Di salah satu pelabuhan besar di ibukota, suasana terlihat sangat sibuk. Banyak peti-peti besar yang berisi makanan dan barang-barang lainnya tumpang tindih di sana. Namun, di balik kesibukan tersebut, hanya beberapa orang yang tahu jika sebenarnya peti-peti tersebut berisi lebih dari sekadar makanan dan barang dagangan biasa.Seseorang yang tengah duduk di kursi roda terletak di atap sebuah gedung, dengan santai mengamati semua aktivitas yang terjadi di pelabuhan. Dia memandang dengan rasa tenang, mengetahui bahwa apa yang sedang terjadi adalah bagian dari pekerjaannya."Semua barang akan dikirim ke kota Maldives sudah sesuai kesepakatan, Tuan. Mereka sudah mentransfer setengah harga dan akan melunasi sisanya setelah barang sampai di pelabuhan mereka," ucap Vinn, memberikan laporan kepada orang yang duduk di atas gedung.Orang yang duduk di kursi roda itu adalah Dariel, otak di balik semua transaksi ini. Dia hanya mengangguk mengerti sebagai respon atas laporan Vinn. Dari tempatnya
Saat Lucia tidak kembali ke rumah karena bekerja, dan pada saat yang sama Dariel juga tidak pulang ke rumah yang sama, mereka benar-benar menghilang bersama. Johny, yang diberi tugas oleh Lucia untuk menjaga Dariel, menjadi bingung dengan kepergian pria itu. Sebelumnya, Dariel pergi selama beberapa hari dengan supirnya untuk membeli sesuatu. Namun, selama dua hari ini, dia tidak pulang bahkan tidak bisa dihubungi."Kemana perginya pria itu? Jika Lucia mengetahui ini, aku akan kena masalah," gumam Johny dengan kekhawatiran. Hingga tiba-tiba, suara ketukan pintu dari luar membuat Johny segera membukakan pintu tersebut. Awalnya dia berharap itu adalah Dariel yang pulang, tetapi dia terkejut saat melihat seseorang yang tidak dikenal di depan pintu."Anda siapa?" tanya Johny dengan waspada pada pria yang memiliki perawakan tinggi, tampan, dan mungkin berusia hampir lima puluh tahunan.Pria itu tidak menjawab pertanyaan Johny, namun malah mengajukan pertanyaan lain dengan suara yang dingin,
Rumah tempat Lucia tinggal beberapa hari terakhir terasa sangat sunyi. Bahkan, saat Lucia memasuki rumahnya pada malam hari, dia melihat bahwa lampu-lampu masih belum dinyalakan meskipun hari sudah petang.Dengan segera, Lucia masuk ke dalam rumah dan mulai mencari keberadaan Dariel atau siapa pun yang seharusnya ada di rumah itu."Dimana semua orang? Apakah Johny juga ikut pergi?" Lucia berbicara sendiri, mencoba mencari jawaban atas keheningan yang menghantui rumahnya.Dia mulai menghidupkan lampu di sekitar rumah, dan suasana rumah benar-benar sepi dan kosong. Meskipun begitu, Lucia teringat akan kata-kata yang diucapkan oleh Ellard, bahwa dia harus memastikan suatu hal dan perlu memeriksa kamar Dariel. Dengan hati yang berdegup kencang, dia berjalan menuju kamar Dariel.Kamar itu terlihat sangat rapi, Lucia segera mencari sesuatu disana. Meskipun dia sangat tidak yakin jika Dariel terlibat dengan organisasi XFox namun Ellard juga tak mungkin asal menebak tanpa adanya bukti.Saat m
Pengalaman baru bagi Lucia saat ini, dia benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi ibu rumah tangga. Pagi-pagi, dia pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan yang sudah habis di rumah. Selama dua hari terakhir, dia benar-benar berfokus pada peran barunya ini, dan bahkan tak melakukan investigasi terhadap Dariel karena sepertinya tidak ada yang aneh dari pria itu.Ketika Lucia pulang dengan membawa barang-barang belanjaannya, tiba-tiba seorang pria muncul dan menghalanginya. Lucia merasa sedikit cemas karena pria itu tidak terlihat seperti orang yang dikenalnya."Maaf, apa anda punya urusan dengan saya?" tanya Lucia dengan sedikit ketidakpastian.Pria tersebut mengangguk dan bertanya, "Kau adalah Lucia Moore, kan?"Lucia mengangkat alisnya, bingung mengapa pria itu tiba-tiba mengenalinya. Namun, sebelum dia sempat menanyakan lebih lanjut, tiba-tiba seseorang datang dan menusuknya dengan sebuah jarum suntik. Lucia berusaha melawan pria tersebut, Lucia berlari secepat mungkin, b
