Setelah selesai belanja, mereka memutuskan untuk pulang Aryo pun membukakan pintu mobil untuk Via, Dan saat itu juga mata Aryo tertuju pada wanita yang menatap sinis kearah mereka. Seketika Aryo pun merasa sangat panik.
"Mas!" panggil Via yang sudah di dalam mobil"I—iya sayang," jawab Aryo dengan gugup"Loh, kamu kenapa sih, Mas?""Gini sayang, tadi tuh aku dapat telpon dari dari kantor kalau aku harus datang, kan belanjaannya udah jadi kamu pulang naik taksi aja ya,""Emangnya harus banget ya," ucap Via yang tayu kalau Aryo sedang berbohong"Iya sayang,""Ya udah kalau begitu Mas pergi aja," ujar Via langsung turun dari mobil"Benaran nggak apa-apa nih, Sayang?""Iya mas, nggak apa-apa kok," jawab Via sembari tersenyum. Ia sengaja menyuruh Aryo pergi karena ingin melihat apa yang akan terjadi'Aku akan menunggu beritanya, pasti seru,' batin ViaSaat Via sudah pulang dengan taksi, Aryo pun menghela napas dan langsung mencari dimana Salsha, karena tadi ia melihat raut wajah Salsha sangat kesal, ia tahu Salsha sangat marah kepadanya.Aryo mencari Salsha kemana-mana tapi ia tidak menemukannya, Aryo pun langsung melajukan mobilnya menuju apartemen Salsha.Sesampainya di apartemen, benar saja Salsha sudah ada disana. Ia sedang duduk bersandar di dinding ranjang dengan raut wajah yang sangat kesal"Sayang, aku minta maaf, bukan maksud aku bohongin kamu tapi Via memaksa jadi aku harus menuruti kemauan dia agar tidak curiga sama kita," jelas Aryo tanpa menghiraukan Salsha yang engan menoleh kepadanya"Jadi menurutmu dia lebih penting gitu?" jawab Salsha tanpa menoleh"Bukannya begitu Sha, kamu seharusnya mengerti!""Apa lagi yang tidak aku mengerti dari kamu, Mas? Kenapa harus berbohong?""Iya Sha, aku minta maaf ini memang salahku,""Aku capek begini terus," teriak Salsha"Aku juga capek Sha!""Apa maksudmu? Jadi kamu salahin aku setelah kamu bohongin aku? Sudah! Aku malas ketemu sama kamu." ucap Salsha beranjak keluar dan meninggalkan Aryo sendirian"Sha, kamu mau kemana?" teriak Aryo tanpa dihiraukan sama SalshaAryo pun mengejarnya, namun Salsha cepat masuk ke dalam salah satu taksi. Aryo memilih kembali ke kamar Salsha, karena ia berpikir Salsha pasti akan cepat pulang kalau ia sudah tidak ngambek lagi.Aryo membaringkan tubuhnya di atas ranjang, karena ia juga merasa capek setelah menemani Via belanja*Hari mulai gelap, tapi Salsha belum juga kembali ke apartemen, Aryo mulai merasa khawatir dan mulai mencari Salsha lagi.Ia sudah mencari kesana-kemari namun Salsha tetap tidak ada"Seharusnya aku jujur sama Salsha, biar Salsha tidak ngambek begini." gumam Aryo yang terus melajukan mobilnya"Aku sangat mencintaimu Sha,"Pikiran Aryo benar-benar merasa kacau, karena ia tidak tahu lagi bagaimana harus membujuk Salsha. Ia butuh hiburan untuk menenangkan pikirannya"Club! Iya," gumam Aryo. Tiba-tiba saja ia ingat suatu tempat dimana ia pasti bisa menenangkan pikirannya, ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.Sesampainya di sana, Aryo bertemu teman-teman juga ada disana, Aryo langsung ikut bergabung bersama mereka."Hey, apa kabar teman kita yang