Kami tiba di Dubai siang hari, matahari begitu terik, aku sangat mengantuk karena tidak tidur sama sekali, dan masih menyimpan dendam Edmund sialan itu!
Bahkan seluruh dokumen untuk pergi ke luar negeri milikku sudah tersedia, aku baru tahu ternyata begini perjalanan orang kaya. Kami langsung menuju hotel Edmund menginap, aku mengira jika Edmund menetap di Burj Khalifa, tapi sepertinya bukan di situ.
Masih menaruh dendam yang begitu besar pada laki-laki sialan itu, walau tubuhku terasa remuk dan mengantuk luar biasa. Aku hanya ingin tertidur walau di pinggir jalan. Jika di depanku ada jembatan aku akan meloncat dan membiarkan diriku terhanyut daripada bersama Edmund sialan itu.
Kami tiba di penginapan Edmund yang hotelnya begitu besar dan megah, berada di sini membuatku semakin merasa kecil dan hina seperti seekor semut.
Sudah waktu istirahat, Edmund sedang makan siang, jadi aku langsung menuju restaurant, melihat si bajingan itu s
Aku duduk di hadapan Edmund sambil mengoles mentega ke roti milikku, Edmund hanya menyesap kopi miliknya. Dia begitu ketagihan dengan kopi.Di depan kami sudah tersedia banyak makana terdiri dari pastry atau roti, mentega, selai, kopi, teh, susu, dan buah-buahan. Aku mengambil buah blueberry dan memasukan dalam mulut.Mungkin besok kami akan kembali ke California dan menjalani rutinitas yang penuh siksaan. Aku mendesah lelah, tapi tidak bisa berbuat banyak jika ini yang harus kulakukan. Mengambil buah-buahan dan meletakan di atas roti milikku, dan memakan dalam gigitan besar membuat Edmund terus memperhatikanku. Ada enaknya hidup dengan bastard ini, aku bisa mencoba berbagai makanan enak dan mahal, tanpa makan sandwich setiap hari dalam satu bulan penuh, walau penyiksaan batin yang kuterima luar biasa."Jadi, apa jadwal kita apa, Tuan?""Bukankah kau yang mengatur jadwalnya?" Oh ya, dia benar juga. Hanya saja, Edmund tidak memberi
Aku melihat gumpalan awan yang terlihat cantik, dengan warna putih walau mereka bisa saja berubah jadi monster, dan tiba-tiba menghisap diriku dalam lubang hitam dan aku mati, terbawa arus.Aku hanya melihat ke luar dengan perasaan yang hancur, perasaan yang mati. Aku menghindari Edmund sialan itu, walau sedang berada dalam jet mewah miliknya. Aku menyandarkan kepalaku di jendela pesawat dan merenungi nasibku yang tidak ada bagusnya.Edmund, bastard sialan itu benar-benar membuatku di neraka.Aku hanya tersenyum saat pramugari memberi makanan padaku, senyumannya hangat dan teduh, aku merindukan Mommy, terkadang aku hanya ingin kembali menjadi anak kecil."Mungkin kau ingin bergabung dengan Tuan Edmund?" Aku menggeleng, dan hanya kembali menatap ke luar. Laki-laki bajingan itu sedang berkumpul dengan beberapa kolega bisnisnya yang akan melakukan perjalanan ke Amerika. Walau dalam pesawat, aku bisa mendengar suara mereka tertawa bers
Kembali menjalani rutinitas yang lama-lama terasa bosan. Atau mungkin aku tak menyukai keberadaan Edmund di sekitarku, dia itu sangat berbahaya.Aku melirik melewati bulu mataku dan melihat laki-laki sial itu sangat serius, aku akhirnya menarik napas panjang."Buatkan aku kopi!" Tiba-tiba sosok itu sudah berdiri di depanku menjulang tinggi. Aku langsung terkejut dan mengurat dadaku, dia benar-benar membuatku menopause segera.Aku sudah membuatkan kopi untuknya, tapi jangan panggil Edmund sialan jika dia tidak menyiksaku, dan membuatku semakin merasa hina.Aku langsung berdiri dan keluar dari ruangan tersebut. Edmund sialan! Berkali-kali aku menyebut kata itu, karena begitu kesal padanya."Hi, girl's!" Aku berbalik dan melihat Sophie yang tersenyum lebar ke arahku. Jalang! Entah kenapa, otakku otomatis mengatakan seperti itu.Sebenarnya Sophie tidak melakukan hal kriminal, tapi keberadaannya sangat menyebal
