Melihat tumpukan berkas di atas meja, seketika membuat hati Ben melorot, kesal dan pasrah. Hasrat untuk menggoda Bella di rumah terpaksa harus di tunda, sebab dipastikan malam ini lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya. "Tolong bawakan saya kopi pahit," pesan Ben, kepada cleaning servis. Pak Joko adalah yang pria itu percaya untuk masuk ke ruangannya dan membuatkan pesanan yang diminta. Usai mengirim pesan, pria itu pun kembali memusatkan pikirannya untuk berkas-berkas yang harus segera ditandatangani olehnya. "Oh, Tuhan, kapan ini selesainya?" keluh Ben, setelah asisten sekaligus sahabatnya memilih pergi keluar negeri, ia sendirian yang repot dan harus lembur setiap hari. Benci tapi itu urusan pribadi, sedangkan urusan pekerjaan tak seharusnya pria itu pergi begitu saja dan tidak bertanggung jawab, kepada Kristin, meski keduanya sepakat untuk tidak ada ikatan hanya sekedar saling memuaskan hasrat dan hawa nafsu belaka. Tak berapa lama terdengar suara ketukan. "Masuk!" ujar Ben,
Satu minggu telah berlalu, hubungan Bernard dan Bella, masih seperti tikus dan kucing garong, selalu saling ledek dan saling balas.Terlebih Bella yang selalu kalah oleh Bernard dalam setiap berdebat dan akan berakhir dengan hukuman.Hukuman pijat memijat dan tidur tetap dalam kamar yang sama, itulah ketentuannya, itu semua memang sangat menguntungkan sang pria, tapi Bella sendiri dalam hati yang paling dalam, dalam waktu singkat sudah merasa nyaman dengan keberadaan Ben, di sisinya."Saya tahu, meski Tuan nakal dan mesum, tapi tidak pernah menyentuh saya lebih, terima kasih," ujar Bella saat keduanya sedang berada di tempat tidur yang sama dan Ben memeluknya dengan erat."Tidur jagung bakar, jangan mengoceh terus, jika kamu minta, dengan senang hati aku berikan semuanya, apa kamu kangen dan ingin mengulang lagi?""Tidak!""Tidak salah atau tidak nolak?" tanya Ben, seraya mencubit hidung mancung milik Bella."Tidak! ya, tidak!" ketus Bella seraya berusaha mendorong dada Ben supaya men
Melihat siaran langsung percakapan Rini dan kedua orang tuanya yang sangat ia rindu.Sesekali gadis itu menyusut air matanya dengan ujung bajunya yang mulai basah oleh air mata."Emak dan Abah, gak kangen sama Bella?" tanya Rini, gadis itu sedang pulang kampung dan sengaja menyempatkan diri untuk menemui kedua orang tua Bella yang sudah sepuh."Emak kangen, kalau ketemu Bella suruh dia pulang.""Boleh pulang tapi tidak dengan anak itu!" Abah menimpali dengan raut wajah yang terlihat sangat kesal.Peristiwa dua tahun yang lalu, masih saja terbayang oleh mereka, rasa malu dan sakit hati, setelah ijab kabul, suami langsung pergi dibawa oleh wanita yang mengaku istri pertama.Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, pria itu sudah mempunyai anak dan dengan kurang ajarnya meninggalkan anak itu begitu saja."Abah tidak bisa memaafkan pria dan keluarganya itu. Putri abah hanya dijadikan mesin pembuat anak saja, karena istri pertamanya telah melahirkan anak yang cacat dan tak akan pernah bisa hami
"Maaf, saya mau membersihkan dan mengganti pakaian Nona, ini semua atas perintah Tuan."Salah satu pelayan senior masuk ke kamar utama dan segera menutup pintu dengan rapat."Bi, saya tidak tahu Tuan pulang semalam dan ini yang terjadi," ucapnya Bella sangat malu."Iya semalam Tuan Ben, pulang dan langsung masuk kamar, tadi Tuan juga berpesan untuk mengurus semua keperluan calon istrinya.""Tuan tidak seperti ini sebelumnya, kepada mantan calon istrinya itu, Nona Kristin, bahkan tidak boleh masuk ke kamar utama, satu-satunya wanita yang boleh tinggal di kamarnya adalah Nona Bella."Meski perasaannya sangat malu, Bella pasrah karena tubuhnya terasa sangat remuk dan lemas, bahkan untuk bergerak saja ia tidak mampu melakukannya."Apa yang Tuan lakukan sehingga saya tidak bisa bergerak," keluh Bella saat Asisten senior itu sedang membersihkan tubuhnya dengan sangat hati-hati.Tubuh gadis itu tak sedikit pun mulus, semua terdapat becak merah kehitaman, sungguh singa jantan itu sangat liar
"Nona Kristin sedang apa di sini?" tanya satpam yang kecolongan. pria itu hanya sebentar ke toilet, tapi wanita itu sudah masuk.Pria muda itu sangat khawatir jika mantan kekasih tuannya akan membuat keributan."Aku sedang menunggu Ben! pergi sana, jaga gerbang!" jawab Kristin dengan ketus lalu mengusir satpam itu dengan kasar."Tuan tidak membolehkan Nona Kristin masuk ke rumahnya, saya mohon pergilah," balas satpam itu dengan menahan sabar."Siapa kamu? bisa mengusir saya!" bentaknya.Wajah bengis wanita itu sangat mengerikan, dan menatap angkuh ke arah penjaga."Maaf, saya hanya menjalankan tugas, pergilah, Nona, sebelum Tuan Ben Marah.""Katakan pada Tuan kamu, saya datang, dan tidak boleh bersembunyi, seperti banci!""Maaf, Tuan Bernard sedang tugas keluar kota," balas pria itu dengan jengah, karena dirinya sudah sangat hafal akan sifat mantan kekasih bosnya ini, selain tukang selingkuh, dia juga sangat arogan dan tidak tahu diri.Saat para pekerja tahu tuanya tak jadi menikah de
"Tuan, bangun," ucap Bella sembari menggoyangkan tubuh pria yang sedang terlelap dengan pulas itu.Gadis itu berusaha keluar dari dekapan sang pria, tapi tetap saja tak bisa."Jangan gerak-gerak, kalau yang bawah bangun, bisa-bisa kamu tidak keluar kamar sampai besok pagi."bisik Ben dengan suara berat dan mata pun masih tetap terpejam."Tuan, aku mau kencing, udah ga tahan, ini." adu Bella dengan gelisah.Seketika tangan itu melepaskan pinggang Bella dan memeluk guling sebagai gantinya.Dengan susah payah, gadis itu akhirnya bisa terbebas dari sang pria dan segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.Matahari sudah naik di atas kepala, itu tandanya bukan pagi hari melainkan siang hari.Suara di dalam perut sudah keroncongan. Namun, gadis itu tidak bisa keluar kamar karena kunci yang biasanya nempel di pintu tidak ada.Sementara Ben sendiri masih merebahkan tubuhnya di ranjang, meski sudah membuka mata."Jagung bakar, ngapain bolak-balik mirip sirkus sepi pengunjung saja, sini d
Perjalanan dengan menaiki sepeda motor itu ternyata asyik dan membuat suasana hati Bella kembali baik dan tidak sedih.Bella tetap melingkarkan tangannya pada pinggang Bernard yang kokoh dan keras. Sesekali gadis itu mencuri pandang pada Ben, melalui kaca spion.Sungguh sangat tampan dan menggemaskan di tambah lagi wajah pria itu sangat sempurna tak ada cela untuk berkata jelek."Setidaknya dia yang merusakku untuk pertama kalinya, meski kadang usil tapi pria ini tetap saja tampan," batin Bella, lalu tersenyum sendiri.Pikiran gadis itu kacau dan entah kenapa nama pria itu yang selalu ada dalam ingatannya.Tiba-tiba saja Ben, mengerem mendadak sehingga tangan Bella semakin erat memeluk sang pria dan tubuh keduanya semakin rapat."Tuan sengaja? hati-hati dong! aku masih ingin hidup dan belum kawin kedua kali!" ujar gadis itu dan sangat kaget atas kelakuan tuannya."Iya sengaja, biar kamu sadar jika saya itu tampan paripurna.""Apa? benarkah?""Kamu sih bengong saja! love aku ya? udah
"Tuan, kenapa jantung saya aneh sekali rasanya, dan tubuh ini juga sangat panas sekali," keluh Bella saat tubuh keduanya saling melepaskan."Karena otak kamu selalu ke kiri," jawab Bernard asal."Otak aku normal! tapi ini aneh dan entahlah..." keluh Bella.Segera perempuan itu menjauh dari Ben, dan perasaannya semakin terasa aneh."Saya mau renang, jika kamu mau, segera ganti pakaian," ujar Ben, lalu segera beranjak pergi menuju kolam renang yang berada di lantai dasar.Bella hanya diam dan memeluk tubuhnya sendiri, bahkan tidak sadar jika pria itu pamit padanya."Kenapa tubuhku panas sekali, rasanya seperti orang kena ulat, gatal dan ah! ayo Bella otak kamu jangan jorok terus pikirannya!" gadis itu bergumam sendiri dan tanpa sadar dia melakukan, apa yang biasa Ben lakukan padanya."Tuan," panggil Bella yang baru sadar pria itu tidak ada di dekatnya lagi.Terdengar suara gemercik air dari lantai bawah, dan dia tahu siapa yang sedang berenang.Dengan susah payah, perempuan itu menurun