Sementara itu, di luar restoran, Bastian dan dua anak buahnya tengah memantau dari kejauhan, menggunakan sebuah teropong kecil. Kalau saja bukan karena perintah dan rencana, Bastian tidak akan mau berada jauh dari Arsenio. Sebab sudah menjadi keharusannya berada di sisi Arsenio. Apa pun keadaannya. "Apa rencana kita selanjutnya?" tanya salah satu anak buahnya yang duduk di kursi pengemudi, sedangkan Bastian duduk di sampingnya sambil memantau ke luar jendela."Tunggu mereka keluar dari restoran. Kita akan ikuti mereka nanti." Bastian membalas tanpa memalingkan wajah, saking tidak ingin kehilangan sedikit pun momen.Selang beberapa menit kemudian, Felix dan Arsenio terpantau keluar dari restoran. Felix tampak melihat-lihat kiri dan kanannya, seolah-olah sedang memastikan keadaan sekitarn aman atau tidak? Tampak jelas dari ekspresi yang datar dan tatapan serius. Tak lama kemudian, Arsenio pun diminta masuk ke mobil lebih dulu, sembari Felix masih melihat-lihat sekelilingnya dengan ra
Sky Blue Hospital. Ruangan Axel Guan berada. Pria setengah baya itu, sedang duduk bersandar di atas ranjang dan ditemani Bastian. "Bagaimana, kabar Arsenio? Sudah lama dia tidak berkunjung," tanya Axel Guan sembari mengunyah sepotong apel, yang telah dikupas kulitnya oleh Bastian."Kabar Tuan Muda baik, Tuan. Tuan Muda terlalu sibuk mempelajari tentang bisnis, sehingga dia tidak memiliki waktu untuk menemui Anda sekarang ini," jawab Bastian beralasan.Axel Guan menganggukkan kepalanya sambil menatap kosong objek di depannya. "Ternyata dia memiliki semangat yang besar untuk mengelola perusahaan. Aku berharap besar, anak itu mampu menjalankan bisnis keluarga Guan, lebih baik dariku.""Iya, Tuanku. Bahkan Tuan Muda bersemangat untuk mempelajari ilmu bela diri dan beberapa senjata."Axel menjatuhkan tatapan tajam ke arah Bastian, "apakah dia sudah mengetahui soal organisasi kita?"Bastian mengangguk pelan, "iya, Tuanku. Tuan Muda Arsenio sudah mengetahuinya dan dia sangat antusias untuk
Berangkas bukan sekedar berangkas biasa. Di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang luas, cukup untuk dihuni ratusan orang. Jauh dari ekpektasi Arsenio, nyatanya berangkas tersebut tidak menyimpan barang-barang berharga, melainkan hanya ruang hampa. Meskipun begitu, ruangan tersebut tetap memiliki pentilasi udara. Bahkan memiliki pendingin ruangan juga.Arsenio sedikitnya menduga, ruangan tersebut diperuntukkan untuk tempat bersembunyi anggota Organisasi Hitam, bilamana terjadi serangan. "Kemana lorong ini mengarah?" tanya Arsenio sambil menyipitkan matanya. Dilihat lurus ruangan tersebut."Keluar Mansion," jawab King datar sambil kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Sikapnya sangat tenang sekarang. Namun, berbeda dengan Arsenio, yang tampak sangat antusias dengan apa yang dilihatnya sekarang.'ouh, jadi mereka memiliki jalan rahasia, yang mungkin tidak diketahui banyak orang.' Arsenio membatin sambil mengelus dagu. Tepat seperti dugaannya. Ruangan ini memang diperuntukka
Arsenio yang berhasil keluar dari penjara pun, tidak membuang waktu lagi untuk segera melancarkan aksinya. Ia telah melihat anggota Organisasi Hitam yang menjaga penjara kocar kacir. Terdengar suara teriakan bahwasanya ada serangan datang.BRUK!Arsenio melayangkan tendangan keras bertubi-tubi pada lawan yang ditemuinya. Beberapa diantara mereka langsung terkapar, ada juga yang membuat Arsenio kewalahan. Arsenio tak seorang diri sana. Ada anggota Naga Merah yang datang untuk merobohkan pertahanan Organisasi Hitam. Mereka datang melalui lorong yang terhubung dengan berangkas. Ting!Tiba-tiba layar notifikasi pun muncul di hadapannya. Tertulis.[Selamat. Kamu mendapatkan 10 poin Aksi dan 5 poin kemenangan. Skill bertambah 5% dan Stamina bertambah 10%][Tingkatkan terus skill-mu, maka kau akan mendapatkan lebih banyak poin Aksi dan Poin Kemenangan.]Tak berselang lama, notifikasi pun hilang. Arsenio tersenyum penuh kemenangan. Rasa percaya dirinya semakin meningkat. Kini ia dapat meras
