“Kemana Fedrick, kenapa tak ada kabar sejak kemarin?” Gumam Bela saat mencoba menghubungi sahabatnya itu.Sudah sejak dua hari yang lalu pria itu tak ada kabar, padahal biasanya pria itu selalu menghubunginya.“Kau kenapa sayang?” Tiba-tiba nyonya Lauren menghampiri putrinya tersebut yang terlihat gelisah.“Aku akan ke kantor Fedrick dulu, bu. Aku ingin mencari Fedrick.” Ucap Bela dengan segera lalu pergi dari sana.Nyonya Lauren yang melihat itu menaikkan alisnya namun membiarkan saja asal anaknya senang dan yang terpenting anaknya tak menyukai sahabatnya itu meskipun pria itu kaya. Keluarga Filbert lebih kaya dari Fedrick jadi dia ingin anaknya bersama dengan keturunan Filbert.Di kantornya, Bela dibuat bingung oleh pernyataan sekretaris Fedrick.“Tuan sudah tak masuk sejak kemarin, nona. Saya juga mencari keberadaannya sekarang karena tuan tak berada di rumahnya.” ucap sekretaris Fedrick.Bela merasa semakin khawatir, dengan perasaan gelisah, dia memutuskan untuk mengunjungi rumah
Makan malam yang diadakan secara sederhana di taman belakang rumah Lucia terlihat indah. Sejak seharian Alea yang mempersiapkannya, meskipun Dariel telah melarang wanita itu untuk melakukannya, namun Lucia sama sekali tidak peduli. "Bagaimana? Apakah menurutmu penampilannya bagus?" tanya Lucia kepada Dariel untuk meminta pendapat pria itu. "Bagus," ucap Dariel.Tema makan malam yang dibuat oleh Lucia adalah suasana luar ruangan dengan meja panjang yang didekorasi dengan makanan yang melimpah di atasnya, serta dihiasi dengan bunga dan lilin sebagai hiasan. "Sudah jam tujuh, apakah mereka benar-benar akan datang?" tanya Lucia sambil melihat jamnya. "Mereka akan tiba sebentar lagi, tidak perlu khawatir, mereka bukan orang yang penting," ucap Dariel dengan nada datar."Kamu tidak boleh begitu, mereka telah membantuku, dan seharusnya kita melayani mereka dengan baik malam ini sebagai ungkapan terima kasih," tegaskan Lucia dengan ekspresi tidak setuju. Dariel menghela nafasnya dengan perl
Tuan Kaizer benar-benar tak menyerah untuk menemui Lucia. Tepat pukul tujuh pagi, dia beserta beberapa anggota dari perusahaan asuransi telah datang ke kediamannya. Lucia, yang baru saja selesai memasak untuk sarapan, terkejut saat melihat ada tamu-tamu di rumahnya.“Maaf, Anda siapa?” Tanya Lucia, walaupun salah satu pria yang berdiri di sana tampaknya agak familiar, dia sama sekali tidak tahu siapa mereka.Pria yang tampaknya memiliki peran penting dalam pertemuan tersebut menatap Lucia dengan tatapan lembut. “Saya Kaizer Reymos, pimpinan dari perusahaan Reymos Group. Saya juga salah satu wali yang bertanggung jawab untuk mengatur serah terima pencairan asuransi yang dimiliki oleh Briana Claire untuk putri kandungnya,” ucap Tuan Kaizer dengan suara lembut.Lucia merasa sedikit terkejut dan bingung, mencoba mengatasi informasi yang baru saja dia dengar. Tampaknya ini berkaitan dengan ibu kandungnya. Dia tidak menyangka bahwa urusan tersebut akan melibatkannya.Tuan Kaizer melanjutka
“Apa yang ingin anda katakan, Tuan Kaizer?” Tanya Lucia ketika mereka sudah sampai di kursi taman yang ada di belakang rumah Lucia. Suasana pagi itu terlihat hangat karena sinar pagi yang mulai meninggi. Tuan Kaizer tampak ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Wanita yang ada di depannya benar-benar sangat mirip dengan Briana Claire, mantan istrinya dulu. Rasa sakit mulai dia rasakan saat mengingat apa yang dia lakukan oleh mantan istrinya itu. Mungkin jika mereka tetap bersama waktu itu, pasti dia juga memiliki anak secantik Lucia. “Tuan?” Panggil Lucia karena melihat pria itu tampak sedih. Tuan Kaizer mengambil napas dalam-dalam sebelum mengangkat wajahnya dan menatap Lucia dengan mata penuh keraguan dan kekhawatiran. Dia merasakan beban yang berat dalam hatinya, tetapi dia tahu bahwa dia harus berbicara terus terang. "Lucia," mulai Tuan Kaizer dengan suara lembut. "Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang mungkin akan mengejutkanmu." Wajah Lucia tampak pen
