"Sel, data yang aku suruh print kemarin taruh di mejaku!" Bella datang dan tiba-tiba menanyakan kerjaan Sella.Yang ditanya bengong. "Duh, data yang mana ya Bu Bella?" tanya Sella balik."Kamu apa-apaan sih, ya data keuangan kemarin lah! Ini Wisnu udah minta tuh data," ujar Bella mengingatkan."Eng, udah kok bu, tapi aku cari dulu ya ditaruh di mana?""Ya ampun Sellaaaa!" Bella terlihat naik pitam. Sella buru-buru mengalihkan perhatian. Dia tahu apa yang bisa mengalihkan fokus atasannya itu."Iya bu, aku cariin kok, lagian sekarang Pak Wisnu lagi sibuk Bu, ga mungkin nanya nanya tuh data.""Apa maksudmu?""Iya, Pak Wisnu lagi sibuk gitu sama si OG centil itu, Bu Bella tahu sendiri kan kalau sekarang OG centil itu sering dipanggil ke ruang kerjanya Pak Wisnu.""Ya aku tahu itu, tapi aku menanyakan laporan yang aku suruh print kemarin. Jangan mengalihkan pembicaraan, deh!" Bella masih menyinggung kerjaan."Oh, baiklah! Bu Bell kasihan banget sih, terlalu serius mikirin kerjaan sampe ga
Sebenarnya Wisnu cukup terkejut saat Bella memanggil nama Amanda ke ruangnya. Namun seperti biasa dia bisa menyembunyikan perasaannya dengan baik. Dia bahkan melengos demi tidak menatap Amanda."Tolong kasihkan ke Pak Wisnu ya!" ujar Bella pada Amanda.Dan Amanda melakukan seperti yang disuruh. Menyerahkannya pada Wisnu. Wisnu menerimanya dan tanpa ada kata-kata lagi dia pun balik badan dan keluar ruang kerja Bella.Bella menatap itu dengan sangat puas. Ahirnya office girl itu mendengar sendiri dari mulut Wisnu bahwa dia tak mungkin menyukainya. Bella berharap Amanda tahu diri dan tidak besar kepala setelah ini. Bukan berarti jika Wisnu sering memanggil dirinya ke ruang kerjanya, lantas dia merasa Wisnu menyukainya."Kau dengar sendiri itu Amanda?" Bella begitu cepat merubah raut mukanya yang tadi manis kembali menjadi raut muka sinis."Maaf, Bu. Saya tidak mengerti.""Dungu kamu! Tuli ya? Wisnu tadi bilang dia tidak menyukaimu, jadi jangan sok kecentilan lagi di depan Wisnu!"“Aku …
Beberapa hari ini Wisnu tidak melihat Amanda. Biasanya gadis itu mengantar kopi pagi-pagi keruangannya. Membantu sekretarisnya mengantar atau mengkopi beberapa dokumen, atau sekedar berpapasan di kantor. Apa dia sakit?"Kopinya Pak!" ujar Lesty menyodorkan kopi itu.Wisnu kecewa mengapa bukan Amanda yang mengantarnya. Tapi dia ingat, Lesti teman Amanda pasti tahu kemana perginya anak itu."Terima kasih Lesty," tukas Wisnu dan menahan Lesti sejenak sebelum dia undur diri. "Aku tidak melihat Amanda akhir-akhir ini, apa temanmu itu sakit?" "Tidak Pak, Amanda masuk setiap hari kok," ucap Lesty. Setelah dirasa sudah tidak lagi dibutuhkan, dia pun keluar.Jadi Amanda masuk tiap hari?Tapi kenapa dia tidak melihatnya di kantor?Padahal beberapa hari ini dia anteng di kantor dan tidak pergi-pergi meeting ke luar.Wisnu teringat terahir kali mereka bertemu di ruangan Bella dan melihat gadis itu ada disana. Dia jadi berpikir apa Amanda merasa sedih dengan ucapannya saat itu? Suasana hati Wis
Amanda mendapat pesan yang masuk dari nomor seseorang, bahwa liontin yang dulu sudah di DP-nya itu akan dijual karena dia belum juga memberikan kepastian kapan akan melunasi kekurangannya. Terkejut dia pun langsung menghubungi nomor itu."Pak, ini saya yang punya liontin itu.""Oh, bagaimana? Ini sudah ada yang nawar lebih tinggi dari kamu. Nanti aku balikin saja uang kamu ya?""Tunggu pak, Bapak ada di mana sekarang? Saya akan datang.""Boleh, kau datang saja ke Restoran Kenanga.""Oke, Pak. Ini Pak Bondan ya?" tanya Amanda memastikan agar dia tak salah orang nanti saat mencarinya."Yuuuuk!" jawab pria itu dan menutup telponnya.Amanda belum punya uang, tapi mendengar liontin mamanya akan dilepas ke orang lain dia tak bisa membiarkannya. Pria itu bilang akan menyanggupi menunggu sisa pembayarannya. Tapi ternyata dia tergiur juga melepasnya ke orang lain. Mungkin ditawar lebih tinggi.Bagaimanapun juga Amanda tidak akan membiarkan liontin itu dijual ke orang lain. Sesampai di Restora
