"Oh ya, Gas. Terus gimana buaya dan cecurut kemarin?"Buaya yang dimaksud Nayra adalah Angga, sedangkan cecurut itu adalah Dewi. Semalam Nayra langsung memberi arahan apa saja yang harus dilakukan Bagas pada Angga dan Dewi."Beres, Mbak. Bahkan mereka mengambil paket eksklusif premium, haha ...."Bagas tertawa puas mengingat kejadian semalam, ia tidak menyangka bahwa ia berhasil membujuk sepasang calon pengantin itu untuk memilih paket yang mahal untuk acara pernikahannya."Wah! Pinter kamu. Pokoknya kalau pembayaran mereka lunas, aku kasih bonus gede buat kamu dan anak-anak.""Wah ... yang bener, Mbak?"Nayra mengangguk, ia memang harus memberi apresiasi plus atas kerja keras Bagas dan yang lainnya, sebab mereka telah berhasil membalas sedikit rasa sakit yang ditorehkan Angga dan Dewi waktu itu."Tapi, gimana bisa mereka ngambil paket eksklusif premium?"Paket eksklusif premium adalah pelayanan super lengkap dari NP Wedding, dan tentu saja semua bahan dan barang adalah yang terbaik d
"Ada anak baru ya, Mas?!""Astaghfirullah ... Nayra! Kamu bikin kaget aja!" sahut Rendi seraya mengusap kepalanya yang terantuk rak gudang saat mengambil stok snack."Hehe ... maaf, Mas. Tapi, nggak apa-apa kan?" balas Nayra sembari meringis sebab merasa bersalah pada Rendi."Iya nggak apa-apa. Maksud kamu tadi Vano ya? Iya, dia baru masuk kemarin, anak Cempaka Ungu.""Owh ... anak rantau. Eh, tapi kan kabupaten Cempaka Ungu bukannya pusatnya Avan Group ya? Tapi, kenapa dia malah ke sini? Apa memang dipindah tugaskan dari toko pusat ya?"Rendi menggelengkan kepalanya. "Katanya sih enggak, emang dia sendiri yang pingin ngelamar kerja di sini."Di saat Rendi dan Nayra sedang mengobrol, tiba-tiba saja ada seseorang yang menyembulkan kepalanya dari pintu gudang tersebut."Mas Rendi, dicari Pak Yono tuh," ujar Agnes dengan wajah yang terlihat menahan kesal, sebab ia melihat Nayra yang berdiri cukup dekat dengan Rendi."Oh, iya. Aku duluan ya, Nay." Sang supervisor itu pun langsung pergi un
"Heh, anak baru, bantuin kita beresin barang yang baru datang!" pinta senior Vano, namun lebih tepatnya nada suaranya bukan seperti orang yang sedang meminta tolong, akan tetapi memaksa.Tanpa menjawab, Vano pun segera mengikuti langkah seniornya, dan ia pun menuruti semua perintah seniornya itu."Yang ini diletakkan di sana, terus yang ini kamu bawa ke situ, dan yang dus-dus snack ini kamu lempar semua ke atas."Vano manggut-manggut, namun ia mulai bingung ketika seniornya malah duduk, bukannya ikut bekerja seperti saat dia mengarahkannya tadi."Lho, ini aku aja yang beresin?" tanya Vano yang langsung ditertawakan oleh para seniornya tersebut."Kenapa? Mau protes? Sudah untung kita kasih tau tempat-tempatnya. Udah sana cepat beresin, jangan banyak bacot!"Vano menghela napas, ia pernah mendengar istilah senioritas di tempat kerja, namun ia tak menyangka akan mengalaminya juga di awal ia bekerja.Berulang kali Vano mencoba melempar kardus-kardus berisi snack itu ke atas, dan walaupun
"Sssttt ... Mama mau ngapain ke sini? Itu kan sudah biasa terjadi di tempat kerja, dan aku kan juga lagi nyamar, bisa-bisa nanti ketahuan deh.""Apanya yang ketahuan? Mama lho mau datang ke sana bukan buat kamu, tapi buat Nayra. Van, Nayra itu kasihan banget, dia harus bekerja keras untuk menghidupi neneknya juga, dan Mama pernah dengar dia juga sedang terlilit hutang, jadi Mama minta tolong ya, tolong jaga Nayra, soalnya kasihan juga sama neneknya kalau sampai terjadi apa-apa sama Nayra."Vano berdecak, ia berpikir kalau Nayra terlilit hutang untuk gaya hidupnya, soalnya kebanyakan wanita berhutang karena iri jika penampilan temannya lebih wah dari dirinya.Vano dan Aretha tidak hanya membahas tentang Nayra, mereka juga membicarakan cabang baru yang akan dibuka di kota lainnya. Hingga waktu istirahat usai dan Vano mengakhiri sambungan teleponnya.Saat keluar dari kamar, Vano melihat Nayra keluar dari kamar juga. Vano yang merasa Nayra sebenarnya orang yang baik, ia berinisiatif untuk
