"Kapan pengirimannya?" Terlihat Luke Mallory sedang berada di sebuah ruangan, lebih disebut sebagai gudang karena banyak tumpukan kardus terbengkalai di sana.Jaring laba-laba menjadi penghias di setiap sudut ruangan. Lubang angin pun sudah tertutup debu yang sangat tebal.Lantai yang dipijak pun bukan dari keramik, melainkan masih lapisan pasir. "Pengirimannya akan dilakukan sore ini, Bos. Ketua Bulan Darah, yang akan mengantarnya sendiri," jawab salah satu anak buahnya, tertunduk ke bawah."Bagus. Para investor kita sudah banyak menanyakan soal anak-anak itu, yang akan mereka pekerjaan sebagai penari di club-club malam."Luke Mallory tersenyum sinis. Mengayunkan kakinya santai sambil menyesap sepuntung rokok yang hendak habis."Lantas, apa kalian sudah mendapatkan informasi tentang Arsenio?"Tiba-tiba dia membahas soal Tuan Muda keluarga Guan itu. Setiap saat dirinya tidak bisa tidur, terus saja terbayang-bayang bajah pemuda tiga puluh tahun, yang telah membunuh Leonardo. "Kami be
Arsenio berlari ke ruang perawatan. Dia mendapat kabar bahwa Elsa telah sadar. Dia bersyukur karena operasi pengangkatan cip itu berhasil. Bruk ...Pintu dibuka secara kencang, hingga menciptakan suara nyaring, sontak membuat dua gadis di dalamnya tersentak kaget."Arsenio ...""Kak Arsenio ..."Keduanya menyebut nama sang pria di waktu bersamaan. Terdengar kompak. Arsenio bernapas lega setelahnya. Lantaran dua wanita yang ia sayangi, ternyata baik-baik saja.Terutama saat melihat senyuman Anindira, selalu membuat hatinya tenang. "Kalian baik-baik saja bukan?" tanya Arsenio pada keduanya. "Iya, Kak Arsenio."Anindira ingin menjawab juga. Namun, dia kalah cepat dengan Elsa yang sudah lebih dulu berucap. Anindira pun hanya diam dan menunggu giliran ia berkata.Pandangan Arsenio lurus pada Anindira dan begitu juga senyuman. Ya, meskipun tangannya mengelus kepala Elsa."Lantas bagaimana dengan Kak Arsenio? Apa kakak berhasil menyelamatkan teman-temanku? Aku mendengar cerita Kak Anindir
"Kejutan!" Suara Elsa begitu nyaring dan sangat melekat di telinga Arsenio.Siapa yang menduga, bom yang dimaksud Luke Mallory sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya, adalah Elsa. Arsenio tidak habis pikir. Jika ia tahu, mungkin gadis itu sudah berpindah dunia kemarin. "Ada apa dengan ekspresimu, Kak? Apa kau terkejut melihatku seperti ini?" sambungnya berpura-pura polos, seolah tak terjadi apa-apa.Dia memah pandai bermain sandiwara. Kemarin Elsa berlagak layaknya seseorang yang sangat menderita. Mampu, menarik simpati Arsenio dan yang lainnya. Namun, sekarang? Elsa seperti serigala yang menyusup ke dalam gerombolan domba, lalu siap menerkam mereka.Arsenio bergeming. Dia terlalu cepat untuk mempercayai seseorang tanpa mencari tahu asal usulnya lebih jauh. Sampai akhirnya ia berada di ujung jurang karena rasa kepercayaannya itu, tapi semua ini tidak bisa ia sesali terus menerus. "Kenapa kau diam, Kak? Bukankah kau selalu saja banyak bicara ini dan itu? Kau terus saja berkata, b
Hari berikutnya. Arsenio menaklukkan X One di Bandara internasional, yang hendak melarikan diri ke luar negeri. Di hari itu juga, Organisasi yang selama ini dipimpin X One pun ditaklukkan. Mereka tidak bisa berkutik lantaran pemimpin mereka telah ditangkap.Pada akhirnya, Arsenio pun menjadi penguasa Tiga Wilayah Bagian, seperti yang telah kakeknya janjikan. Sebagaimana seharusnya, pewaris utama keluarga Guan, yang akan memimpin Tiga Wilayah Bagian. Sejak hari itu, Arsenio mulai berbenah. Dia membentuk Organisasi Naga Merah yang lebih kuat lagi, kokoh dan sedikit berbeda dari yang dipimpin Alexander Guan sebelumnya.Arsenio membuat banyak perubahan di mana-mana. Berkat kontribusinya itu, semua orang di Tiga Wilayah Bagian tersenyum. Tidak ada yang tidak mengenal Arsenio sekarang.Arsenio pun mulai mempersiapkan pernikahannya dengan Anindira. Tepat dua bulan setelah Luke Mallory tiada. Pernikahan yang telah nantikan itu akan segera terwujud.Satu hari sebelum pernikahan. Malam harinya