Bondan menimbang-nimbang apakah pria ini berkata serius atau hanya sebuah gertakan. Penampilannya pun terkesan mahal. Kemudian melihat wajah Wisnu dia seolah pernah melihatnya. Nalurinya sebagai pebisnis mengatakan bahwa pria ini memang orang kaya dan tidak bisa diremehkan. Otak liciknya pun bekerja agar mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi lagi. Apalagi sepertinya dia menyukai gadis itu."Maaf Pak, sangat tidak etis dan tidak sopan sekali jika harus membatalkannya, lagipula pasti nyonya tadi sudah keluar." Bondan tampak mengutarakan keberatannya."Aku akan membelinya lebih tinggi dari wanita tadi, sekarang ambil liontin itu dan bawa kemari secepatnya!" ujar Wisnu dengan gaya bossy-nya.Bondan membelalakan matanya mendapat tawaran dari Wisnu. Dia pun tak banyak berpikir dan segera bersama Jon berlalu untuk mengejar wanita itu. Kemungkinan mereka belum beranjak pergi dari restoran.Amanda yang melihat itu benar-benar tak percaya. Pria ini ternyata selalu bisa membuat orang lain mel
Selesai menghabiskan makan malam mereka tidak langsung berlalu dari restoran itu. Suasana lengang dan hanya ada mereka berdua. Sebuah lagu romantis pun mengalun lembut dengan volum yang sesuai. apalagi pemandangan malam hari dari atas lantai 2 ini terlihat nyaman dipandang. Tapi kenapa restoran tiba-tiba sepi?“Ada apa?” tanya Wisnu melihat Amanda keheranan.“Tadi sepertinya restoran ini masih ramai, kok sekarang jadi tinggal kita berdua ya?”“Iya juga ya?” Wisnu pura-pura ikut heran."Apa anda juga selalu sebaik ini pada semua orang?" tanya Amanda seperti belum bisa terima tentang liontin itu."Tidak juga!" jawab Wisnu singkat. Ya kali dia selalu baik seperti itu ke semua orang. Gadis ini apa tidak berfikir kalau hanya orang yang menyukainya yang akan melakukan hal itu."Kalau begitu? Mengapa anda baik sekali padaku?"Tuh, kan! Dia memang tidak peka."AKU MENYUKAIMU!" Wisnu akhirnya memang harus mengatakannya.Astaga, ini pertama kali dalam sejarah dirinya mengucapkan langsung kata i
Di kantor Amanda tak melihat kehadiran Wisnu. Dia tahu bahwa Wisnu memang tidak pasti setiap hari datang ke kantor, sering meeting ke luar atau ada perjalanan bisnis. Tapi Amanda seperti tak sabar dan langsung menanyakan agenda Wisnu pada sekretarisnya saat dirinya kebetulan membantu Lenny mengkopikan dokumen."Bu Lenny? Apa Pak Wisnu tidak masuk hari ini?" Tanya Amanda nampak ragu.Wanita berjilbab itu memiringkan kepalanya dan menatap Amanda dengan pandangan jahil."Kamu rindu ya sama Pak Wisnu?""Oh, tidak!" Amanda buru-buru menyangkal dan menggelengkan kepalanya. Dia takut Lenny sama dengan kebanyakan yang lain, merasa sakit hati jika Amanda dekat dengan bos-nya itu."Hehe, kalau rindu juga gak apa kali, Nda! Pak Wisnu juga diem-diem sering nanyain kamu," ujar Lenny tersenyum memperhatikan Amanda yang jadi salah tingkah karena mendengar perkataannya."Bu Lenny kan tahu aku ini hanya seorang OG, mana pantas!""Yeay, emang dalam cinta ada hukum yang menyatakan OG tidak boleh jatuh c
Dokter Rasyid tidak salah lihat. Itu memang Amanda teman keponakannya. Dan dia bulan lalu beberapa kali datang ke rumah sakit ini meminta data untuk kepentingan penyusunan proposal penelitiannya."Wah, kamu di sini Amanda?" tanya Rasyid keheranan ada Amanda di ruangan Purwa. Sebagai dokter keluarga Dinata, Rasyid tentu tahu bahwa di keluarga itu hanya ada Purwa dan Wisnu. Lalu siapa Amanda?Purwa dan Wisnu yang ada di ruangan itu saling heran karena Rasyid mengenal Amanda."Iya dok, saya hanya mengunjungi Pak Purwa," jawab Amanda sedikit kikuk."Kau hebat sekali Amanda, Pak Purwa sudah mau makan sekarang. Beliau tidak mau makan apa-apa sejak kemarin," ujar Rasyid sambil melempar senyum pada Purwa."Coba kalau kemarin rumah sakit buatin bubur sumsum, aku pasti makan kok," Purwa menutupi malunya."Haha, Bapak harus makan yang sehat, minum obatnya, kendalikan emosinya biar tidak hypertensi lagi. Dan yang pasti, hati-hati lho pak, jangan sampai jatuh lagi atau terpeleset. Takutnya stroke