Lavendra sudah bisa langsung mengenali suara siapa dan juga bagaimana orang yang mendatanginya tersebut. Saat menoleh, benar saja. Orangnya tidak lain ialah salah satu wanita yang dari dulu memang tidak terlalu senang dengan dirinya ini.“Oh, hai,” sapa Lavendra dengan ramah.Wanita tersebut datang sendirian, tangannya menyilang dengan wajah mendongan yang sangat angkuh dan juga sombong. Rasanya ingin dipenyet supaya dia bisa lebih sadar kalau dia itu tidak ada apa-apanya.“Kamu masih bekerja di ladang? Bahkan setelah menikah? Haha, tampaknya memang kamu tidak cukup bahagia menikah ya? Hahaha,” tawanya.Senyum tipis saja yang Lavendra berikan kepadanya. Meladeninya hanya akan membuang banyak waktu dan membuat Lavendra lelah sendirian.“Ya, begitu lah. Bagaimana kabarmu, Risa?” tanya Lavendra.“Aku?” Dia menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi wajah yang cukup mengesalkan, “tentu saja aku hidup bahagia. Bahkan lebih bahagia daripada dirimu! Pacarku seorang terpandang di kotanya. Dia o
Lavendra merasakan kehangatan dari keluarga Daza yang sudah yang sudah lama tidak ia rasakan selama beberapa bulan ini. rasanya jauh lebih merindukan ketimbang saat dirinya pulang. Dibalasnya pelukan sang mertua dengan sangat erat.Dirinya diajak pulang dengan mobil yang sudah menunggu mereka. Mama tidak sedikit pun berhenti bicara meski hanya sebentar saja kepada Lavendra. Seolah sudah ada banyak sekali topik pembicaraan yang tidak pernah dibicarakan kepadanya, dan sekarang dikeluarkan semuanya tanpa terkecuali.Lavendra merasa senang, ia benar-benar dianggap keluarga di sini. Ia juga merasakan kalau hangatnya keluarga ini memang pantas untuk dirinya. Daza yang duduk di sebelahnya menggenggam erat tangan Lavendra.Semua terasa berbeda saat dirinya pulang. Bahkan suami yang ia kira tidak akan pernah menyadari keberadaannya justru menjadi orang yang paling sadar akan dirinya saat ini. ia merasa senang, bahwa Daza kini tidak seperti bagaimana mereka bertemu dulu.Tiba di rumah utama, La
Pelukan tersebut mengerat di pinggang Lavendra. Ditambah dimana ini adalah kali pertama dirinya merasakan, Lavendra merasakan dengan cara yang berbeda soal bagaimana pegangan dari Daza tersebut menyentuh dirinya ini.“Rasanya sesak sekali merindukanmu tiap malam. Memimpikanmu tiap tertidur, dan tak sesekali aku merasa kehilangan karena biasanya ada kamu di dapur,” ujar dari Daza.Dengan jantung yang masih berdegup dengan kencang, Lavendra menelan salivanya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa suami yang dulunya sangat dingin dan begitu membuatnya sakit, sekarang malah melekat kepadanya dengan terang-terangan dan tidak ragu sama sekali mengenai bagaimana dia melingkarkan tangannya tersebut.Perlahan tangan Daza mulai masuk ke dalam pakaiannya. Lavendra merasakan dengan jelas kulit tangan Daza yang menyentuh tubuhnya tersebut. Daza mulai mengecup sedikit demi sedikit leher Lavendra, dibarengi dengan napas panas yang terasa begitu jelas.Rasanya makin meresahkan saat napas tersebut memb
Daza hanya bisa tersenyum melihat bagaimana Lavendra mengucap terima kasih atas apa yang telah dilakukan. Daza sendiri sadar bahwa ia telah banyak melakukan kesalahan sebelumnya, dan saat menemukan fakta mengenai Lora, membuat Daza makin sadar.Rasa syukur atas pilihan istri oleh orang tuanya ternyata memang tidak ada salahnya sama sekali. Rasanya menyesal bahwa Daza tidak menerima Lavendra lebih awal dengan tangan lebih terbuka.Hari itu juga, demi menebus rasa bersalah dan juga perasaannya yang merasa tidak tenang selama ini, Daza mengajak Lavendra jalan-jalan. Pertama, mereka datang ke tempat pijat terlebih dahulu untuk meregangkan badan mereka berdua. Lavendra nampak menikmatinya sekali.Lalu, Daza mengajak Lavendra menuju ke mall yang cukup terkenal dan juga besar yang ada di kotanya tersebut. Daza bertekad untuk membelikan apa pun yang Lavendra mau. Dia ingin membuat Lavendra merasa bahwa dia adalah ratu sekarang ini.“Kenapa kita ke sini?” tanya Lavendra yang berhenti melangkah
Rasa kagum, bingung, haru, dan senang ia rasakan jadi satu. Perasaan kian membuatnya makin membunga karena Lavendra benar-benar tidak tahu kalau ternyata Daza bisa jadi jauh berbeda dari sebelumnya.Wajah ketusnya mendadak seperti tiada lagi di sana. Kini kedua sudut bibirnya pun mampu tersenyum hangat. Bahkan, tatapannya jauh berbeda dari yang dulu dingin dan jutek, berubah menjadi hangat dan menenangkan dirinya.Perlahan dirinya membuka mulut, Lavendra menerima suapan dari Daza yang terasa bagaikan mimpi bagi dirinya ini. selain di luar keinginannya. Ini benar-benar terasa seperti di luar dari alam nyatanya.“Enak, kan?” tanya Daza kepadanya.Sambil mengunyah rasa coklat yang begitu enak, Lavendra menganggukkan kepala dengan sangat pelan. Dia benar-benar menginginkan suasana seperti ini. Setengah mimpi dan nyata, Lavendra merasakan ini sebagai mimpi yang tidak ingin dirinya bangunkan.“Coba yang ini. Ini coklat termahal dan juga terenak yang pernah aku coba sebelumnya,” saran dari D
Siapa yang tidak kaget mendengarnya? Tentu saja Lavendra tahu bahwa harganya pasti bukanlah harga murahan dan juga bisa dipastikan. Dirinya segera memukul pelan lengan suaminya yang mengajaknya kemari tanpa memberitahu dulu.“Kenapa?” kejut dari Daza menerima pukulan tersebut.“Ya kenapa kamu tak ajak aku ke tempat biasa saja? Kedai pinggir jalan juga sudah oke!” gerutu Lavendra.“Memangnya kenapa? Aku sudah bilang akan mengajakmu bulan madu. Setidaknya aku ingin mengajakmu ke tempat yang berkesan,” bela dari Daza atas pilihannya tersebut.Lavendra ingin sekali mengomel sekali lagi kepada suaminya dan menjelaskan kenapa dia tidak senang diajak ke sini. Tetapi, ia benar-benar mengurungkan niatnya karena ia mencoba menghargai suaminya setelah menghela napas pelan.“Ya sudah lah. Toh juga aku yakin kamu tidak sembarangan memilh tempat,” ucapnya.Daza tersenyum melihat penerimaannya. Mereka berdua masuk ke dalam. Dan makin terkejut lah Lavendra melihat isi dalam dari tempat tersebut. Rest
Kalimat manis tersebut dilontarkan langsung oleh Daza sendiri. Rasa bak berbunga dalam hatinya memenuhi seluruh isi kepala dan juga perasaannya. Melayang ke udara, membuat Lavendra nyaris hilang akal.“Kenapa? Kamu malu?” Daza menerka dengan melihat ke wajah Lavendra yang berusaha disembunyikan tersebut.“Ap- Apa? Tidak!” kesalnya yang kembali mencoba menghindar dan menutupi wajahnya dengan tangannya.Daza yang tahu bahwa Lavendra sekarang ini sangat amat malu sekali, langsung menertawakan dan mencoba melihat ke wajahnya dengan menarik tangan Lavendra.“Ei, kamu berbohong, aku bisa melihat telingamu merah padam,” canda dari Daza.Lavendra mempertahankan tangannya untuk tetap menutupi wajahnya tersebut, meski sebenarnya ia merasa sangat amat senang dan juga terus tersipu malu.“Jangan ah! Aku tidak ingin membuatmu melihat wajahku yang jelek sekarang!”“Jelek darimananya? Honey-ku selalu cantik dan manis setiap saat,” puji Daza yang kembali membuat rasa merah padam tersebut terus mengua
Mereka berdua melihat Lora berjalan keluar dari sana dengan amarah yang masih meluap. Wanita itu benar-benar tidak ada hentinya mencari masalah. Sampai-sampai dirinya merasa heran kenapa wanita seperti itu wajahnya bagus.Daza dan Lavendra saling melihat satu sama lain. Dan itu membuat mereka sedikit tertawa. Karena pada dasarnya, memang Lora lah yang membuat hubungan mereka berdua awalnya tidak ada dekatnya sama sekali. Jadi sekarang ada bagusnya dia pergi.Pihak restoran sampai meminta maaf kepada mereka berdua karena membiarkan keributan tersebut terjadi. Mereka merasa bersalah karena membiarkan seorang tamu pengacau datang dengan seenaknya.Meski sudah ditolak bahwa mereka tak mau menerima ganti rugi, tapi pihak restoran terus memaksa. Akhirnya mereka menerimanya. Potongan sebesar 50% dari pembelian mereka.“Wah, rasanya luar biasa sekali. Jarang-jarang aku keluar seperti ini,” seru dari Lavendra ketika mereka berada di dalam mobil, hendak dalam perjalanan pulang.“Jarang? Memang