Pandangan gelap sekarang berubah menjadi terang, Lucia yang baru saja sadar dari pingsannya mencoba untuk mengingat apa yang terjadi sebelum dia kehilangan kesadaran, tetapi semuanya hanya tampak kabur.Ketika Lucia mulai memulihkan kesadarannya, dia merasa bahwa dia tidak lagi berada di tempat yang sama. Dia merasakan getaran lembut di bawahnya dan menyadari bahwa dia berada di kursi roda dengan berpangku pada Dariel. Dia membuka matanya dan melihat ke arah Dariel."Dariel?" Lucia berkata dengan suara lemah, mencoba untuk mencerna apa yang terjadi.Dariel menoleh padanya, dan Lucia bisa melihat ekspresi di wajah Dariel antara kekhawatiran dan kemarahan. "Kau baik-baik saja, Lucia?""Ya, aku... aku merasa pusing," kata Lucia, masih berjuang untuk pulih sepenuhnya. "Apa yang terjadi?"Dariel menggelengkan kepala. "Kita akan membahasnya nanti. Yang penting, kau aman sekarang."Lucia merasa ada beberapa hal yang disembunyikan dari dirinya, tetapi dia merasa terlalu lemah untuk meneruskan
“Kemana Fedrick, kenapa tak ada kabar sejak kemarin?” Gumam Bela saat mencoba menghubungi sahabatnya itu.Sudah sejak dua hari yang lalu pria itu tak ada kabar, padahal biasanya pria itu selalu menghubunginya.“Kau kenapa sayang?” Tiba-tiba nyonya Lauren menghampiri putrinya tersebut yang terlihat gelisah.“Aku akan ke kantor Fedrick dulu, bu. Aku ingin mencari Fedrick.” Ucap Bela dengan segera lalu pergi dari sana.Nyonya Lauren yang melihat itu menaikkan alisnya namun membiarkan saja asal anaknya senang dan yang terpenting anaknya tak menyukai sahabatnya itu meskipun pria itu kaya. Keluarga Filbert lebih kaya dari Fedrick jadi dia ingin anaknya bersama dengan keturunan Filbert.Di kantornya, Bela dibuat bingung oleh pernyataan sekretaris Fedrick.“Tuan sudah tak masuk sejak kemarin, nona. Saya juga mencari keberadaannya sekarang karena tuan tak berada di rumahnya.” ucap sekretaris Fedrick.Bela merasa semakin khawatir, dengan perasaan gelisah, dia memutuskan untuk mengunjungi rumah
Makan malam yang diadakan secara sederhana di taman belakang rumah Lucia terlihat indah. Sejak seharian Alea yang mempersiapkannya, meskipun Dariel telah melarang wanita itu untuk melakukannya, namun Lucia sama sekali tidak peduli. "Bagaimana? Apakah menurutmu penampilannya bagus?" tanya Lucia kepada Dariel untuk meminta pendapat pria itu. "Bagus," ucap Dariel.Tema makan malam yang dibuat oleh Lucia adalah suasana luar ruangan dengan meja panjang yang didekorasi dengan makanan yang melimpah di atasnya, serta dihiasi dengan bunga dan lilin sebagai hiasan. "Sudah jam tujuh, apakah mereka benar-benar akan datang?" tanya Lucia sambil melihat jamnya. "Mereka akan tiba sebentar lagi, tidak perlu khawatir, mereka bukan orang yang penting," ucap Dariel dengan nada datar."Kamu tidak boleh begitu, mereka telah membantuku, dan seharusnya kita melayani mereka dengan baik malam ini sebagai ungkapan terima kasih," tegaskan Lucia dengan ekspresi tidak setuju. Dariel menghela nafasnya dengan perl
Tuan Kaizer benar-benar tak menyerah untuk menemui Lucia. Tepat pukul tujuh pagi, dia beserta beberapa anggota dari perusahaan asuransi telah datang ke kediamannya. Lucia, yang baru saja selesai memasak untuk sarapan, terkejut saat melihat ada tamu-tamu di rumahnya.“Maaf, Anda siapa?” Tanya Lucia, walaupun salah satu pria yang berdiri di sana tampaknya agak familiar, dia sama sekali tidak tahu siapa mereka.Pria yang tampaknya memiliki peran penting dalam pertemuan tersebut menatap Lucia dengan tatapan lembut. “Saya Kaizer Reymos, pimpinan dari perusahaan Reymos Group. Saya juga salah satu wali yang bertanggung jawab untuk mengatur serah terima pencairan asuransi yang dimiliki oleh Briana Claire untuk putri kandungnya,” ucap Tuan Kaizer dengan suara lembut.Lucia merasa sedikit terkejut dan bingung, mencoba mengatasi informasi yang baru saja dia dengar. Tampaknya ini berkaitan dengan ibu kandungnya. Dia tidak menyangka bahwa urusan tersebut akan melibatkannya.Tuan Kaizer melanjutka