Leona memutuskan membawa Loui ke kota lain. Kota yang benar-benar normal, jauh dari makhluk supranatural apapun, seperti mereka. Kota tersebut terlihat lebih modern, meski sentuhan klasik dari beberapa sudut kota tersebut masih terlihat dan terasa.
Langit telah berubah warna, hitam legam tanpa bulan juga bintang.Kedua kakak beradik Argent itu memilih untuk duduk santai di hamparan rumput di sisi danau, tak jauh dari pusat keramaian kota tersebut."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Loui tanpa basa-basi, to the point –langsung ke inti.Leona menoleh ke sisi kirinya sesaat, membalas tatapan penuh tanya dari saudaranya, lalu kembali memandangi danau di depan sana."Kau merahasiakan sesuatu dari kami semua, kan, Loui?" tebak Leona.Gadis itu menghela napas panjangnya sebelum akhirnya kembali bersuara."Aku juga merahasiakan sesuatu darimu dan yang lainnya." sambung Leona lirih.Mendengar pengakuan mengejutkan itu, Loui memutar ke palanyaSiang itu, demi mengisi kekosongan, Ash dan Archie mengisi jam kosong mereka dengan menemani Gabe berlatih seorang diri di lapangan basket indoor milik Universitas. Namun tiba-tiba sekelompok remaja puteri menghampiri ketiganya –bersikap sok akrab pada mereka, bahkan di berbagai kesempatan mereka menggoda Ash.Sayangnya aksi mereka tak mampu bertahan lama, sebab Leona tiba di lokasi tersebut beberapa menit setelahnya.Gadis Argent itu menghampiri mereka, bahkan terang-terangan memberi kecupan hangat di pipi kanan Ash sebagai sapaan. Tindakan tersebut berhasil membuat sekelompok gadis itu menundukkan kepala secara serempak –berpamitan dan lari tunggang langgang saat itu juga.Gabe tak bisa menyembunyikan tawanya melihat kejadian langka tersebut, sementara Archie, seperti biasanya ia melemparkan tatapan menggoda –mengejek tindakan spontan yang telah dilakukan satu-satunya gadis vampire yang ada di sana."Wooo hooo! Sepertinya ada yang ketakutan barang kesayangannya diambil
Damien mengangguk sigap, lantas terkekeh mendengar kalimat bernada ancaman milik Leona, lalu berkata, "Baiklah. Tapi aku punya satu permintaan lain, Leo." ucap Damien basa-basi.Dengan raut kesal, Leona merotasikan bola matanya lantas berdecak dan menyuarakan perasaan jengkelnya."Permintaan macam apalagi yang ingin kau ajukan padamu, Damien?" Leona hampir memekik kesal melihat Damien yang tak henti-hentinya mengulas senyum."Kembalilah padaku." sahut Damien sigap. "Tak akan ada lagi ancaman apapun di hidupmu, juga semua anggota keluargamu, jika kau mau kembali padaku."Damien bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia benar-benar menginginkan Leona kembali padanya. Terdengar kesungguhan dan ketulusan dalam caranya mengucapkan rentetan kalimat tersebut.Sayangnya, Leona tak lagi memiliki belas kasih dan perhatian yang tersisa untuk Damien. Hanya rasa benci dan amarah yang hampir membuncah setiap ia melihat wajah licik Damien. Memuakkan.Maka, tanpa menunggu
Siapapun, kumohon, tolong kami.Suara itu terus menerus terngiang –terdengar jelas dalam telinga Archie, sayangnya hanya ia yang mendengar suara tersebut. Suara yang tak begitu asing dalam rungunya.Anehnya, sejak ia bertemu dan melakukan diskusi tertutup dengan semua anggota Keluarga Argent hari itu, satu persatu kemampuan aneh yang dimilikinya bermunculan. Seperti bisa membaca pikiran terdalam dari siapa saja yang tanpa sengaja bersentuhan dengannya, dan sekarang, ia bisa mendengar suara Leona yang entah berasal dari mana.Archie terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal setiap kali rungunya mendengar kalimat permintaan tolong dari seorang Leona.Sesekali ia bangkit dari tempat duduknya, menyapu pandangannya ke sekitar, bahkan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari –mencari sosok yang suaranya terdengar begitu jelas dalam pendengarannya. Mungkin saja gadis itu tengah bersembunyi dan ingin bermainnya. Pikir Archie.Gabe yang mulai merasa pusing ketika melihat Arc