satu ini, sudah lama sekali tidak kelihatan batang hidungnya disini," ucap salah seorang dari mereka"Aku sangat sibuk sekarang bro," jawab Aryo"Untuk malam ini, kalian semua aku yang traktir!" lanjut Aryo lagi Ditempat itu Aryo bisa melupakan segala masalah yang ada.Karena keasyikan, Aryo tidak sadar kalau ia sudah terlalu banyak minum.Malam pun sudah sangat larut, Aryo sudah mabuk berat sehingga teman-teman tidak tega membiarkan pulang sendirian dan memutuskan untuk mengantarkan Aryo pulang kerumahnya.Beberapa kali mereka mengetukan pintu rumah Aryo akhirnya pun dibuka oleh Via."Mas Aryo," ucap Via kaget melihat suaminya yang sedang mabuk"Tadi Aryo terlalu banyak minum," ujar teman-teman Aryo"Oh, makasih banyak ya kalian yang sudah mau mengantarkan mas Aryo, aku tidak bisa membayangkan kalau dia pulang sendirian.""Santai aja, kami ini teman lamanya."Setelah teman-teman Aryo pergi, Via pun membantu Aryo berjalan ke kamar."Segitunya kamu mas, kamu begini pasti karena kamu ribut dengan wanita simpanan kamu itu kan," gumam Via sambil melepaskan sepatu dan pakaian Aryo yang berbau minumanSaat Via hendak memakaikan baju untuk Aryo, tiba-tiba ia berpikir sejenak, "Kenapa melihatmu seperti ini, aku jadi menemukan ide gila ini." ucap Via sembari tertawa kecil membayangkannya"Kena kamu kali ini, Mas."Aryo terbangun dari tidurnya karena sinar matahari yang menelusuk masuk melalui celah gorden yang sedikit tersingkap. Dengan perlahan Ia membuka matanya, beberapa detik kemudian ia dikejutkan dengan pemandangan disampingnya.Selimut yang tersorot kebawah menampakkan pundak putih milik istrinya. Aryo melihat kedalam selimut badannya telanj***g b**at sedangkan istrinya hanya menggunakan celan* da**m."Apa yang telah aku lakukan," ucap Aryo panik. Karena tidak mengingat apa yang telah terjadi tadi malamIa pun bangun dan duduk bersandar di dinding ranjang, ia mengusap wajah dengan kasar karena telah kebablasan, semua terjadi pasti gara-gara ia terlalu banyak minum tadi malam."Ah, bodoh." ucapnya prustasi sambil mengacak-acak rambutnya.Tiba-tiba, Via menggeliat dalam tidurnya dan membuka matanya menatap Aryo sembari tersenyum dengan indahnya. Namun didalam hati seakan tertawa senang karena sebentar lagi ia akan membuat Aryo tidak punya pilihan lain."Apa yang telah aku lakukan semalam V
Tidak mau Salsha tahu tentang siapa yang mengirim pesan, Aryo segera menyimpan ponselnya kemudian kembali pokus ke Salsha."Sayang kamu cantik banget hari ini, kamu memang bisa membuatku berselera." Aryo memuji kecantikan Salsha, ia merasa Salsha sangat bisa menyenangkan hatinya tidak seperti Via yang kalau dandan bikin matanya menjadi sakit."Iya dong, Aku tidak sama seperti istri kumal mu itu," jawab Salsha yang seperti tahu apa yang Aryo pikirkan"Iya itu yang membuat aku betahnya sama kamu," ucap Aryo dengan satu ciuman mendarat di kening Salsha"Nanti malam ke apartemen ya, Mas. Seperti biasa aku sudah sediain obat supaya kita lebih semangat," ujar Salsha sembari tersenyum nakal.Aryo berpikir sejenak mendengar apa yang barusan Salsha katakan, sebenarnya ia sangat rindu dengan permainan ranjang Salsha. Tapi bagaimanapun ia harus pulang karena ia ingin melihat apa saja yang dilakukan oleh Via mengunakan ATM miliknya."Mas! Kok diam? Dari tadi aku perhatikan wajahmu kok seperti ora
