***
Pikiran Adam sangat kalut, dia masih gelisah memikirkan istrinya. Sikap Dara yang mendadak berubah. Dan juga kesalahan dirinya karena tanpa sadar telah berkhianat pada wanita itu. Maka, saat ini dia memutuskan untuk bertemu dengan sahabat karibnya, Reno. Reno lah yang paham bagaimana dirinya.
Toh Dara mungkin belum kembali ke rumah malam ini karena yakin istrinya itu sibuk dengan bisnisnya. Apalagi bisnis Dara saat ini sedang sampai puncaknya. Bisnis Skincare milik istrinya pun punya banyak cabang sampai ke Asia Tenggara. Dara adalah satu satu pebisnis wanita nomor 1 di negara ini.
Adam memutuskan untuk berbicara dengan Reno di salah satu cafe langganan mereka. Adam ingin meminta pendapat sahabatnya itu karena dia tahu bagaimana bijaknya Reno dan sahabatnya itu memang memiliki pemahaman agama jauh lebih baik dari semua yang dia kenal.
“Reno, maaf aku agak telat,” ucap Adam. Dia langsung duduk dengan memasang wajah yang lelah.
***“Bu Dara, apa Ibu masih mendengarkan saya?”Lamunan Dara buyar saat Axel memanggilnya. Wanita itu menghela napas panjang untuk menenangkan hatinya yang kacau.“Iya, aku masih mendengarmu,” balas Dara.“Lalu, apa Ibu setuju dengan rencana saya?”“Apa rencanamu?”“Foto-foto itu saya dapatkan dari salah satu wartawan senior. Dia berencana mempublikasikan semuanya lusa dan itu pasti akan jadi hot topic dan tentu saja akan berdampak buruk bagi suami Ibu dan juga wanita itu, namun saya punya rencana yang akan membuat wanita itu disudutkan, jadi saya berencana kalau wanita itulah yang menggoda Pak Adam, dan sengaja menyebarkan foto itu agar rencananya untuk merebut Pak Adam dari Ibu itu berhasil. Nama Pak Adam akan pulih kembali dan wanita itu akan dibenci publik,” tutur Axel menjelaskan.“Tidak perlu menggunakan cara kuno untuk membalasnya,” tukas Dara.&ldqu
***Suri dan Kai berceloteh di meja makan. Tampak Dara tersenyum menatap keduanya dan menyiapkan sarapan pagi untuk keduanya.Di sisi lain, Adam mematung di tempatnya. Melihat Dara yang biasanya sepagi ini tidak ada di rumah atau masih berjibaku dengan tidurnya jika dia pulang menjelang Subuh dan itu selalu Dara lakukan.Ada rasa hangat menjalar di hati Adam. Dia tersenyum menatap pemandangan yang tidak biasa. Dia langsung bergegas menghampiri istri dan kedua anaknya.“Selamat pagi, Sayang... “Suri dan Kai langsung menatap ke arah sumber suara dan keduanya pun tersenyum lebar. “Selamat pagi, Ayah,” keduanya menjawab dengan serempak.Adam langsung mengecup pipi kedua anaknya dan dia langsung mengecup kening Dara dengan lembut.“Kamu tidak kerja hari ini?” tanya Adam.“Kerja, Mas. Tapi agak siang aku ke kantornya, dan ada meeting juga. Aku meminta mereka datang ke rumah ini,&rdq
***Di dalam mobil Adam... Selama kurang lebih 10 menit, suasana tampak hening. Baik Adam maupun Sarah tidak banyak bicara. Keduanya tenggelam dalam kesibukannya masing-masing.Sarah melirik pria di sampingnya yang sibuk dengan tab di tangannya, dan sopir di depan pun sibuk memperhatikan jalanan. Tepat saat mobil Adam berhenti di lampu merah, Sarah menghela napas panjang, dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Adam seperti tidak peduli dengan kehadirannya.Sarah melirik ke jari manis milik Adam, dia melihat ada cincin yang melingkar di jari itu. Sarah mengernyit, dia tidak tahu kalau Adam hari ini memakai cincin pernikahannya. Terlebih yang dia tahu, Adam selalu melepaskannya. Kecemburuan mendidih di hatinya. Dia benci memikirkan kalau Dara masih ada utuh di hati Adam. Seharusnya kejadian saat dia dan Adam berciuman membuat pria itu menjauh dari Dara, kan?“Sekarang Dara sepertinya punya banyak waktu ya. Bahkan dia samp
*** Dara langsung menggelengkan kepalanya. “Saat ini hubunganku dengan mama dan papa, baik-baik saja. Kamu tak perlu mengkhawatirkanku, Anna.” Anna menatap sahabatnya dengan curiga. Sejak dulu, muram di wajah Dara hanya karena kedua orang tua wanita itu. Saat Anna pindah ke komplek perumahan yang di tempati orang tua Dara, dia memang melihat ada yang berbeda. Perlakuan kedua orang tua Dara pada sahabatnya itu seperti dingin, justru kedua orang tuanya Dara hanya perhatian dan bersikap hangat pada Sarah. Dari awal Anna berpikir kalau Dara mungkin bukan anak kandung mereka, tapi anggapan itu dibantahkan kalau Dara memang adik kandung