Hidup bersama Edmund membuatku terasa merasa dia adalah rumahku. Aku menggeleng, dengan pemikiran konyol tersebut, dan menopang daguku.Hari ini lebih santai, aku hanya memakai kaos oblong berwarna putih, dan menguncir rambut asal, dengan bandu besar di kepala, hari ini adalah hari bersih-bersih. Sebenarnya, Edmund bisa menyewa orang untuk datang bersih-bersih, tentu saja dia tidak akan melakukan itu, jika, dia menganggap diriku budak yang bisa dipakai seenaknya.Aku menarik napas panjang, dengan nasib sialku.Mengintip ke arah Edmund yang juga mengganti pakain olahraga, dia akan melakukan gim di ruangan khusus. Aku menyipitkan mataku, mencari-cari sebuah benda yang bisa membuat dirinya kesal.Aku terkikik, saat pikiran konyol tentang menjatuhkan kulit pisang di treadmill dan Edmund terpeleset. Baiklah! Maafkan otakku yang terlalu banyak menonton Tom and Jerry."Apa yang kau lakukan?" Mata
Aku mengepalkan tanganku, sangat kesal, tapi entah kenapa bajingan ini membuatku tersenyum tanpa sadar."Kenapa, gadis bodoh? Kau sudah pintar sekarang?" ejek Edmund yang membuatku ingin memecah kepalanya pakai kapak."Kau sangat menyebalkan!" Edmund tersenyum miring, menyandarkan kepalanya di bangku berwarna merah, dengan gaya tangan di depan dada seolah menunjukkan kekuasaan yang dia punya.Aku menggigit kentang goreng dengan kesal. Selasa weekend, si bajingan ini ingin bersantai, tidak ingin ada urusan pekerjaan dan kami pergi makan burger, dan beberapa makanan cepat saji. Aku yakin, seumur hidupnya Edmund belum pernah mencoba ini atau makan di tempat seperti ini. Mereka pasti benar-benar menjaga pola makanan.Mood Edmund juga sedang bagus sekarang, dan saatnya untuk mengejek dirinya walau aku masih kesal, hanya saja terus berpura-pura bodoh sampai saatnya untuk pembalasan nanti. Aku menarik Pepsi milikku dan melihat ke arah Edm
Aku duduk dan memperhatikan barang-barang mewah yang berada di sekelilingku, aku harus mengakui jika ini luar biasa. Maksudku, ya aku memang hanya gadis miskin dan bisa menginjakkan kaki di butik terkenal dan menjadi langganan Kylie Jenner atau pun saudaranya yang lain, dari keluarga Kardashian.Aku pura-pura membaca majalah, agar tak terlalu terlihat norak, di hadapanku dan sekelilingku banyak pakaian mahal. Yas! Kalian tidak salah menebak, aku sedang berada di butik Emily—saudari Edmund, jika kalian masih ingat.Emily sedang sibuk dengan pelanggan yang datang, dan aku hanya jadi orang bodoh. Ingin bermain ponsel, tapi sengaja aku matikan karena tak mau Edmund brengsek mengangguku. Huh, bicara tentang banjingan itu memang tidak ada habisnya."Kau harus mencobanya, ini pasti sangat cocok denganmu." Aku hanya menganga, saat Emily sudah menarik tubuhku ke arah dress yang berdiri cantik berwarna baby blue. Lagi-lagi warna biru mengingatkan t
Aku berusaha membuka mata setelah merasa hampir mati dan tenggelam dalam air. Ya, ceroboh dan bodoh untuk kesekian kalinya.Aku menerawang kosong melihat ke samping, Edmund ada di sana dengan tampang yang tidak senang sama sekali."Terima kasih, Tuan. Tuan pasti yang menolong aku.""Kau terlalu banyak bermimpi, gadis bodoh. Kau hidup dalam dunia nyata yang kejam, bukan khayalan dunia novel." Aku memalingkan wajahku. Damn! Dia paling bisa untuk merusak mood-ku.Aku terdiam dan tiba-tiba melihat Emily masuk. Aku sangat malu. Rasanya mau kukubur saja wajahku."Thank God, Em. Kau tidak apa-apa. Daniel yang menyelematkanmu." Aku tidak berani menatap Daniel. Aku melirik sedikit ke arah Edmund, kukira dia yang jadi pahlawan, nyatanya dia benar, aku tak boleh banyak berekspektasi."Terima kasih, Daniel." Daniel hanya mengulas senyu
Musim panas identik dengan berbagai pesta.Aku baru saja tiba di kota ini. Ingin mencari pekerjaan, setelah memasuki usia legal. Senang tentu saja."Hi, Mom. Kau harus tahu, aku baru tiba di sini, kota yang tak tenang, dan tebak apa bagian terbaiknya? Yep! Aku melihat banyak perkebunan anggur sepanjang jalan. Bukankah ini menyenangkan?"Aku tersenyum riang. Ini kampung Mommy, tempat Mommy menghabiskan masa kecilnya dulu, sebelum bertemu Daddy dan Mommy mengikuti Daddy. Sekarang, mereka memutuskan untuk keliling dunia. Aku iri dengan pasangan itu."Kau benar, Em. Mommy sering menghabiskan waktu di sana hanya untuk merenungi nasib atau melihat sunset. Mommy sangat suka sunset." Aku tersenyum membayangkan Mommy dan sunset. Perpaduan yang aneh, di saat aku tahu Mommy sangat suka berpetualang."Kurasa malam ini aku ingin bersenang-senang. Aku akan pergi ke pesta, sebelum aku mencari pekerjaan." Aku tertawa, membayangkan kot