Satu bulan berlalu, Aryo kini jadi sering dirumah ketimbang diluar. Entah mengapa ia jadi lebih betah barsama Via sekarang. Namun bagaimanapun ia juga sangat mencintai Salsha, jadi sekarang ia sudah bisa mengatur waktunya.Via rasa ini sudah saatnya ia menjalankan rencana selanjutnya. Via segera mengambil testpack positif yang ia dapatkan dari Intan, entah darimana Intan mendapatkannya.Melihat Aryo yang baru saja keluar dari kamar mandi, Via pun segera melakukan aktingnya."Hoekkk," Via langsung menutup mulutnya dan berlari ke kamar mandi dan menutup pintunya"Via, kamu kenapa?" tanya diluar pintu. Via tak menyahut ia terus berakting muntah-muntah."Via, kamu sakit?" tanya Aryo lagi mulai merasa khawatir.Tak lama kemudian Via keluar dengan wajah lemesnya. Aryo langsung menghampirinya"Kamu kenapa? Wajah mu sepertinya lemas sekali, kita harus kedokter sekarang." ucap Aryo dengan cepat ia raih dan memakai kaos berwarna putih"Aku sebenarnya nggak sakit, Mas. Aku cuma mau bicara sesuat
Setelah selesai makan malam, Aryo dan Via bersantai di ruang keluarga tengah menikmati sinetron di televisi dan sangat kebetulan sinetron yang mereka tonton tentang perselingkuhan.Via sibuk dengan cemilan yang ia belikan tadi siang, Aryo hanya bisa mengernyitkan dahinya melihat Via yang kini benar-benar rakus.Aryo merasa tenggorokan sedikit kering, ia juga tak enak hati kalau harus menyuruh Via mengambilkan air untuknya. "Mas mau kemana?" tanya Via saat melihat Aryo hendak beranjak"Aku haus, mau ke dapur ambilin minum. Kamu mau minum juga?""Iya, tapi aku maunya susu, Mas." ucap Via dengan manjanya"Mau rasa apa?" tanya Aryo tanpa protes"Coklat," jawab Via sembari tersenyum, Aryo pun mengangguk dan berjalan ke dapur"Enak juga pura-pura hamil, apa saja yang kita mau diturutin." gumam Via tertawa kecilBeberapa menit kemudian Aryo pun datang membawa segelas susu. Via menerimanya dengan senang hati, Namun seketika ia mengerutkan keningnya"Mas, kan aku minta rasa coklat. Ini kok ra
Pagi ini Via sengaja hanya masak nasi goreng untuk Aryo dan kini telah siap di atas meja makannya tinggal menunggu suaminya keluar kamar.Tak lama kemudian Aryo pun keluar kamar sambil mengancing lengan bajunya, ia pun terlihat sudah sangat rapi. Karena hari ini ia kemabali masuk kerja. Via secara diam-diam menatap suaminya.'Tampan sekali, tapi sayangnya hatimu tak seindah parasmu, Mas'"Selamat pagi, Mas," sapa Via."Pagi sayang!" Ucap Aryo yang segera duduk"Mas, maaf ya hanya nasi goreng. Soalnya aku merasa sangat malas bergerak," ucap Via saat mereka sedang sarapan"Nggak apa-apa kok, nasi gorengnya juga enak ."Via tersenyum mendengar, "Mas, sepertinya kita butuh pembantu untuk membantuku mengerjakan pekerjaan rumah.""Oh, iya nanti akan aku carikan ya." jawab Aryo tanpa protes karena ia merasa Via benar, mereka memang butuh pembantu apalagi saat ini Via sedang hamil.Usai makan Via mengantarkan suaminya kedepannya, "Hati-hati ya mas, jangan lupa makan siangnya." Aryo menghada