Sarah. Anna menghela napas pendek. “Sepertinya kamu butuh waktu untuk dirimu sendiri. Kamu harus mengembalikan energimu dan semangatmu,” ucapnya. “Bagaimana kalau weekend ini kita jalan-jalan?” tawarnya. Dara menggelengkan kepalanya. “Aku mau ke puncak sama anak-anak dan aku sudah berjanji pada mereka.” “Anak-anak?” tanya Anna. Lalu, dia pun menduga-du
***Adam memijit pelipisnya saat membaca pesan dari Sarah. Dia melihat arlojinya dan menghela napas pendek. Dia tahu kalau saat ini Sarah pasti sedang ketakutan, tapi pikirannya tentang Dara dan rasa bersalahnya itu membuat dia menggelengkan kepalanya.Adam: Maaf, aku sudah janji dengan Dara. Nanti aku coba hubungi Mesya untuk menemuimu,Pesan terkirim.Adam langsung beranjak dari kursinya, dia ingin datang lebih awal untuk menjemput istrinya. Sudah lama dia tidak memberi kejutan pada Dara. Istrinya itu pasti bahagia jika dia datang lebih awal.Di sisi lain, Sarah membaca pesan dengan perasaan campur aduk. Kali ini Adam menolak untuk menemuinya dan alasan pria itu adalah DARA!Kecemburuan mendidih di hati Sarah, dia benci karena pria itu semakin sulit untuk dia jangkau. Padahal rencana awalnya, Adam sudah mulai masuk dalam perangkapnya, bahkan Sarah sudah bersusah payah membuat Kai dan Suri menganggapnya sebagai ibu
Adam baru saja tiba di depan kantor Dara. Saat dia ingin menelepon istrinya, ada chat dari Dara. Pria itu mengernyitkan keningnya, menatap pesan itu dengan sedikit kecewa.Kenapa Dara harus mengutamakan pekerjaannya? Sudah lama keduanya tidak duduk bersama atau menikmati waktu hanya berdua karena dia maupun Dara sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hari ini, secara khusus Adam bahkan dia harus menunda meeting penting karena ingin bicara hati ke hati dengan Dara.Hati Adam patah! Sungguh Dara selalu menumbuhkan rasa kecewa di hatinya. Dia menghela napas berat, memijit kedua alisnya, dan menatap bunga mawar putih yang sudah dia belikan untuk Dara.Malam ini gagal lagi, kenapa istrinya itu selalu saja berkali-kali membuatnya kecewa?“Apa yang harus aku lakukan lagi, Dara? Aku ini suamimu, harusnya aku adalah prioritasmu, kan? Seperti aku yang selalu mengutamakan kamu di atas segalanya, bahkan kamu kutempatkan paling atas, meski ada anak-anak,” gumam Adam. Suaranya terdengar
***Adam langsung bad mood. Selama ini dia sudah sangat bersabar dengan sifat Dara yang tertutup. Pria itu tidak memaksa istrinya untuk menceritakan semua hal padanya. Adam percaya, Dara pasti akan menyandarkan semua hal padanya suatu saat nanti. Untuk itu Adam cukup bersabar menanti hari dimana Dara percaya padanya, sepenuhnya. Namun, sabar Adam ternyata ada batasnya. Dia muak kalau Dara selalu merasa baik-baik saja di depannya, bersikap seolah dirinya tidak pantas untuk jadi tempat bersandar.7 tahun ini, selama ini... apa tidak cukup untuk Dara percaya padanya? Suaminya? Memikirkan hal itu, Adam muak. Dia ingin tahu kenapa Dara menyembunyikan semua masalah darinya? Apa istrinya itu tidak benar-benar mencintainya?Adam menghela napas berat. Dia merasa suasana klub sangat ramai, dia bergegas pergi dan memutuskan untuk menyewa salah satu ruangan pribadi untuk dirinya menenangkan dirinya. Tepat saat pria itu berdiri, ada seseorang yang memanggilnya.“Adam, kamu kenapa ada di sini?”Ada
***“KAMU!”Adam menatap Sarah dengan marah. Dia bangkit dan merasa jijik setelah mengumpulkan akal sehatnya. Terlintas di hatinya rasa penyesalan luar biasa.“Adam, kamu mau kemana?” tanya Sarah. Dia meraih pergelangan tangan pria itu dan menahannya agar tidak pergi.“Aku mau pulang,” balas Adam singkat.“Kenapa pulang? Bukankah rumahmu saat ini bagai neraka kecil bagimu? Kamu mendapatkan kesenangan di sini dan kamu pun menjadi tenang, tapi kalau kamu kembali ke rumah, kamu akan merasa berantakan lagi. Kamu tidak perlu untuk membohongi apa yang ada di hatimu,” kata Sarah.Adam mengernyitkan keningnya. Dia tidak tahu kenapa Sarah begitu berani bicara seperti itu secara terang-terangan di depannya. Sarah yang selalu bersikap tenang dan dewasa berubah jadi rengekan wanita yang cemburu dan manja.“Aku tahu kalau Dara tidak bisa membahagiakan kamu. Kamu selalu mengalah dan bersabar padanya, tapi dia tidak peka dengan apa yang kamu inginkan. Dara terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri, d