Share

Bab 32

Mendengar suara wanita dikamar suamiku, mendadak oksigen didada menipis. Lahar panas serasa sedang mengalir dialiran darahku. Kami masih pengantin baru. Tak mungkin rasanya Mas Ahmad mempermainkanku.

Hari ini aku berangkat ke Taiwan bersama Raffi, aku ingin mencari kepastian. Keberangkatanku tentu saja tanpa sepengetahuan Mas Ahmad.

"Kamu yakin, Rin?" tanya Nana meragukanku.

Aku mengangguk cepat.

"Hidup itu sebuah kepastian, Na. Aku ingin memastikan semuanya. Aku tak takut jika harus menjadi janda untuk kedua kalinya, dari pada mempunyai suami tapi mengkhianati." Nana memelukku, air matanya berurai.

Nana sedari dulu tahu bagaimana aku berjuang. Sepertinya kepahitan hidup enggan melepaskanku.

"Sudah Na, jangan nangis ah. Aku sudah biasa berteman lara, dari dulu." kelakarku garing.

Tangis Nana makin kencang.

"Rin, kalau ada apa-apa kabari aku. Kembalilah Rin, aku akan menemanimu bagaimana pun keadaanmu." ucapan tulus Nana memancing bening di mata turun tanpa permisi.

"Makasih ya Na, kam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status