Pagi harinya. Kediaman Keluarga Guan. Mansion mewah yang saat ini telah berpindah nama menjadi Arsenio Bagas Guan itu. Tring! Satu notifikasi pun muncul di layar tap. Tertulis bukti kredit dengan nominal 20 juta dollar, telah berhasil masuk rekening atas nama Arsenio Bagas.Sepasang bola mata berwarna hazel itu, melebar sempurna. Hati riang kian gembira, melihat sebuah tulisan yang menunjukkan angka 2 dan nol, berjajar rapi.Mimpi apa ia semalam. 20 juta dollar, bukanlah jumlah yang kecil. Namun, Arsenio mampu mendapatkannya dalam waktu singkat, hanya dengan menyelesaikan sebuah misi. Setelah puas melihat uang dalam m-banking, Arsenio meletakkan tab di atas meja yang berada di sebelahnya. Kemudian, meredamkan tubuh yang kemarin malam berlumuran darah itu di bathtub, yang telah dipenuhi wewangian dan ditambah beberapa rempah. "Ah, rasanya sangat segar." Arsenio merilekskan tubuhnya. Merasakan ketenangan, serta kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelum ini. Hidup menjadi seseo
Sore harinya. Arsenio yang baru saja membantai organisasi Hitam kemarin malam, tidak tampak kelelahan. Tubuhnya terlihat bugar dan sehat. Bahkan ia tersenyum sumringah seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Perasaannya saat ini, sedang berbunga-bunga. Pertama, ia telah membalas dendam kepada Felix dan seluruh anak buahnya. Kedua. Ia mendapatkan mobil baru sebagai bonus karena telah menyelesaikan misi.Arsenio pun sedang mengunjungi Alexander Guan, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit Sky Blue Hospital.Pria paruh baya itu masih duduk di atas ranjang rumah sakit. Alat-alat medis pun tampak tidak terpasang lagi di badannya, yang memandang ia telah pulih total. "Bagaimana, kabar Ayah sekarang?" Arsenio bertanya sambil menggenggam erat tangan pria paruh baya itu. "Ayah baik, Nak." Alex menaikkan sebelah alisnya. "Luka apa ini? Apa kau habis berkelahi?"Alexander menyentuh pelipis kanan Arsenio, yang terlihat bengkak dan berwarna biru kelabu. Seperti orang yang habis dipukuli war
"Bos, ingin kau membunuh wanita ini!"Kalimat itu terus membayang di benak, pemuda tampan tiga puluh tahun, yang sedang berpacu di jalan beraspal Sky Blue City. Kecepatan mobilnya menembus angka 90-100 km/jam. Ia menyalip satu demi satu, kendaraan di depannya tanpa sedikitpun kesulitan. Menampilkan kebolehannya bak seorang pembalap profesional di lintasan beraspal.Sepasang netra itu melebar, menatap nyalang objek yang dilewatinya tanpa berkedip. Setelah menempuh perjalanan lebih dari tiga puluh menit. Pemuda itu menghentikan laju super car miliknya di depan sebuah hotel bintang enam yang namanya terkenal, seantero Sky Blue City.Pemuda itu melemparkan kunci mobilnya kepada pelayan hotel yang bertugas memarkirkan mobil. Kunci tersebut telah di tangan pelayan itu, sedangkan pemuda yang hanya mengenakan kemeja hitam dan memakai kacamata berlensa coklat besar itu, mengayunkan kakinya sedikit cepat. Memasuki hotel tersebut.Tidak ada satu pun hal yang menarik perhatiannya, selain lift y
Arsenio pun mengantarkan Elisha menuju rumahnya, tentu dengan arahan sang wanita. Lantaran selama ini, pemuda tampan dan kaya raya itu, tidak tahu menahu soal Keluarga Elisha. Di mana ia tinggal dan seperti apa sosok kedua orang tua sang wanita yang pernah mengisi hatinya itu, Arsenio tak tahu apa-apa. Gelap gulita. "Apa ini rumahmu?" tanya Arsenio dingin sambil melongo ke luar jendela. Pandangannya tentu mengarah pada bangunan mewah di sana. "Iya, itu rumahku. Ayo, kita masuk!" ajak Elisha tanpa ragu-ragu.Sekitar 10 meter dari posisi mobil berhenti, sebuah bangun lantai tiga berdiri kokoh, dengan warna putih mendominasi bangunan tersebut."Baiklah."Arsenio menyalakan mesin mobilnya kembali. Elisha semakin bersemangat. Senyuman merekah indah di bibir tebalnya. Tak membuang kesempatan, Elisha bergelayut manja di tangan Arsenio. Sementara sang pemuda mengumpat kesal dalam hati.Setelah mobil berhenti, Arsenio melepaskan sabuk pengaman yang melindungi tubuhnya itu. Elisha pun melaku