"Aku yang akan berperan sebagai pembantu dirumahmu, Mas.""Sha, semua itu tidak semudah apa yang kamu pikirin, emangnya kamu bisa bekerja sebagai pembantu? Semuanya hanya akan membuat Via curiga sama kita, Sha.""Ya ... Aku bisa kok, tapi kalau seandainya hubungan kita ketauan malah bagus dong, kita nggak perlu rahasia-rahasia lagi sama istrimu itu.""Salsha, tolong ngerti sedikit aja, aku akan menikahi kamu, aku juga sangat mencintaimu. Tapi kalau sekarang waktunya belum tepat, Sha.""Iya aku mengerti mas, tapi izinkan aku tinggal bersamamu.""Aku nggak yakin, kamu bisa mengerjakan semuanya, Sha.""Kamu percaya sama aku mas, demi kamu dan hubungan kita aku pasti bisa," ucap Salsha lalu memberi kecupan dipipi Aryo."Ya sudah terserah kamu aja. Tapi ingat jangan sampai membuat Via curiga.""Oke mas. Makasih." Salsha memeluk Aryo'Sebentar lagi aku akan menyingkirkanmu, Via," batin Salsha. Sembari tersenyum sinis"Ya sudah kamu tunggu sebentar, aku mau selesaikan pekerjaan ini dulu, set
Pagi ini Via sengaja bangun telat karena tidak perlu menyiapkan sarapan untuk Aryo karena mereka sudah ada pembantu baru dirumahnya. Tapi Via selalu bersikap waspada dengan kehadiran Salsha dirumanya.Via yang masih terpejam seketika menjadi kaget ketika sentuhan yang terasa sangat dingin diperutnya. Ia membulatkan matanya saat mendapatkan Aryo yang sedang bertelanjang dada dan hanya mengunakan handuk sebatas pinggang tengah tersenyum kepadanya dengan tangan masih menempel di perutnya."Mas Aryo," ucap Via pelan"Maafkan aku, Sayang. Aku hanya ingin membangunkan baby," jawabnya. lalu mencium perut Via yang masih rata. Via merasa sangat geli dengan perlakuan suaminya.Via tersenyum, "Nggak apa-apa. Mas." Via memegang tangan Aryo yang masih mengusap perutnya.Via pun bangun, dan berjalan menuju lemari untuk menyiapkan baju Aryo yang baru saja selesai mandi."Mas, ini bajunya.""Makasih, Sayang," jawab Aryo. Sambil berjalan ke arah Via lalu memeluknya dari belakang. Tentunya Via menjadi
Pukul 4.00 sore Via pulang kerumah, ia sedikit kaget melihat mobil suaminya sudah ada digarasi.'Tumben mas Aryo pulang jam segini, pasti tuh cewek ngadu. Ah, sudah ku duga.' batin Via lalu melangkah masuk kedalam rumahnya melihat suaminya yang telah menunggunya di ruang tamu."Assalamualaikum," ucap Via pelan sembari tersenyum."Waalaikumussalam, dari mana aja? Jadi gini kelakuan kamu selama aku nggak ada dirumah." ucap Aryo to the point. 'Wow, baru kali ini aku dibentak oleh mas Aryo, pasti ini semua gara-gara termakan omongannya si wanita j*lang itu. Awas aja akan ku balas lebih dari ini.' grutu Via dalam hati."Maaf mas, sebenarnya tadi pagi tiba-tiba perutku merasa keram, jadi aku ajak Intan untuk periksa ke dokter. Karena sebelumnya kan aku belum periksa," jelas Via pelanMendengar penjelasan Via, wajah Aryo yang tadinya kusut perlahan berubah. Karena ia tidak mungkin marah dengan Via kalau sudah menyangkut janin yang ada dalam kandungan Via."Kamu nggak apa-apa kan? Terus apa