Share

karma

Selepas magrib, kami sekeluarga berkumpul mengitari mejamakan. Aku duduk di sebelah Alvin, sementara Mama dan Bude berseberangan dengankami.

“Gimana, Vin? Habis ini jadi ke rumah Pak Budi enggak?” tanyaku.

“Iya. Nanti habis makan,” sahut Alvin.

Ya. Tadi sore kami memang sudah menyusun rencana, mencarisiapa dalang dibalik fitnah yang menimpa. Pertama akan mendatangi PakBudi-lelaki yang mengaku melihat kami bercinta. Aku rasa ada yang membayarnya agarmenebar kebohongan.

“Kok kamu panggil suami nama doang sih, Lintang? Harusnya panggilMas atau apa kek,” protes Mama.

Menyambar gelas berisi air putih, buru-buru aku menegukhingga tandas. Kalimat Mama berhasil membuatku tersedak.

“Enggak apa-apa kok, Tant. Biasanya memang begitu,” sahutAlvin.

“Mulai sekarang jangan dibiasakan seperti itu. Harusberubah!” tekan Mama.

Aku melirik lelaki di sebelahku. Alvin-lelaki itu kini telahsah menjadi suami, meski baru secara agama. Rasanya masih tak percaya masalajangku berakhir dengan cara memalukan.

“Kok
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status