Jono terdiam melihat Tony tak beriaksi saat melaporkan tentang pengeroyokan pada Rico."Kalau nggak dibantu cewek yang datang tiba tiba menyerang, dan mengancam polisi akan datang, sudah habis dia Bos," ujar Jono dengan gaya seorang yang berhasil memberi tindakan penyerangan pasa Rico. Dengsn begitu ia sudah mwringankan bosnya.Padahal bukan bwgitu tujuan Tony mengejar Rico."Itu namanya pengecut satu orang dikeroyok!" Dengus Tony yang tak suka pada cara Jono yang mengeroyok Rico. "Aku tak suka curang, dan apa yang kau dan Gani itu lakukan adalah sebuah kecurangan. Namanya tak gentle," "Tapi ...""Apa pun alasannya adalah curang. Aku kan tak pernah bilang padamu untuk mengeroyok Rico, "Lagi pula aku kan tak memberikan kuasa padamu untuk mewakiliku menyerang Rico, apalagi mengeroyok," bagi Tony apa yang dilakukan Jono adalah salah karena ia tak memerintahkan untuk menyerang Rico. "Maaf, Bos," "Jadi semua ada aturan mainnya. Aku memang mengejar Rico untuk memberi pelajaran pada dia su
Anisa berjalan ke parkiran motor. Tak disangkah Sisil sudah menunggu di sana."Asalamu'alaikum Bu Ustadzah Anisa," tersenyum Sisil menggoda Anisa."Wa'alaikum salam, sehat?" Anisa memandang Sisil."Badan sehat tapi hati sedih Bu Ustadzah karena sakit cinta," tersenyum Sisil. Anisa tertawa kecil ,"Masa sih?"Sisil lebih mendekat pada Anisa. Kini raut wajahnya serius, "Nis," "Serius, nih?" Anisa mengerling. "Oh beneran," tangan Sisil menarik tangan Anisa, sepasang mata bulatnya meredup."Duh kenapa lagi nih, anak," bisik hati Anisa."Nis,""Ya,""Aku mau ngomong serius," ujar Sisil ,"Masalah Bang Ustadz ,"Anisa terkejut. Tapi tersenyum beberapa saat kemudian."Nisa,""Ya,""Kayaknya Bang Ustadz nih membuat aku nggak bisa tidur, dia nggak naksir aku," tampakvwajah Sisil galau, "Nis aku mau bicara dari hati ke hatu," lanjutnya menatap Anisa dengan mata lekat ke wajah sahabatnya itu."Soal apa, ya, Sil?""Ustadz dan dirimu." mata Sisil lekat ke manik mata Anisa, "Waktu itu aku melihat
Melinda masih menghadang di depan motor Anisa, dia sengaja memancing kemarahan gadis yang dikhawatirkan menggoda Rico.Sebenarnya Anisa bisa saja mendorong gadis itu, lalu pergi tapi itu tak dilakukannya."Tolonglah Melin, kasih lewat aku," setengah memohon Anisa mencoba melunakkan hati Melinda. Tapi rupanya gadis itu tak tergoyah hatinya atas bujukan Anisa. Ia tetap senyum sinis, sedangkan tatapannya pada susunan rantang yang terikat di boncengam motor. "Aku nggak suka ya sama cewek yang tebar pesona!" Seru Melinda kesal.Anisa terkejut. Yang tebar pesona siapa, ya?"Jangan pura pura deh, pasti kamu sengaja nyuruh orangnya Tony nyerang Rico, setelah itu kamu datang deh pura pura jadi penolong. Biasa kayak di sinetron sinetron, gitu!"Astagfirullah ..." seru Anisa menatap Melinda yang punya pemikiran negatif pada ketulusannya."Jangan bawa bawa Astagfirullah, deh, kalau emang bener, jangan berlindung dibalik ucapan istigfar deh!"Anisa tak habis pikir kenapa Melinda memiliki pikiran
Rico sudah berdiri di depan Cafe Santai Tapi Sopan milik Tony. Melihat kedatangan Rico tentu saja Jono dan Gsni teringat pesan Tony supaya meminta maaf pada pemuda itu.Tentu saja Rico mundur beberapa langkah saat melihat Jono dan Gani langsung mendekat. Bukan hanya sekedar mundur. Tapi ia juga siaga penuh.Jono dan Gani saling pandang. Mereka tampak gugup. Sedetik kemudian Jono mengangguk pada Gani yang langsung tanggap. Gani maju selangkah ke hadapan Rico dengan tatap canggung dan ragu.Jono di tempatnya berdiri yang berjarak tak sampai satu meter memperhatikan dengan dada berdebar.Sedangkan Rico tetap tak bergerak di tempat berdiri. Ia hanya menunggu apa yang akan dilakukan anak buah Tony. Mau menyerang atau justru minta maaf seperti yang dikatakan Anisa.Jono menoleh pada Gani, dan Gani langsung menjejeri Jono. Hingga mereka berdua bak dua orang murid sedang ketakutan di hadapan gurunya.Rico masih menunggu apa yang akan dilakukan oleh Jono dan Gani. "Kami mihta maaf atas peny
