaki yang kini tengah bergurau dengan kedua anaknya. Dari tingkah mereka, ia tahu jika Hana dan Hafiz begitu akrab dengan lelaki yang selalu mereka sebut sebagai calon ayahnya pun dengan Rena yang kini mulai bisa tersenyum. Meski merasa sesak, namun ia harus mencoba mengikhlaskan wanita yang hingga kini masih begitu dicintainya telah menemukan bahagianya bersama orang lain.Danu mencoba tersenyum saat lelaki yang telah menyelamatkan anak dan mantan istrinya itu datang menghampiri dengan menggendong Hana, ia paham jika sebentar lagi lelaki itu pasti akan menyapanya.“Apa kabar, Mas?” tanya Huda menyalami Danu.“Baik. Terima kasih sudah membantu Rena dan anak-anak sampai sejauh ini.” Danu menyambut uluran tangan lelaki yang ia taksir sebaya dengannya.“Tak masalah, lagi pula aku dan Rena sudah berkomitmen untuk menjalani hubungan yang lebih serius.” Rena yang mendengar jelas obrolan lelaki di depannya memilih diam karena ia sudah terbiasa dengan omongan Hu