Berulang kali Vano menaik turunkan tangannya, ia tampak terlihat ragu untuk mengetuk pintu kamarnya Nayra.Namun, di saat Vano hendak pergi, tiba-tiba saja pintu kamar tersebut terbuka, dan Nayra juga mengatakan, "masuklah!"Meski sedikit ragu, Vano tetap saja mengikuti langkah kaki Nayra memasuki kamar gadis tersebut, namun Vano dibuat tercengang ketika ia melihat isi kamar Nayra."Apakah ruang CCTV sudah dipindahkan ke sini?" tanya Vano heran ketika melihat banyaknya layar CCTV yang menampilkan hampir seluruh isi bangunan Avan Group, bahkan di bagian luar juga."Tidak, ruang CCTV yang banyak diketahui orang masih ada di tempatnya, namun di sini adalah versi lengkapnya."Vano hanya mengangguk, lalu kemudian ia buru-buru mencari rekaman yang terjadi beberapa saat lalu.Nayra yang sebelumnya mendapat pesan dari Rendi, bahwa Vano kemungkinan besar adalah mata-mata yang dikirim oleh bos mereka, dan ia menyuruh Vano untuk mengecek rekaman CCTV yang baru saja terjadi, maka Nayra pun membia
Beberapa hari kemudian...."Mas, besok aku izin ya? Nggak masuk lagi, soalnya ada tawaran untuk cuci piring di hajatan lagi," ujar Nayra pada Rendi yang saat ini sedang menata snack rentengan."Oh ... iya. Eh, tapi ... memangnya kamu nggak capek? Dua hari lalu kan kamu habis kerja di hajatan juga, mana nggak ngambil libur lagi buat istirahat.""Nggak, Mas. Soalnya tamunya juga nggak banyak, kalau besok baru pesta besar-besaran, jadi mungkin aku ambil cuti selama tiga hari."Rendi hanya manggut-manggut, namun ada seseorang yang keberatan setelah mendengar perkataan Nayra."Kamu mau libur lagi ya, Nay?" tanya Pak Yono yang nada suaranya sudah tidak enak didengar."Iya, Pak," sahut Nayra sembari meringis."Kenapa lagi? Mau kerja di hajatan lagi? Eh, Nay! Kamu mentang-mentang dapat kelonggaran dari si Bos, lantas kamu bisa kerja ke sana-sini semaumu ya? Wah, wah, wah ... enak banget jadi kamu, Nay?"Nayra tersenyum tipis, lalu kemudian ia mengatakan, "Sebelumnya maaf ya, Pak. Saya sebenar
"Mama kenapa beneran datang ke sini sih? Apalagi cuma untuk ngebela cewek itu? Itu kan nggak perlu, berlebihan tau nggak?!" ujar Vano di dalam saung ketika sudah malam, dan para karyawan sudah pulang semua."Mama kan mau ke Cempaka Ungu, jadi sekalian mampir ke sini, dan katanya kamu juga ingin ngekos sendiri, jadi Mama juga ingin tau di mana kos-kosan mu itu," sahut Aretha."Lagi pula, kamu ini aneh-aneh aja, di sini kan sudah nyaman, dan sudah ada Bu Wati dan Bu Inah yang bisa masakin buat kamu, eh ... kamu malah cari tempat lain. Nggak bersyukur ya tinggal di sini? Kamu mau cari tempat yang lebih bagus?" Lanjut Aretha."Bukannya begitu, Ma. Kalau aku tinggal di sini terus-terusan kan nggak enak, nanti dikira karyawan lain, aku juga karyawan spesial lagi, ini aja Rendi dan Nayra udah ngira aku mata-mata Mama," sahut Vano yang memilih menggunakan alasan tersebut, yang padahal kenyataan lainnya ada sesuatu yang menggelitik hatinya hingga membuat ia nekat mencari kos-kosan.Mendengar p
"Pa, sini aku ajak lihat dekorasi pelaminan aku," ujar Dewi sembari membantu Hendra yang berjalan dengan menggunakan tongkat khusus penyakit stroke.Tenda pernikahan tepat berada di depan rumah Hendra yang halamannya begitu luas, dan ketika ada orang yang masuk ke dalam tenda tersebut, mereka merasa seperti di dalam sebuah gedung karena saking mewahnya dekorasi tenda beserta pelaminan tersebut."Wah! Bagus sekali, kamu nyewa teropnya siapa?" tanya Hendra dengan suara yang kurang jelas, sebab penyakit stroke yang dideritanya.Namun, meskipun begitu suaranya tidak mempengaruhi ekspresi kagumnya ketika melihat halaman depan rumahnya yang sudah disulap seperti gedung pernikahan yang mewah."NP Wedding, Pa. Dari desa sebelah."Hendra hanya manggut-manggut, lalu kemudian Dewi juga mengajak Hendra berkeliling melihat crew NP Wedding yang masih sibuk menata meja prasmanan."Menu makanannya apa aja, Wi? Papa juga ingin lihat." Melihat meja prasmanan yang juga terlihat mewah, membuat Hendra pe