Setelah sarapan, Lucia mengajak Dariel untuk berjemur di pagi hari untuk kesehatan tulang mereka. Suasana pagi itu terasa sangat hangat dan matahari belum terlalu menyengat.“Nanti malam akan ada acara perayaan perusahaan yang ke seratus tahun.” Ucap Dariel dengan tenang sambil menikmati cahaya pagi yang menerpa wajahnya.Lucia langsung melihat ke arah Dariel, “Apakah aku harus datang?” Tanyanya.Dariel melihat ke arah Lucia dengan tenang, “Apa kau tak ingin datang?” Tanya Dariel balik.“Bukan begitu maksudku, hanya saja terlalu mendadak. Aku bahkan tak punya gaun, aku takut akan membuat malu keluarga Filbert.” Ucap Lucia.“Itu bukanlah masalah besar, aku akan menyiapkan gaun untukmu. Jika kau mau kau hanya tinggal datang bersamaku. dan aku tak akan membiarkanmu dipermalukan.” Ucap Dariel penuh keyakinan.Lucia mengangguk, “Ya sudah jika begitu, kita akan datang ke sana.”Dariel mengangguk singkat.Mereka berdua berbicara dengan tenang dan penuh kehangatan, menikmati momen pagi yang d
Pesta perayaan perusahaan Filbert yang ke seratus tahun diadakan di sebuah hotel mewah di bawah naungan Filbert Group. Banyak tamu penting yang datang saat ini bahkan seorang pemimpin negara pun menyempatkan hadir di perayaan ini karena memiliki hubungan baik dengan tuan Abert Filbert.“Selamat ya, tuan Abert. Perusahaan anda masih berjaya selama satu abad ini.” Ucap salah seorang tamu penting disana.Tuan Abert Filbert, pemimpin dari Filbert Group, tersenyum dengan tulus mendengar ucapan selamat tersebut. Dia memandang sekeliling pesta yang penuh gemerlap dan keceriaan, merasa bangga dengan pencapaian perusahaan yang telah berjalan selama satu abad. "Terima kasih atas ucapan baik Anda. Kami sangat bersyukur atas perjalanan panjang ini, dan kami berharap untuk terus berkontribusi dalam dunia bisnis dan masyarakat," kata Tuan Abert dengan rendah hati.Hingga pasangan yang ditunggu oleh tuan Abert sejak tadi datang, dia adalah Dariel dan Lucia. Mereka tampak serasi dengan setelan jas d
Ucapan selamat terus berdatangan pada Dariel, namun pria itu tak merasa bahagia sama sekali dengan hal tersebut. Dia hanya bersikap datar pada mereka, karena dia tahu jika mereka hanya berpura-pura dan tak sepenuhnya bahagia dengan keputusan kakeknya.Di sisi Lucia pun sama, mereka mulai mengucapkan kalimat selamat karena dia akan menjadi pendamping calon pemimpin Filbert Group.“Selamat ya, nyonya. Anda memang sangat pantas mendapatkannya.”Lucia tersenyum pada orang yang memberikan ucapan selamat padanya, merasa dihargai atas prestasinya. Namun, dia juga merasa bahwa beberapa orang mungkin memberikan ucapan tersebut karena dia akan menjadi pendamping calon pemimpin Filbert Group, bukan karena dirinya sebagai individu.Dariel memperhatikan reaksi Lucia dan merasa agak tidak nyaman dengan situasi ini. Dia ingin orang-orang menghargai Lucia atas keberhasilan dan kemampuannya, bukan hanya karena hubungannya dengan keluarganya. Namun, dia tahu bahwa ini adalah bagian dari dunia bisnis da
Kepala yang pusing dan tempat yang asing membuat Bela bingung, pinggangnnya pun terasa seperti ada yang memeluknya dengan erat.Dengan sekuat tenaga dia membuka matanya dengan perlahan, hingga dia bisa melihat dengan jelas ruangan yang berantakan dan….“Ernest?!!” Bela langsung terkejut saat pria yang memeluknya adalah Ernest dengan keadaan tak memakai sehelai benang pun.Bela pun langsung melihat ke arah dirinya sendiri yang ternyata juga sama, dia sangat terkejut kenapa bisa dia disini bersama Ernest.Sebelum bisa merespon lebih jauh, tiba-tiba pintu di dobrak dari luar yang membuat Bela langsung mneutupi tubuhnya dengan selimut.Dalam keadaan panik, Bela berusaha membangunkan Ernest yang terlihat masih tidur pulas. Wartawan-wartawan yang masuk dengan paksa ke dalam ruangan semakin membuat situasi semakin kacau. Mereka berusaha merekam setiap detail tanpa menghiraukan privasi Bela dan Ernest."Ernest, bangun! Ini gawat!" Bela berbisik cemas sambil mencoba membangunkan Ernest dengan