"Selamat ulang tahun, Elisha sayang."Seorang pemuda yang bernama Arsenio itu membulatkan tekadnya. Dia akan melamar kekasihnya tepat di hari ulang tahun sang wanita. Pria itu pun menyodorkan sebuket bunga mawar, beserta kotak berwarna merah yang berisi cincin. Arsenio ingat, betapa keras kerjanya menabung selama tiga bulan terakhir demi bisa membeli cincin yang cantik itu. Meskipun canggung, Arsenio tetap berusaha untuk percaya diri. Apapun yang terjadi, Arsenio harus melamar wanitanya hari ini. "Apa ini? Kenapa kamu datang ke sini?" Elisha menoleh, menjatuhkan tatapan tidak percaya sekaligus kesal kepada Arsenio. "Ini hadiah untukmu, Elisha. Aku membeli semua ini agar hubungan kita naik ke tingkat yang lebih serius." Dengan percaya dirinya, Arsenio menunjukkan cincin tersebut, maksud hati ingin melamar. Alih-alih mendapat simpati, Elisha malah menepis tangan Arsenio secara kasar. Arsenio bisa melihat, manik sang kekasih menatapnya nyalang, seolah pria itu baru membuat kesalahan y
Arsenio membuka matanya perlahan. Beberapa kali, matanya menyipit karena sinar biru yang terllihat amat terang, yang kemudian memunculkan sebuah jendela notifikasi di depannya. Arsenio mengucek matanya, tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. [Sistem Mafia Terkuat] [Terima] [Ya/ Tidak] Guna menjawab rasa penasarannya itu, Arsenio pun menekan [Ya]. Meskipun sedikit ragu, pria itu tak memiliki apa-apa lagi yang bisa membuatnya merasa kecewa. Kehabisan uang, dibuang kekasihnya, dan berada di ambang kematian. Pria itu sudah mengalami semuanya. Tring!Bahu Arsenio bergerak, sedikit terkejut dengan bunyi notifikasi yang menampilkan jendela yang berbeda dari yang dia lihat sebelumnnya. [New Quest : Permalukan Elisha.] [Hadiah : 10 Juta Dolar] [Lemparkan Dadu] "Lemparkan dadu, maksudnya?" Arsenio memiringkan kepalanya, membaca ulang tulisan tersebut. Tidak tahu apa yang dimaksud dengan 'lemparkan dadu'. Mungkinkah semacam permainan yang biasa ia mainkan sewaktu kecil? Arsen
Buk! Pukulan keras mendarat sempurna di wajah Felix tanpa ampun. Arsenio tidak memberinya satu pukulan, tapi dua pukulan sekaligus sampai membuat Felix terpental beberapa meter. Hal tersebut pun mendapatkan perhatian penuh dari pengunjung lain dan membuat malu Felix. "Sayang!" Elisha buru-buru menghampiri Felix yang terkapar dan membantunya. Tidak sampai di situ saja, Arsenio pun meninju wajah Hendry sebagaimana yang tertulis di questnya. Arsenio benar-benar berubah seperti monster ganas, yang memberikan pukulan tanpa ampun kepada lawannya. "Anggaplah, itu adalah hadiah sebelum diriku pergi dari tempat ini! Mulai hari ini, kalian akan mengingat aku, sebagai Arsenio yang kuat, bukan pria lemah yang tidak tahu diri. Camkan itu!" ungkap Arsenio bernada arogan. Tatapannya nanar dan penuh amarah, terutama mereka yang selama ini telah berbuat jahat kepadanya. Semua terbelalak, termasuk Elisha. Felix buru-buru bangun, tangannya sudah mengepal dengan cepat dia berlari untuk balik memukul
"Ayah Tuan meminta Anda kembali ke rumah dan mengambil alih pekerjaan beliau."Mendengar hal itu, Arsenio terkejut setangah mati. Meskipun dia memliki begitu banyak keraguan, dalam hati, Arsenio ingin percaya. Oleh karena itu, sekarang Arsenio hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh pria yang menjemputnya barusan.Saat ini, keduanya sedang menuju rumah sakit. Awalnya ia tidak mau, lantaran takut akan masuk ke hal-hal aneh, tetapi pria bernama Bastian itu, memaksa dan menceritakan sedikit kisah yang sama sekali tidak pernah Arsenio ketahui. *** Sky Blue Hospital, Distrik S98. Tring! Notifikasi muncul sebelum Arsenio memasuki ruangan. [Misi Baru: Kalahkan Organisasi Hitam.] [Tingkatan Kesulitan: 10-12.] [Hadiah: 20 Juta Dollar dan Mobil.] [Keuntungan Tambahan: Mendapatkan 20 Poin Aksi dan 70 Poin Kemenangan.] [Skill: 20%/100] [Stamina: 40%/100] Notifikasi pun menghilang sendiri, sesaat setelah Bastian mempersilahkan Arsenio untuk masuk ruangan lebih dulu karena sebagai me