Percakapan tentang rencana Kyai Haji Imran untuk bermenantukan dirinya, gadis bermata bulat bening itu mendengarnya sendiri.. Saat itu motornya mogok hingga ia tinggalkan di bengkel tak jauh dari rumahnya. Dan berjalan kaki pulang. Saat dilihatnya ada mobil milik Kyai Imran hatinya sempat heran kok tumben kyai yang merupakan tempatnya menimba ilmu agama itu datang tanpa memberi kabar. Ini tak biasanya pemilik Majelis Pengajian itu, bertandang ke rumahnya. Pasti ada yang sangat penting. Anisa melangkah perlahan memasuki halaman rumahnya. Sengaja lewat pintu samping supaya tak mengganggu percakapan Kyai Haji Imran dengan ibunya. Tapi saat ia memasuki pintu samping rumah yang tembus ke ruang makan dilihatnya bik Ani yang sehari hari membantu di rumah mereka tengah sibuk mengisi teh di cangkir. "Untuk Pak Kyai, Bik Ani?" Suara Anisa merendah. "Ya Mbak Nisa, " "Mari biar aku ajah yan
Jika langsung menerima perjododohan itu, kok rasanya tak nyaman. Ia masih ingin kuliah. Lalu bekerja. Paling tidak cita citanya untuk membahagiakan ibunya dengan hasil kerjanya tercapai. "Ibu mau Nisa menikah "Bu, Nisa belum mau terikat tunangan. Setidaknya Nisa harus memikirkannya betul betul," Anisa terdiam. Benarkah dirinya sanggup untuk memberi kecewa pada Kyai Ilham yang dihormatinya. "Nisa..." tangan ibunya menyentuh pundaknya lembut. Anisa mengumpulkan kekuatannya, lalu ujarnya dengan suara pelan, "Kita harus jujur walau kemungkinan agak mengecewakan beliau, karena kita juga perlu berpikir panjang, kan ini untuk kehidupanku selamanya, Bu," agak bergetar suaranya. Rasa berat memang, "Nisa belum bisa kasih jawaban, Bu, " pada akhirnya ia memutuskan. "Ibu terserah kamu, Nak..." suara perempuan yang menjadi single parent sejak Anisa usia tiga tahun itu, pasrah dengan perasaa
Rico menoleh pada Anisa yang sedang berjongkok membersihkan tempat yang terkena tumpahan makanan cateringnya."Ngapain berhenti, Ric?" Melinda yang duduk di samping Rico menatap menatap pemuda itu.Tanpa menjawab Rico memundurkan mobilnya, hingga kini berada tak jauh dari Anisa yang memilih box makanan untuk dimasukkan ke tempat susunannya semula.Rico bergegas turun dari mobil diikuti Melinda."Makanannya berantakan, ya, sori, ya ...""Udah Ric kasih ajah duit ganti beres, keburu Tony bisa ngejar kita, lho ..." ujar Melinda dengan suara cemas, tapi gadis itu sama sekali tak punya rasa kasihan pada Anisa.Anisa tak bersuara menenteng rantang box makanannya.Rico merogoh kantong celananya untuk mengambil uang."Rico buruan itu Tony di seberang ..."Rico terkejut saat menoleh ke seberang jalan sedan Tony tengah terhalang traffick Light."Sial!!" Gerutunya langsung melemparkan lembaran uang ratusan ribu pada Anisa, "Untuk ganti makananmu yang jatuh dan betuli tebeng motormu ..."Anisa ter
Jadmiko dan Kyai Haji Imran serta Ustadz Sofyan duduk bersama. Mereka sedang membahas Rico anak tunggal Jadmiko. "Kyai ini sudah mendapat berkahnya Allah. Anak sudah jadi Ustadz, paling tidak amanlah untuk urusan ibadah. " "Alhamdulillah, itu yang aku mohon siang dan malam,Rico menoleh pada Anisa yang sedang berjongkok membersihkan tempat yang terkena tumpahan makanan cateringnya."Ngapain berhenti, Ric?" Melinda yang duduk di samping Rico menatap menatap pemuda itu.Tanpa menjawab Rico memundurkan mobilnya, hingga kini berada tak jauh dari Anisa yang memilih box makanan untuk dimasukkan ke tempat susunannya semula.Rico bergegas turun dari mobil diikuti Melinda."Makanannya berantakan, ya, sori, ya ...""Udah Ric kasih ajah duit ganti beres, keburu Tony bisa ngejar kita, lho ..." ujar Melinda dengan suara cemas, tapi gadis itu sama sekali tak punya rasa kasihan pada Anisa.Anisa tak bersuara menenteng rantang box makanannya.Rico merogoh kantong celananya untuk