Pagi ini Lucia yang mendapatkan surat dari pihak asuransi memilih untuk datang ke kantor mereka, dia sendirian tak ditemani oleh Dariel. Meskipun sebelumnya pria itu memaksa, tapi Lucia menolaknya.“Selamat datang, nyonya Lucia.” Sapa seorang pegawai asuransi tersebut pada Lucia dengan sopan.Lucia mengangguk dan pria itu membimbingnya ke kantor atasannya.“Selamat datang, nyonya Lucia. Silahkan duduk.” Ucap pria dengan sopan yang dia yakini sebagai atasan pria tadi.“Terima kasih, tuan. Jadi bagaimana?” Tanya Lucia langsung karena tak ingin membuang waktunya disini.“Ini adalah persyaratan yang sudah di revisi dan juga sudah di setujui oleh tuan Kaizer, nyonya Lucia. Silahkan membacanya lebih dulu.” Ucap pria itu dengan sopan.Lucia pun menerimanya dan membacanya dengan teliti.“Saya setuju dengan persyaratannya.” Ucap Lucia dengan tenang.Setelah Lucia mengatakan bahwa dia setuju dengan persyaratan yang telah direvisi, pria itu memberikan senyuman singkat. Dia kemudian mengangguk me
“Kau kenapa Lucia?” Suara Dariel mengejutkan Lucia dari lamunannya.Lucia tersenyum tipis, “Tidak apa-apa, habiskan sarapanmu. Aku akan pergi sekarang.” Ucap Lucia sambil memindahkan piring kotornya ke wastafel.“Kau akan kemana?” Tanya Dariel yang bingung dengan perubahan Lucia sejak tadi.“Ada pekerjaan, hari ini aku tak pulang tapi kau jangan lupa jam sembilan pagi untuk jadwal operasi ya.” Ucap Lucia segera lalu menuju ke kamarnya tanpa menunggu balasan dari Dariel.Lucia tampak seperti buru-buru pergi dari rumah ini, bahkan dia tak meminta Victor untuk mengantarkan dirinya.“Ada apa dengannya?” Gumam Dariel yang merasa ada kejanggalan dari perilaku Lucia hari ini.Dariel merasa bingung dan cemas saat melihat perubahan dalam perilaku Lucia. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres, terutama setelah Lucia berbicara dengan suara yang terdengar begitu dingin dan tidak biasa. Pertanyaan Dariel terhadap dirinya sendiri semakin bertambah saat Lucia dengan cepat meninggalkan rumah tanpa m
"Apakah Anda benar-benar akan menjalani operasi hari ini, Tuan?" tanya Victor dengan suara ragu, sementara mereka berada dalam suatu ruangan.Dariel melirik dari koran yang sedang dibacanya. "Ya, ada apa?" tanyanya dengan nada dingin."Perasaan saya tidak baik, Tuan," ungkap Victor dengan jujur, mencoba mengutarakan keraguannya.Dariel menatap Victor dengan tajam, mempertimbangkan kata-kata pria itu. "Jangan terlalu berpikir. Panaskan mobil dengan cepat. Kita tak boleh terlambat," ucap Dariel dengan suara datar.Victor mengangguk, meskipun masih terlihat cemas. Dia tahu bahwa operasi yang akan dijalani oleh tuannya itu bukanlah operasi yang mudah.Setelah menunggu beberapa menit sebelum mobil siap, Dariel menghubungi Lucia untuk menanyakan apakah dia sudah berada di rumah sakit atau belum. Dia khawatir wanita itu menunggunya.“Lucia, kau berada di mana sekarang?” Tanya Dariel langsung."Dariel, aku sudah di rumah sakit," jawab Lucia melalui telepon.Dariel merasa lega mendengar kabar
“Lempar bom bius untuk melumpuhkan mereka,” ucap Ellard dengan suara dingin pada bawahannya.“Baik, tuan,” jawab bawahannya dengan cepat.Dengan gerakan cekatan, bawahannya melemparkan bom bius ke arah kelompok anggota XFox yang masih berjuang dalam pertempuran. Bom tersebut meledak dengan suara kecil dan melepaskan gas bius yang segera menyebar. Tidak lama kemudian, anggota XFox yang terkena dampak gas bius tersebut langsung terkapar tak sadarkan diri di tanah.Ellard melihat adegan ini dengan senyuman tipis. Meskipun situasinya kritis, dia telah merencanakan setiap langkah dengan matang. Penggunaan bom bius adalah taktik yang efektif untuk melumpuhkan lawan tanpa membunuh mereka. Dia ingin memastikan bahwa para anggota XFox tidak terluka serius, meskipun mereka sedang dalam pertempuran sengit.Saat melihat anggota XFox yang terkapar, Victor dan Vinn yang berada di dalam pertempuran pun terkejut dan memahami bahwa situasinya telah berubah drastis. Mereka terpaksa mundur karena tidak