Ekspetasi Neta beneran terjadi, hari ini dia menjadi baby sitter untuk kedua bayi besarnya yang sedang berbaring karena sakit.
“Neta, peluk. Nggak bisa tidur kalau nggak dipeluk” Bayi besar nomor dua Neta sedang meminta perhatian Neta. “Sini baring disebelah Sammy” sambungnya.
Neta menghentikan aksi memijat Jayden untuk sementara waktu, karena anaknya susah untuk terlelap. “Saya ngeloni Sammy dulu”
“Tapi saya juga sakit lo Neta” Jayden merengek kepada Neta. Neta merotasi kedua bola matanya.
“Lima menit saja, saya pastikan Sam terlelap”
“Bener lima menit”
“Iya Papa Sam”
Okay Jayden sedikit mereda tingkat rewelnya, sekarang Neta sudah berbaring di samping Sam, tangannya menepuk pelan paha Sam sementara mulutnya melantukan nada lembut untuk mengantarkan Sam terlelap.
“Neta, udah izinin Sam kan hari ini nggak masuk karena sakit?”
“Sudah Sam, Mama tadi sudah telefon Travis untuk izinin Sam”
“Makasih Neta”
Pukul empat pagi Neta sudah berada di depan wastafel kamar mandi miliknya untuk mengeluarkan isi perut yang sedari bergejolak.Namun yang keluar hanyalah air “Kemarin kamu ngerjain Papa kamu, sekarang kamu ngerjain Mama ya nak? Pagi-pagi udah bangunin Mama” Neta berjalan menuju kasurnya sembari mengelus perutnya lembut.“Kamu mau kasih tahu ya, kalau kamu udah tumbuh di dalam Rahim Mama?” Neta masih setia berdialog dengan kandungannya. “Bantu Mama buat sembunyiin keberadaan kamu dari Papa ya nak”“Maaf ya sayang. Mama belum bisa periksa kamu ke dokter. Tapi Mama janji kita bakal segera bertemu okay”Neta berjalan menuju almarinya, membuka salah satu laci yang terkunci dengan perlahan. Lalu mengangkat kotak dan membukanya perlahan.Di dalam kotak tersebut ada tiga foto hitam putih “Hai, anak-anak Mama. Maaf jarang menyapa kalian” ketiga foto itu adalah hasil USG dari kehamilan Neta yang seb
Neta sedang menunggu kuenya matang, sembari membuat bumbu bakaran untuk makan malam nanti. Mendengar langkah kaki yang menuju padanya Neta langsung menoleh dan menemukan Sam.“Eh jangan dikucek matanya” Neta memperingati Sam untuk tidak mengucek matanya “nanti merah Sam”Sam mendekat kearah Neta dan memeluknya “Masih ngantuk”Neta mencuci tangannya, lalu mengeringkannya “Bayi gedenya Mama” Dengan lembut Neta mengusap kepala Sam.“Mau kue? Kayaknya udah mateng tu kue Mama”“Nanti aja deh” Sam masih memeluk Neta.“Duduk dulu Sam, kamu berat” Neta mendudukan Sam ke bangku, rada sakit badannya menanggung beban seberat lima puluh lima kilo dipundaknya.Jayden datang dengan kaos putih dan celana pendek hitam “Astaga anak bujang masih ngantuk. Jadi main ke pantai nggak nih? Katanya mau lihat sunset” Jayden duduk disebelah Sam.“Ngantu
‘Haaah’Hembusan nafas panjang Jayden siang itu terdengar berulang kali, dia capek dengan dokumen yang harus dia review. “Ini dokumen kapan habisnya?” keluh Jayden.Sibuk dengan dokumen kembali menyita waktu Jayden di kantor. Mata Jayden Kembali terarah ke layar computer yang menampilkan data-data perusahaan. Sesekali ada beberapa karyawan yang membutuhkan tanda tangan dibereberapa dokumen penting lainnya.Sedangkan diluar kantornya ada Jun yang sedang berbicara dengan Wanita cantik berwajah mirip dengan bosnya. Marry Anthonie mendatangi perusahaan anaknya.“Apa yang Mami lakukan diperusahaanku?” tanya Jayden ramah sembari mempersilahkan Maminya untuk duduk.“Hanya berkunjung, sekaligus meminta penjelasan” Dengan angun Marry duduk di sofa panjang sedangkan Jayden duduk di hadapnya.“Penjelasan?”“Kamu, waktu kunjungan bisnis ke Singapura bersama Tasya?” tanya Marr
Di dalam taxi hanya ada keheningan, Sam dan Neta tidak berniat untuk membuka suara. Bahkan Neta sudah terlelap dalam kesedihannya.Sam melihat Neta yang menangis mengusap air mata Wanita yang telah membersarkan dirinya.“Loe pasti sedih ya Neta”Jalanan sepi malam ini “Pak, bisa ngebut? Saya ingin segera sampai di rumah” Sam meminta supir untuk menambah kecepatan mobil yang mereka kendarai.“Baik Mas” Supir segera menekan pedal gas nya makin dalam. Tiba-tiba ada mobil dari arah kanan melaju dengan cepat namun tak terkendali. Kecelakaanpun tak terhindarkan saat ini, dan naasnya Sam yang duduk di bangku penumpang sebelah kanan tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari tubuhnya.Sedangkan Neta sudah tidak sadarkan diri namun keadaannya tidak separah Samuel. Tak lama ambulance datang untuk mengevakuasi korban.Sam langsung dilarikan ke UGD begitu pula dengan Neta dan supir taxi yang menjadi korba
