Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, supaya aku ada mood untuk lanjut cerita ini ya, Terimakasih banyak sudah membaca.
Ketika mereka telah berada di dekat rumah, Archer tiba-tiba mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada Isaura. Dia menatap Evander dengan sedikit kegugupan, berharap bahwa pihak lain akan mengerti dan menjauh dari mereka untuk beberapa saat. Isaura juga melemparkan petunjuk kepada Evander dan memintanya untuk menunggu.Sehingga Evander, yang tidak tahu bagaimana harus menolaknya, hanya bisa mengatakan bahwa dia akan masuk terlebih dahulu dan meminta mereka untuk tidak terlalu lama berada di luar. Keduanya mengangguk dengan raut berterimakasih. Setelah mereka berdua berada di dekat taman bunga, dan duduk di kursi yang berada di tepian taman, ia melihat ke arah Archer dengan tanda tanya di wajahnya. "Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku, Archer?" Centaur di depannya itu telah kembali ke bentuk manusia dengan kedua kakinya, dan memiliki telingan yang memerah begitu parah, memberinya ilusi bahwa itu aka
"Neo! Apa yang kau lakukan?!" Teriakan yang mengejutkan datang dari kediaman dimana Aryua seharusnya tengah membantu Neo dalam pemulihannya. Membuat semua orang segera panik dan bergegas untuk beranjak ke sana. Begitu pula dengan Archer dan Isaura, keheningan mereka segera terlupakan dengan kegugupan untuk menemukan apa yang sebenarnya terjadi. Evander menjadi yang pertama menerobos masuk untuk menemukan Aryua di tekan oleh seekor serigala, itu seharusnya Neo, tetapi entah bagaimana Evander merasa tidak ada sorot kehidupan seperti Neo yang ia kenal. Ia bergegas mendekat, "bodoh, dia membantumu untuk sembuh dan apa ini cara kau membalasnya?" "Grrrrmm!" Serigala itu menatap Evander, menguarkan geraman marah, dan bersiaga untuk menerjangnya kapan saja. Bahkan Lucien yang menyusul di belakangnya merasakan keanehan tersendiri, dia menunjuk ke arah serigala pemarah itu dan bertanya pada Evander, "apakah dia adalah Neo yang kita kenal?" "Seharusnya begitu." "Tetapi mengapa aku merasa
"Aryua, bagaimana semua ini bisa terjadi?"Pertanyaan ini segera terlontar setelah Isaura dan Evander bergegas menghampiri Aryua yang tengah memulihkan dirinya bersama Lucien di sisi lain kediaman. Ada dua luka goresan di lehernya, yang mana itu terjadi karena cakaran dari Neo dalam bentuk serigala. "Aku sendiri tidak yakin mengenai apa yang sebelumnya terjadi, Isaura. Tapi aku memiliki beberapa tebakan." Jelasnya.Isaura menatapnya dengan pandangan yang mendesaknya agar segera berbicara, begitu juga dengan Evander yang memasang wajah tegas di belakangnya. "Kau ingat dengan apa yang kukatakan ketika pertama kali aku mengobati Neo?" Tanya Aryua. Isaura menangguk, "kau mengatakan tentang sihir hitam yang tampak mengelilinginya, semacam itu?" "Mereka yang menjadi penyebab Neo menjadi gila?" Lucien menambahkan dari sebelah Aryua. Aryua menghela nafas dan membenarkan ucapan mereka. "Sebelumnya aku mengatakan bahwa sihir hitam ini seperti akar yang tampak mengikatnya di sekelilingnya
"Apakah sekarang kau tidak ingin mengusirku pergi seperti sebelumnya?" Lengan Evander merengkuh pinggang ramping gadis di hadapannya, tidak lupa senyum cerah terbit di bibirnya. Jika saja ada orang lain di sana, maka mereka tidak akan percaya bahwa pemuda ini adalah Evander, yang terkenal dengan sikap acuh dan dingin miliknya. Sikap Isaura yang tampaknya menjauhkan dia dari Elf perempuan itu membuat Evander puas dalam sekejap. Itu sudah cukup memberikan petunjuk bahwa Isaura tidak benar-benar ingin ia pergi. Gadis di depannya tidak mau menatap langsung ke matanya, "aku hanya ingin kau pergi dengan baik-baik, tidak perlu menggoda seorang elf pula." "Oh?" Evander mengangkat alisnya dengan senyum tertahan. "Bagaimana kau tahu bahwa aku tidak akan mampir ke kaum Elf dalam perjalananku? Mungkin saja aku akan berhenti sebentar, lalu menemukan seseorang yang sesuai dengan hatiku, lalu aku menjadikannya pendamping hidupku." Isaura hanya menghela nafas lesu, "lalu apa aku berhak melarangm