"Dia mantan suami ibumu?" Dariel sangat terkejut mendengar pernyataan tersebut.Meskipun dia sudah tahu tapi dia ingin Lucia mengatakan hal lebih, dia sama sekali belum mendapatkan informasi mengenai pria itu dari bawahannya.Lucia mengangguk, dia paham dengan apa yang dipikirkan oleh Dariel. Bahkan dia juga masih terkejut dengan hal tersebut."Aku juga terkejut saat mengetahuinya, ibuku tak pernah mengatakan hal ini dan tiba-tiba ada seseorang yang mengatakan jika dia adalah mantan suami ibuku." Ucap Lucia dengan menghela nafasnya pelan."Apakah ayahmu juga mengetahui hal ini?" Tanya Dariel dengan penasaran."Aku juga tidak tahu, tapi sepertinya ayah tak mengetahuinya. Atau dia sudah mengetahuinya tapi dia hanya diam saja."Dariel mengangguk memahami situasi yang semakin rumit ini. "Ini benar-benar mengubah segalanya, ya? Terutama dalam hubunganmu dengan Tuan Kaizer."Lucia mengangguk, menatap ke arah pria itu. "Iya, benar sekali. Aku merasa sedikit bingung bagaimana seharusnya aku m
Seperti pagi biasanya, seorang pria dengan bunga tulip putih di tangannya sedang berjalan dengan langkah tegap di makam yang selalu dia kunjungi setiap hari sebelum dia berangkat bekerja.“Claire..” Ucapnya dengan lembut.Di makam mantan istrinya inilah dia selalu bercerita tentang kehidupannya seolah dia bercerita dengan orang yang masih hidup.Sambil membersihkan debu yang ada di batu nisan tersebut, dia menaruh bunga tulip tersebut dengan penuh rindu.“Aku datang lagi.” “Apa kau bosan ketika aku mengunjungimu setiap hari?” Tuan Kaizer tersenyum tipis.“Aku sudah bertemu dengan putrimu. Dia benar-benar mirip kau ketika kita menikah, namun dia terlihat lebih berani dibanding dirimu.”Tuan Kaizer duduk di dekat makam dengan tatapan yang penuh haru dan kenangan. Dia mengenang saat-saat indah dan sulit yang telah mereka lalui bersama. Perasaan rindu dan penyesalan masih terasa, meskipun sudah berlalu begitu lama sejak kematian Claire.“Claire, aku tahu aku telah membuat banyak kesalaha
Sebuah restoran sederhana yang berada di pelosok kota yang sepi, Lucia melangkah dengan cepat.Dia sudah terlambat setengah jam dari perjanjiannya dengan Ellard. Pria itu pasti sudah menunggunya cukup lama."Ellard, maaf aku terlambat." Ucap Lucia pada pria tersebut.Pria yang duduk dengan tenang dengan di depannya terdapat laptop miliknya hanya mengangguk."Bukan masalah besar." Ucap Ellard dengan tenang.Lucia langsung duduk di depan Ellard, "Apakah ada informasi yang kau dapat?" Tanya Lucia dengan serius karena Ellard tak mungkin mengajaknya bertemu di luar jika tak ada urusan."Aku baru menyelidiki aktivitas XFox, markas mereka tak jauh dari kota ini. Namun itu belum bisa aku pastikan." Ucap Ellard dengan dingin.Lucia mendengarkan dengan serius. "Jika markas mereka berada dekat, apakah kau punya rencana untuk menyusup dan mendapatkan lebih banyak informasi?" tanya Lucia dengan wajah serius."Ya, aku sudah mengintrogasi temanmu yang bekerja sebagai artis, dia cukup baik untuk menj
“Kau tak pulang?” Suara Dariel begitu dingin di kamarnya malam ini, jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari namun dia masih terjaga menunggu kepulangan Lucia, namun wanita itu tak kunjung pulang hingga Dariel menghubunginya langsung karena sudah tak sabar menunggu lagi.“Dariel?Kau masih menungguku? Sepertinya aku lupa mengabarimu jika aku tak bisa pulang malam ini.” Ucap Lucia dengan penuh rasa bersalah.“Dimana kau berada? Victor akan menjemputmu.” Suara Dariel seakan tak ingin di bantah ataupun di tolak.Terdengar suara desah lelah disana, Dariel menunggu jawaban wanita itu. Dia sejak tadi menunggu hingga sedetik pun terasa satu jam saat dia menunggu kepulangan wanita itu. Dia tak bisa membayangkan bagaimana dia semalaman bersama dengan pria lain, hatinya terasa terbakar.“Baiklah, jemput aku di jalan Tory. Aku akan menunggu disana.” Ucap Lucia pada akhirnya.Dariel mendengus pelan, merasa tidak puas dengan jawaban itu. Hatinya bergejolak, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang.