SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 34.
PoV Author
"Vania, Ya Allah. Kamu kenapa sayang." Farah sang kakak terlihat bingung menyaksikan adiknya lemas tak sadarkan diri. Dari awal kedatangannya wajah Vania memang sudah pucat, mungkin dia kelelahan atau kurang tidur. Anaknya sakit dan Vania yang dengan segudang kesibukan harus juga menjaga anak, itulah mungkin penyebab dia begitu lemah.
Dengan gesit Prabu dan Auriga berniat menolong wanita itu. Auriga, perasaannya tak terbendung. Entah sejak kapan dia menyukai Vania. Akal sehatnya sudah mengalahkan perasaannya. Love is blind, agaknya tepat buat Auriga. Dia gak peduli sama sekali kalau Vania hanya wanita yang sebentar lagi akan menjadi janda, sementara dia sendiri masih perjaka. Saat kuliah dulu, dimana mereka sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku, Vania akan membaca novel sem
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 35.**PoV VaniaPerkataan suster barusan bagaikan pukulan telak untukku, bagaimana tidak. Aku hamil, benar aku hamil dan ini adalah anak laki-laki yang sekarang begitu sangat ku benci.Allah, cobaan apa ini. Mengapa begitu besar. Mengapa harus aku hamil lagi, anakku baru berjalan delapan bulan dan gara-gara perbuatan bejat laki-laki itu, aku harus menanggung resiko besar seperti ini."Suster, pasti salah kan. Tidak mungkin saya hamil. Saya tidak mau hamil, anak saya baru mau delapan bulan," kataku dengan suara parau ke suster yang memeriksaku itu. Suster nampak berkerut dahinya melihatku. Dia kemudian memberikan seulas senyum."Biasa, Bu. Ibu pasti tidak pakai kontrasepsi sehingga bisa saja hamil. Tidak masalah, Bu. Banyak wanita yang anak baru tiga bulan namun s
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 36.PoV Author"Vania, lancang kamu!" Marsya datang dan secara tiba-tiba menyerang Vania. Wanita itu shock menerima perlakuan Marsya yang garang. Tentu saja Vania tidak tinggal diam. Dia melayangkan tinjunya ke Marsya. Adu fisik itu terhenti karena warga merelai perkelahian mereka."Apa yang kau lakukan padaku, wanita sinting. Berani sekali kamu mengikuti aku sampai kesini!" balas Vania, sepulang dari kampus Vania berniat pergi ke toko. Dia mampir sebentar untuk membeli susu buat anaknya, disaat seperti itulah Marsya menyerangnya."Mengapa Mas Prabu tidak mau menikahi ku. Mengapa kau menjadi benalu dalam hubunganku. Aku dengar kau hamil anak calon suamiku. Apa yang kau mau sebenarnya Vania?"Vania hanya tertawa getir mendengar ucapan Marsya. Bisa-bisanya dia disalahkan dalam hal i
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 37.PoV Vania."Vania, kamu mikirin apa?" Auriga bertanya saat aku sedang melamun. Entah mengapa aku merasa sedikit pusing namun aku sudah mengambil tanggung jawab sebagai mahasiswa serta juga dosen yang mengajar sehingga aku tak bisa tidur-tiduran. Padahal kondisi badan sedang tidak enak sama sekali. Ditambah rasa mual yang mendera dan aku juga pusing."Tidak ada, Riga. Hanya entah mengapa aku merasa tidak nyaman," ucapku padanya, dia mengernyit. Seakan memikirkan sesuatu."Nia, Hmmm. Bagaimana tentang perceraian mu di pengadilan agama. Apakah sudah ada titik terang?" Dia bertanya, aku tahu maksud Auriga, dia ingin aku segera lepas dari belenggu Mas Prabu. Aku pun sama namun aku harus sabar untuk menghadapi proses itu karena Mas Prabu sengaja mengulur-ulur waktu."Aku ta
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 38.PoV VaniaEntah mengapa aku merasa curiga pada Marsya. Dia seakan menyembunyikan sesuatu dari aku. Bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi kalau dia menyimpan sesuatu. Namun aku tak terlalu dalam untuk mengusik itu karena kondisi ku masih kurang baik ditambah kehamilan yang membuatku semakin susah ini."Mbak Vania, kondisi Mas Prabu menunjukkan aktivitas." Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Hari ini aku sedang repot di toko, ku paksakan bekerja walau aku sedang pusing. Aku harus mandiri dalam mencari uang karena aku juga akan menjadi single parents."Maksudmu?" Ku kirim pesan lagi pada Sila."Dia sedang berjuang buat sadar. Mas Prabu sangat membutuhkan Mbak, Vania. Datanglah bila sempat kesini, Sila mohon." Dia mengirimi ku lagi pesan. Lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 39."Apa yang terjadi dengan anak saya dokter?" tanya Bu Arum saat kami datang untuk bertanya langsung ke dokter. Rasa penasaran yang besar membuat kami bertanya lebih lanjut. Mengapa Mas Prabu tidak ingat kejadian yang sekarang dan malah ingat bahwa kami menikah hampir enam bulan.Aku teringat pernikahan kami saat itu masih dalam nuansa romantis, dimana kami masih pengantin baru dan menanti datang nya anak. Di bulan ke tujuh aku hamil setelah menanti beberapa bulan."Kondisi pasien masih terus dipantau namun sejauh keluhan yang kalian sampaikan kami akan cek lebih lanjut melalui CT Scan. Sepertinya dia menderita psikogenik," jawab Dokter itu."Maksud Dokter bagaimana?" tanya Bu Arum dengan bingung wanita itu sesekali menghapus air matanya."Amnesia karena gangguan psikologis yang di
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka