MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#15Rani menatap wajah barunya di kaca, ia berputar-putar seakan tak percaya melihat bayangan yang ada di dalam cermin adalah dirinya. Penampilan baru Rani hampir tidak bisa dikenali saking suksesnya membuat mata yang melihat melongo dan ternganga. Rani begitu cantik setelah di dandani seperti ini, dan tentunya terlihat lima tahun lebih muda dari usianya.Waktunya Rani membungkam hinaan keluarga Mande dengan perubahannya ini. Rani yang kucel, dekil, jelek dan norak sudah menghilang dari muka bumi ini. Digantikan oleh Rani baru yang mempunyai penampilan lebih modern dan modis. Bahkan, Rani jauh lebih cantik daripada perempuan yang digandeng Mande tempo lalu di taman.Lingkaran hitam yang menghiasi mata pandanya pun menghilang, bibir pucat sedikit hitam kini sudah dilapisi oleh lipstik merah muda yang glossy. Benar-benar sempurna perubahan Rani, tak sia-sia ia merogoh kocek hingga belasan juta demi perawatan ini.“Mande, apa rumah ini sudah punya
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#16“Anda jangan macam-macam dengan saya! Saya bisa melacak di mana keberadaan Anda.” Mande memberi ancaman kosong membuat Hamsar ingin tergelak.“Bukankah Anda sendiri yang bilang kalau harga rumah itu hanya sebesar lima ratus juta, kenapa anda harus berbohong pada Bu Rani. Sementara saya dan beliau sudah menanda tangani surat jual beli dan sertifikat rumah kalian sudah berpindah hak kuasa menjadi milik saya. Apa anda bisa mempertahankan rumah itu sementara anda tidak mempunyai sertifikat rumah itu lagi,” ujar Hamsar.“Jika pun anda tidak terima, kenapa anda menjual rumah itu dengan memajang nomor istri anda. Berarti anda sudah menyanggupi dong, apapun keputusan yang dibuat oleh istri anda,” lanjut Hamsar.Mande panik, jangan sampai rumah ini jatuh ke tangan orang lain.“Lebih baik saya buang saja kunci rumahnya daripada saya harus menerima uang sekecil itu,” ujar Mande.“Dan saya akan mengganti lubang kuncinya dengan yang lain, saya bisa melak
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#17“Kita harus mencari tau tentang orang ini, siapa dia sebenarnya?” Juleha menendang pintu saat hendak keluar.“Tendang saja! Kalau ada barang yang rusak jangan lupa ganti rugi,” ujar Hamsar sesantai mungkin.“Heh! Sombong!” Kejudesan Juleha tak luntur, meskipun berkali-kali mengalami keapesan.“Cepat!” Dua bodyguard yang dibawa Hamsar memaksa mereka, karena dari tadi mereka selalu bertele-tele melangkahkan kaki keluar dari rumah ini.“Gak usah maksa, kita bisa sendiri!” Juleha menyentak tubuhnya, terpaksa pergi meski hati masih dongkol.“Jadi kita akan tinggal di toko untuk sementara waktu ini?” tanya Juleha pada Mande.“Tentu, memang kita punya tempat lain? Kalau di hotel pasti mahal,” sahut Mande.“Buruanlah! Tunggu apalagi? Toh, di toko juga ada kamar mandi sama kamar tidurnya di atas, kan?” Manisah mendesak, capek jika harus berlama-lama di luar. Ia ingin rebahan dan tenang.Mande dan keluarganya bergegas menuju toko, tadi pagi ia sempat
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#18“Apa, paman?” Juleha syok mendengar sapaan Rani pada Hamsar.“Kalian berdua bersekongkol untuk menipu kami?” Juleha tersentak seketika.“Tepat sekali! Apa kalian terkejut?” Hamsar mengiyakan.“Bukannya kamu itu sebatang kara selain mempunyai bapakmu yang pikun ini, kamu tidak punya siapa-siapa lagi. Apa selama ini kamu hanya berpura-pura tidak mempunyai keluarga atau saudara, ha? Dan sekarang kamu memanfaatkan keadaan untuk mempermainkan, kami?!” Amarah di dalam dada Juleha memburu, saat mengetahui kalau Hamsar adalah paman dari Rani.“Orang-orang licik seperti kalian tidak bisa dibiarkan berkembang biak, adakalanya kami membalas dengan hal yang sama supaya kalian jera,” ujar Hamsar membela.“Begitu rupanya, kalian sengaja merencanakan hal ini ingin membuat kami hancur?” tanya Juleha.Rani tersenyum getir, menatap Juleha yang tengah dikuasai oleh emosi. Apa yang bisa mereka lakukan sekarang, surat cerai pun sudah Rani layangkan pada pengadil
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#19Rani mendengar ketukan pintu dari luar, ia yang tengah sibuk mempersiapkan sarapan mengerutkan dahi karena bingung. “Pagi-pagi buta begini siapa yang bertamu?” Rani mengernyit, tumben saja ada orang yang datang.Setelah membukakan pintu Rani terbelalak, ia melihat Manisah dan Juleha berdiri di depannya sembari tersenyum manis.“Rani, apa kabar? Sudah dua hari kita tidak bertemu,” sapa Juleha manis.“Mau apa lagi ibu kemari?” tanya Rani sedikit ketus.“Mau jengukin Khalila dong, oh iya, apa bapakmu sudah makan?” tanya Juleha membuat Rani curiga.“Kebetulan ibu tadi beliin kalian makanan, di suruh sama Mande,” ujar Juleha sangat sopan.Rani mengernyitkan dahinya, dipikir pasti ada yang tidak beres! Tidak mungkin dalam dua hari saja mereka bisa berubah secepat ini. Mendadak baik dan perhatian padanya dan Khalila.“Ibu juga membawakan Khalila camilan, pasti Khalila suka,” ujar Juleha menyerahkan satu kantong keresek penuh berisi makanan ringan.