Siapapun, kumohon, tolong kami.Suara itu terus menerus terngiang –terdengar jelas dalam telinga Archie, sayangnya hanya ia yang mendengar suara tersebut. Suara yang tak begitu asing dalam rungunya.Anehnya, sejak ia bertemu dan melakukan diskusi tertutup dengan semua anggota Keluarga Argent hari itu, satu persatu kemampuan aneh yang dimilikinya bermunculan. Seperti bisa membaca pikiran terdalam dari siapa saja yang tanpa sengaja bersentuhan dengannya, dan sekarang, ia bisa mendengar suara Leona yang entah berasal dari mana.Archie terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal setiap kali rungunya mendengar kalimat permintaan tolong dari seorang Leona.Sesekali ia bangkit dari tempat duduknya, menyapu pandangannya ke sekitar, bahkan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari –mencari sosok yang suaranya terdengar begitu jelas dalam pendengarannya. Mungkin saja gadis itu tengah bersembunyi dan ingin bermainnya. Pikir Archie.Gabe yang mulai merasa pus
"KELUARKAN AKU DARI SINI, SIALAN!" pekik Leona.Gadis itu menendangi dinding sempit yang mengilinginya. Ia tak bisa bergerak leluasa, bahkan penerangan di dalam ruangan itu benar-benar gelap. Terlalu gelap. Ia tahu, ia dimasukan ke dalam ruangan penyiksaan yang dimiliki Keluarga Skarsgard. Hanya saja, ia tidak menyangka akan dimasukan ke dalam ruangan sesempit itu.Ruangan tersebut benar-benar sempit. Luas dan tinggi ruangan tersebut tak lebih dari seukuran tubuh juga tinggi badan Leona. Seolah ruangan tersebut telah disiapkan jauh-jauh hari, khusus untuknya.Gadis itu hanya bisa mengguncang tubuh, juga kedua kakinya sebagai usaha untuk menghancurkan ruangan sempit tersebut. Bahkan ia tak memiliki kuasa atas kedua tangannya, dari siku sampai jari terjulur keluar dan diikat kencang oleh logam pipih berwarna silver. "DAMIEN! LEPASKAN AKU!" sekali lagi, Leona meraung meminta untuk dilepaskan dari ruangan sempit tersebut.Gadis itu benar-benar membenci tempat s
"Terima kasih banyak, Lyla." ucap Erin pada Lyla.Kedua perempuan itu saling menggenggam, lalu berpelukan dengan penuh rasa syukur. Pria yang sama-sama mereka cintai pulih dengan begitu cepat. Erin, sebagai seorang ibu, merasa lega melihat putranya bisa kembali menggerakkan tubuhnya dengan bebas. Sementara Lyla, sebagai seorang sahabat, tampak senang melihat Ash kembali tersenyum dalam keadaan sehat."Syukurlah. Kau bisa kembali pulih tanpa perlu menunggu waktu lama," ujar Gabe.Gabe ikut bergabung –memeluk Erin dan Lyla yang kemudian disusul Archie tanpa ragu. Sang Hybrid menyempatkan diri menoleh, lantas melambaikan tangannya pada sang Alpha."Hey! Kemarilah bocah sok tampan!" tegur Archie dengan raut mengejek.Ash terkekeh pelan, lalu menjawab, "Aku memang tampan!" balas Ash percaya diri.Ya, Ash memanglah tampan. Dilihat dari sudut mana pun, ia tampak seperti makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna –salah satu di antara sekian banyak
Meski kesal dan tak ingin membiarkan Ash lari ke dalam pelukan Leona, Lyla akhirnya angkat bicara, mengusulkan sesuatu –menengahi perdebatan yang hampir diciptakan Archie."Jangan gegabah, Ash." ucap Lyla.Suara feminim itu mengucap kalimatnya dengan lembut dan penuh kehati-hatian."Aku tahu, kau ingin segera menyelamatkannya. Tapi, setidaknya, demi keselamatan kita semua. Kita harus perhatikan dulu situasi di dalam sana seperti apa." ucap Lyla tulus.Ash mengangguk, diikuti Archie setelahnya. Keduanya tampak setuju dengan apa yang baru saja Lyla katakan. Maka Lyla mengulas senyum hangatnya ketika mendapatkan kesepakatan dari keduanya."Jika situasinya tidak genting, saranku, datanglah ketika ia membutuhkan bantuan. Setuju?" usul Lyla dengan intonasi penuh kehati-hatian.Dengan sigap Archie mengangguk, setuju dengan usul Lyla. Bahkan sang Hybrid tak memberikan bantahan apapun pada kalimat yang diucapkan Lyla."Selain itu... Kau akan tampak se
"Harus kuapakan kau agar diam dan menuruti keinginanku, Argent?" bisik Damien dengan intonasi dan sorot dingin mengintimidasi.Leona menyunggingkan senyum manisnya, lantas menjawab, "Lakukan sesukamu, Damien." lirih Leona.Senyuman juga nada bicara Leon berhasil menurunkan tensi amarah Damien, meski sebenarnya ia memang tengah berada di puncak kemarahannya, senyum sang gadis berhasil memudarkan segalanya. Ia memberikan pengampunan.Damien melepaskan cengkramannya dari leher jenjang Leona, lalu berbalik dan beranjak menuju pintu.Pemilik surai hitam dan ikal itu menyempatkan diri menoleh, menatap Leona dan Ash melalui sudut matanya."Pergilah!" titah Damien. "Ini pengampunan terakhirku untuk kalian."Pria itu melanjutkan kembali langkahnya menuju pintu, lalu melesat meninggalkan saudara dan saudarinya yang masih berada di puncak emosinya."Apa kau tidak mendengar apa yang baru saja saudaramu katakan, Nona?"Archie menatap Irina yang tengah menc