Gadis itu mengintip sedikit dari jendela kayu dapur. Sontak kedua matanya langsung membulat lebar saat melihat apa yang ada di depannya.
"Tidak mungkin!" Spontan kedua tangan Nayla menutup mulutnya yang ternganga. Raut wajahnya begitu terkejut.
Karena ia masih tidak percaya dengan yang dilihatnya, Nayla kembali mengintip dari sela-sela kayu jendela.
"Nyatakah yang aku lihat ini?" desis Nayla.
Membuat gadis itu mengusap kedua matanya. Lalu mengerjap hingga beberapa kali.
Sebuah kesenian gamelan lengkap dengan beberapa sinden serta para lelaki yang ikut menari bersama sinden nampak jelas di depan mata Nayla. Semuanya sangat nyata.
Namun ada yang membuat Nayla begitu kaget saat melihat salah satu sinden yang sedang menari dengan seorang lelaki.
"Diaaaa ...."
Tiba-tiba sebuah tepukan mendarat di bahu Nayla. Hingga membuatnya hampir melompat karena terkejut. Lalu ia menoleh ke belakang.
"Angel! Bikin a
"Itu suara burung gagak 'kan?""Iyaa, Nay.""Kok kayaknya di atas genteng rumahku sih.""Ayo kita tidur aja ahh." ajak Angel yang langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Gadis itu begitu ketakutan karena suara burung gagak yang terdengar berkali-kali."Loh ... Ngel, kok malah udah tutup selimut duluan!"Kraaakk ... kraaakk ... kraaakk.Suara burung gagak semakin kencang terdengar. Suasana malam itu tiba-tiba terasa sunyi sepi. Bahkan suara jangkrik yang semua terdengar, kini sudah tergantikan oleh suara burung gagak yang menyeramkan.'Kok aku jadi merinding gini ya,' batin Nayla dengan manik mata yang mengamati sekeliling.Akhirnya Nayla mengikuti seperti yang dilakukan Angel. Ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Mencoba untuk memejamkan matanya walaupun sulit.Dug! Dug! Dug!Belum hilang rasa takutnya karena suara burung gagak, ia mendengar seperti suara langkah kaki yang mendekat k
Wanita tua itu terdiam sesaat. Beralih melihat ke jam dinding yang masih menunjukkan pukul tiga pagi."Kalian tidur aja dulu. Besok pagi Nenek akan tunjukkan sesuatu pada kamu, Nay," ucap Nek Sami seraya bangkit dan berjalan meninggalkan Nayla dan Angel.Kini, wanita tua itu sudah kembali di dalam kamarnya. Pandangan matanya melihat ke atas lemari pakaian. Sebuah bungkusan berwarna hitam dan sedikit berdebu terus di pandanginya."Apa sekarang saatnya aku harus memberitahu tentang mimpiku beberapa hari yang lalu dan yang kulihat waktu itu? Tapi aku enggak percaya kalau itu ternyata suatu pertanda." ucap Nek Sami dalam hatinya.Beberapa jam berlalu. Sinar matahari mulai menampakkan diri. Semua manusia di bumi mulai melakukan aktivitasnya. Termasuk Nayla dan Angel yang baru saja bangun, sebab kemarin malam mereka tak dapat tidur akibat suara burung gagak dan sosok sinden merah yang menghantui."Ngel, bangun!" ucap Nayla seraya menggoyangkan tubu
"Kayaknya mau hujan, ayo kita masuk ke dalam, Bu," ajak Ningrum yang langsung masuk ke dalam rumah.Ketika Sami akan masuk ke dalam rumah, dari sudut matanya ia melihat seseorang yang bersembunyi di balik pohon mangga depan rumah.Sontak Nek Sami membalikkan badannya. Dengan matanya yang sedikit menyipit, ia mengamati pohon mangga itu.Namun bayangan tersebut tampak gelap karena tak ada penerangan di sekitar pohon mangga. Sehingga ia tak dapat melihat dengan jelas.Nek Sami melangkah maju hingga pinggiran teras. Ia masih mengamati siapa yang bersembunyi di balik pohon.Tiba-tiba, petir kembali menyambar. Kilatan cahayanya memberikan sedikit penerangan. Seketika Nek Sami terkejut dan menutup mulutnya."Po-pocooong!!!" pekik Sami yang terkejut dengan mata yang membulat lebar.Sosok seseorang yang di bungkus oleh kain berwarna putih itu tampak melompat ke arah Nek Sami berdiri saat ini.Tubuh Nek Sami bergetar. Kedua k
Tampak mulut Darto sedang berkomat-kamit seperti membaca mantra. Tak lama, terdengar suara yang begitu besar dan berat. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan merinding ketakutan seperti yang Sami rasakan.Beberapa detik kemudian sosok bayangan hitam yang semula Sami lihat sudah berada di dalam airPerlahan bayangan hitam menunjukkan wujudnya. Sosok bertubuh besar dengan mata berwarna merah. Terdapat tanduk panjang tepat di kepalanya. Seluruh tubuhnya di penuhi bulu lebat yang begitu hitam.Sami terperanjat saat mata merah sosok besar itu tengah menatap ke arahnya juga. Tidak seperti Darto dan Kusumawardhani, sepertinya sosok tersebut melihat kehadiran Sami."Genderuwo!" desis Sami terkejut.Ketika itu, sosok genderuwo mengangkat tangannya yang besar dan berbulu sejajar dengan Sami. Lalu sosok itu mengibaskan tangannya. Tubuh Sami ikut terpental jauh. Di saat itu, Sami mendengar suara lelaki, "Dia menginginkan Nayla, hancurkan perjanjian itu!