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#20“Paman harap kamu tidak akan goyah, Rani.” Hamsar menatap lekat keponakannya yang mulai ragu.“Tidak paman, aku hanya takut,” ujar Rani.“Takut kenapa?” tanya Hamsar.“Takut kalau mereka akan merampas Khalila dari tanganku.” Bibir Rani bergetar.“Tenanglah, paman akan selalu membelamu. Kita bisa pertahankan Khalila, kamu harus yakin itu. Sekarang, kembalikan saja uang itu, kalau perlu kirim pada kurir yang tadi atau kurir lain. Bilang saja kalau alamat rumahnya nyasar dan tidak ketemu. Dengan begitu, maka tidak ada alasan lagi untuk mereka menjadikan semua ini sebagai senjata,” ucap Hamsar memberi solusi.“Baiklah paman, akan kukembalikan,” sahut Rani.“Permisi!” Seseorang memanggil dari arah luar.Mande yang sedari tadi melamun sembari senyum-senyum sendiri pun buyar. Ia beranjak menuju daun pintu kontrakkan lalu membukanya.“Ada apa?” tanya Mande sedikit kesal.“Maaf pak, saya tidak menemukan alamat rumah Bu Rani, tadi saja saya hampir kes
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YANG PIKUN#21Juleha ciut saat Hamsar memberi tatapan serius dengan telunjuk yang terangkat sebagai tanda penegasan darinya.“A-ah ... Lagian kan, kita ini keluarga. Rani dan Mande belum tentu resmi bercerai, ngapain sih kita harus ribut.” Juleha tergugu, sadar bagaimana posisinya sekarang dibanding dengan Hamsar yang mampu membeli rumah mereka dengan secara cash. Pasti Hamsar mempunyai banyak uang, pikirnya.“Lebih baik kita berdamai saja, anggap saja semuanya hanya angin lalu dan lupakan masalalu Yang tidak penting itu.” Juleha berusaha membujuk.Huh! Segampang itu mereka menyuruh Rani agar melupakan semua perbuatan yang sudah mereka lakukan. Apa dia pikir real life ini bisa disamakan dengan sinetron yang segampang itu membuang rasa sakit hati dan kenangan pahit. Terlebih lagi kenangan menyakitkan itu digores oleh suaminya sendiri, orang yang paling ia harapkan untuk memberinya perlindungan akan tetapi malah menyakiti dia dan tega mengusir anaknya sendi
MAAF MAS, AKU MEMILIH BAPAKKU YABG PIKUN#22Rani menggedor pintu rumah kontrakkan yang dihuni oleh Mande dan keluarganya, ia juga mendengar suara tangis Khalila yang nyaring. Sementara itu, terdengar suara mertuanya marah-marah seperti membentak seseorang.“Mande!” Teriak Rani di puncak amarah.“Keluar kalian semua!” Kembali Rani menggedor pintu rumah Mande, ia sangat geram dengan keluarga ini. Ada-ada saja ulah mereka yang membuat ia kesal. Entah dari segi omongan ataupun tindakan, semuanya selalu saja menyulut emosi dalam kalbunya.Sesaat hening, tangisan Khalila juga redam. Entah apa yang mereka lakukan, sekarang Rani sangat cemas dengan keadaan anaknya.“Rani.” Mande membukakan pintu sedikit dan melongokkan kepalanya.“Mau apa kamu kesini?” tanya Mande.“Mau apa? Tentu saja aku ingin menjemput Khalila!” tegas Rani.“Tidak bisa! Khalila juga anakku. Aku berhak untuk merawatnya,” sergah Mande.“Merawat? Dengan cara menyakitinya?!” Dada Rani mulai sesak, entah mengapa jika urusan men