"Isaura! Desa milikmu telah terbakar!" Salah seorang anggota pack Sethmolf yang berlari hingga terengah-engah itu hanya berteriak di depan rumah dimana Isaura menginap, tampaknya sudah kebingungan dan cemas dengan bagaimana keadaan desa setelah berita yang datang begitu tiba-tiba. Beberapa anggota pack yang mendengar teriakan itu segera keluar dan mengerumuni pemuda itu untuk bertanya mengenai keadaan di sana. Begitu pula dengan Isaura yang berlari keluar saat itu dan bergegas mendesak si pemuda. "Bagaimana bisa kebakaran itu terjadi?" Isaura bergegas dengan cemas. "Aku akan kembali ke desa, ingat untuk menjaga Neo yang belum tersadar." Pemuda itu mengikuti di sampingnya, "aku juga tidak tahu menahu, tiba-tiba seseorang dari desa menghampiri kami di perbatasan dan berteriak dengan panik untuk memberitahumu bahwa desa telah terbakar." Wajah Isaura sedikit memucat, "apakah kebakaran terjadi di seluruh desa? Adakah kau sempat menanyakan tentang rumahku dan ibuku?" "Aku tidak sempat
Ketika Lucien akhirnya kembali dan membawa seorang Healer untuk mengobati Alma, Isaura segera keluar dari rumah dan berniat untuk berlari ke hutan saat itu juga. Tetapi, Evander meraih tangannya terlebih dahulu dan menahannya untuk tidak membahayakan dirinya sendiri. "Kita akan pergi ke hutan, tetapi tenanglah lebih dahulu." Ucapnya.Lucien yang mengamati di antara mereka akhirnya bertanya, "apa yang terjadi sementara aku pergi?" "Alma terluka karena berusaha menghentikan Lesy untuk membawa ibuku." Ujar Isaura. "Dan kini, mereka pasti ada di dalam hutan, tetapi kita tidak tahu dimana tepatnya mereka." Lucien memahami hal itu segera, dan dia beralih menatap Evander untuk menunggu tindakan pihak lain. "Lucien, pergi ke hutan," perintah Evander sesaat kemudian. "Berubah dan bergerak segera, begitu bertemu, segera beritahu padaku." Lucien mengangguk, lantas bergegas, dan hal yang menakjubkan terjadi di hadapan Isaura, sosok Lucien berubah menjadi jaguar hitam yang cukup besar, kedua
Mereka berdua duduk dengan bersandar pada batang pohon yang besar dan menjulang, Jasindha hampir tidak bisa menahan tangisnya melihat bahwa salah satu sayap Adante telah terkulai dengan darah yang menghiasinya. Sayap itu mungkin telah patah. Melihatnya, Adante yang duduk di sampingnya masih bisa mengulas senyum kecil, "jarang sekali melihatmu menangis, bahkan ketika kita masih di Asgard, kau hampir tidak pernah menangis." Jasindha hanya memutar mata dengan jengkel, "Asgard begitu indah dan tenang, Aesir melakukan tugas masing-masing, dan segalanya ada nampaknya untuk melengkapi Asgard. Jadi, mengapa aku akan menangis di tempat seindah itu?""Lalu, bagaimana menurutmu dengan Valhala?" Tanyanya lagi. "Apakah menurutmu di sana akan lebih indah dari Asgard?" Jasindha segera menatapnya dengan kesal, "jangan membicarakan omong kosong, Adante!" "Aku hanya merasa penasaran." Jasindha bangkit, menyobek sedikit kain dari ujung gaunnya sambil berkata, "dan aku tidak akan memuaskan rasa pena
"Lesy! Apa yang terjadi?!" Isaura baru saja menyibak ilalang di hadapannya ketika matanya menangkap sosok lesy tengah berlutut tidak jauh dari mereka. Isaura bisa melihat darah di sepanjang tubuhnya. Mau tidak mau, Isaura bergegas untuk menghampirinya dengan cemas. Ketika Isaura menyentuh bahunya, Lesy segera ambruk ke tanah, yang segera ditahan di pangkuannya dan mencoba untuk melihat apakah Lesy masih bersama mereka. Tiba-tiba saja, pergelangan tangannya di cengkeram oleh jemari Lesy yang bersimbah darah. Membuat Evander hampir bergerak untuk menyerangnya. Saat itu, Isaura hanya menatap Lesy di pangkuannya dengan rumit, dia tidak tahu apakah Lesy benar-benar ingin menyakiti orang tuanya, dan mengapa mereka tidak ada bersama Lesy saat ini? Di pangkuannya, Lesy batuk dan memuntahkan darah, tapi tampaknya berusaha untuk tetap sadar, "maafkan aku, telah gagal menepati sumpahku, untuk melindungimu dan orang-orang yang kau sayangi, wahai Sang dewi." Samar-samar, Isaura memiliki inga