Semuanya melotot saat melihat Ningrum yang kesakitan dan kepanasan. Tubuhnya kelonjotan saat garam kasar mengenai kulitnya. Seolah ia sedang disiksa saat Sami terus melemparkan garam."Hentikan! Hentikan itu wanita sialan!" Racau Ningrum terus menerus dan berteriak. Hingga Ningrum pingsan tak sadarkan diri.Sami kembali menyimpan kresek hitam itu. Lalu ia membantu Nayla dan Angel untuk membawa tubuh Ningrum yang pingsan ke dalam kamar.Setelah dibaringkan. Nayla duduk di samping Bundanya dengan menangis."Kamu enggak apa-apa, Nay?" tanya Sami khawatir pada cucu pertamanya itu."Enggak apa-apa, Nek. Cuma masih agak sakit aja. Soalnya cekikannya kuat banget." Nayla terus mengusap lehernya yang terasa perih. Tampak bekas kuku Ningrum yang membuat luka-luka kecil di sekitar leher Nayla."Nanti Nenek obati ya, kita urus dulu Bunda kamu."Terdengar suara langkah kaki yang mendekat dengan terburu-buru. Rupanya Angel sudah sigap m
Sosok sinden memakai kebaya merah dengan wajah yang pucat duduk di batang pohon mangga. Walaupun kabut yang berada di sekitar sinden merah itu menghalangi penglihatan Nayla. Tetapi Nayla masih dapat melihat jelas sinden merah yang sedang duduk dengan tangannya bergerak gemulai seperti menari.Dari mata dan bibirnya yang berwarna hitam terus mengeluarkan darah sampai menetes di kebayanya. Sanggulnya yang berantakan membuatnya semakin tampak seram. Sosok itu kini menatap Nayla tajam. Sorot matanya seolah marah pada Nayla.Walaupun bibirnya tertutup rapat dan terus menyeringai menyeramkan, namun Nayla seolah mendengar suara sinden itu mengucapkan kalimat, "Jika tidak ingin dia mati ... jangan macam-macam ... dia ada bersama ... ku ...."Sontak Nayla terkejut dan tercengang, sejenak ia hanya bisa terdiam dan mencoba memahami maksud perkataan sinden merah itu. Meskipun ia sudah sangat ketakutan."Nayla! Cepat lari, Nduk!" teriak Sami kencang.
"Nay, kok wanginya bikin bulu kuduk merinding ya?""Iya sama.""Di rumah kamu enggak ada bunga sedap malam 'kan? Tapi ini bau bunga sedap malam, Nay."Dalam hati Nayla membernarkan apa yang diucapkan Angel. Sejujurnya, ia pun juga merasa merinding saat memasuki kamar Ningrum. Hanya saja ia berusaha menepis perasaan takutnya itu.Beberapa saat aroma itu semakin menyengat. Perlahan aroma wangi bercampur dengan aroma anyir yang menyeruak seisi kamar."Baunya semakin tajam, Nay, wangi banget!" seru Angel sambil mengibaskan tangannya di depan wajah.Nayla yang masih celingukan mencari asal aroma tersebut tak menggubris perkataan Angel barusan.Sampai terdengar sebuah suara seperti menggedor-gedor lemari.Dug dug dug!Spontan Nayla dan Angel menoleh ke arah lemari kayu yang terdapat di dekat pintu kamar.Keduanya melotot dan tercengang saat melihat sinden merah duduk di atas lemari dengan senyum
"Aku juga enggak begitu ngerti, Nay. Tapi biasanya seperti itu. Kalau enggak----""Kalau enggak apa? Jangan setengah-setengah ahh ngomongnya. Bikin penasaran!" rengek Nayla."Iya iya. Kalau enggak ya memang kamu yang harus mengakhiri perjanjian yang mengikat di tusuk konde ini.""Ahh ... makin pusing aku sama penjelasan kamu!" Nayla menekuk wajahnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.Angel yang melihat Nayla ngambek, malah menertawakannya."Enggak lucu!!""Eh ... tapi bisa saja, Nay, tusuk konde itu enggak bisa dibuang karena ingin kamu yang mengakhirinya.""Kenapa harus aku?""Ya mungkin kamu salah satu orang spesial."Tak ada jawaban dari Nayla atas kalimat Angel barusan. Ia hanya menggela napasnya dengan tatap mata lurus ke depan."Atau mungkin karena kamu cucu dari Kakek kamu yang bikin perjanjian?""Tapi kan yang bikin perjanjian Kakek sama Kusumawardhani, kenapa harus aku yang menga