“Siang Mama ku sayang”“Siang, anak ku sayang” Neta tersenyum lebar menatap Leonard, seorang remaja laki-laki yang baru saja memasuki ruang kerjanya “Bagaimana hari ini? sudah pamitan kan sama teman-teman Leo?”Dengan senyum lebarnya Leo menjawab “Sudah dong” namun seketika mukanya berubah menjadi sedih “Tapi sedih banget Ma, harus pisah sama teman-teman Leo. Lele tadi sempat mau nangis tapi Leo tahan. Takut diledekin mereka” Adu Leo, sebenarnya Leo sudah berumur dua belas tahun tapi tingkahnya masih seperti bayi dimata Neta.“Iya, kalau kamu nangis mukanya jelek. Jadi wajar sih Le, kalau diledekin teman kamu” Goda Neta. Dan sontak saja Neta mendapat tatapan tajam dari Leo.“Mama, jangan ikut godain Lele dong. Mama sih pake acara pindah segala. Terus siapa juga yang ngide pamitan sama teman-teman?”“Mama” jawab Neta dengan kedua tanggannya berada di dagu
Pukul lima pagi Neta sudah memulai harinya, matahari dengan malu menampakan dirinya. Dengan terangnya membuat bumi menghangat.Neta menoleh pada jam yang menggantung di dinding. Ternyata sudah lebih dari setengah jam dia berkutat dengan dapur namun sang putra belum menunjukan tanda-tanda akan bangun.Segera Neta berbalik badan, melangkah menuju salah satu kamar di unit apartment yang baru saja mereka tinggali beberapa hari ini. Untuk membangunkan satu manusia yang masih bergelut dialam mimpi.“Le!” Neta berseru dibalik pintu berwarna coklat dengan hiasan Leo’s room. Tak mendapatkan sautan dari dalam. Neta mencoba mengetuk beberapa kali.“Le! Bangun nak sudah pagi” sekali lagi Neta berseru memanggil Leo, namun kali ini dia menaikan volume suaranya. “Cepet bangun, atau Mama buang semua game punya kamu” ancam Neta.Akhirnya setelah mendengar ancaman dari Mamanya Leo akhirnya bersuara “Iya Ma, ini Lele ba
Suasana mobil Sam sangat hening, tidak ada percakapan apapun yang keluar dari mulut Sam maupun El. Hanya suara mesin yang terdengar. Jarak dari rumah menuju sekolah dimana El menuntut ilmu hanya memakan waktu tiga puluh menit.“Sampai, buru keluar dari mobil gue” usir Sam begitu mereka sampai di depan Gedung sekolah megah tersebut.“Terima kasih Kak” El mengulurkan tangannya untuk salim kepada Sam, namun tidak dihiraukan oleh Kakaknya.“Nggak usah salim, buru keluar. Gue ada urusan”“Iya Kak” El menyimpan kembali tangan kanannya dan segera menuju kelasnya.Suasana kelas pagi ini cukup lumayan ramai, dari desas desus yang El dengar. Katanya hari ini kelas mereka akan menerima murid baru.El yang tidak peduli dengan kabar tersebut, dia duduk dibangkunya dan mulai membaca catatan untuk pelajaran hari ini.Tepat pukul tujuh, Miss Jessi datang dengan seorang remaja laki-laki seumuran dengan E
Langit sudah sepenuhnya gelap, ketika mobil Sam berhenti di basement apartment milik Neta dan Leo tinggal. Sam berali-kali menghela nafas menyingkirkan kegugupannya. Dua belas tahun hidup atas rasa penyeselan dan menyalahkan diri sendiri atas kepergian Neta sungguh sangat berpengaruh terhadap apa yang Sam rasakan detik ini.Merasa cukup tenang, Sam segera meluncur ke unit apartment Neta yang letaknya di lantai 21. Setelah sampai di depan pintu rumah Neta, Sam terdiam cukup lama untuk menenangkan kembali jantungnya yang kembali berulah.“Eh Abang” Sebelum Sam memencet bel, ternyata Leo sudah duluan membuka pintu untuk membuang sampah. “Masuk aja bang, Lele mau buang sampah dulu di bawah”“O-okay” Sam menghela nafas lagi sebelu masuk ke unit Neta.Sam memasuki unit apartment Mamanya “Ma? Sam datang”Hening, tidak ada jawaban ketika dirinya masuk ke dalam apartment. Sam berdiri kaku di depan pintu, tidak