Perang memang sudah usai terhitung semalam namun kedahsyatannya sanggatlah berdampak di kota Jombang. Perang memang sudah berakhir semalam tapi kesedihan dari kematian sang suami dan istri yang menjanda atau anak-anak yang tak tahu harus bagaimana.
Perang memang sudah berakhir sepenuhnya berhenti tapi saat kemenangan benar-benar diraih dan terwujud bahkan air mata adalah darah dan bahkan bila ditanya siapa yang mati pasti seseorang itu mendadak gila karena tak dapat menerima keadaan.
Saat Jaka dan rombongan sampai di kota menjelang sore hari tepatnya hampir magrib. Mata Jaka tak sengaja berlinang mengucur deras tak bisa membendung alirannya yang kuat meluncur begitu saja melihat betapa hancur bahkan sangat hancur kotanya.
Putri di bopong tangannya yang gemetar namun kuat masih bertahan serasa ingin berteriak tapi dia lah sang panglima tertinggi hanya bisa menahan. Tapi bagaimanapun Jaka tetap manusia dan akhirnya menangis jua.
Mbah Raji dan Gus Bahri begi
Seminggu setelah peperangan dahsyat melawan bala tentara Adi Yaksa. Kota Jombang yang luluh lantak akibat perang kini kembali di bangun , ruas-ruas jalanan kembali di rapikan gedung perkantoran mulai dibenahi. Rumah sakit dan sekolah walau masih bertenda-tenda sudahlah mulai kembali beroperasi.Malam ini terasa damai bagi sebagian masyarakat kota karena tak ada lagi marabahaya yang menghampiri di setiap sudut gang sehingga apabila ingin keluar rumah tentu berpikir ribuan kalai dan dalam benak hati bergetar kata kematian. Hari ini kendaraan tampak lalu lalang kembali dan kota mulai tergeliat kembali.Di rumah Jaka masih separuh jalan terbangun itu pun dengan material seadanya dan oleh swadaya warga dan anggota T O H yang lain yang penting sudah terbangun kamar untuk Putri sang istri dan Wahyu anaknya terlelap dan berlindung dari dinginnya angin malam.Malam ini Jaka tampak sendiri menikmati segelas kopi bikinannya sendiri seperti biasa kopi hitam pahit satu
Malam ini Dava begitu sangat tertekan betapa tidak seharusnya iya sudah mendapatkan malam pertama yang di damba-dambakan setiap orang seusai menikah. Tetapi berbeda dengan Dava setelah seminggu menikah belum sekalipun Dava dapat menyentuh sang istri Sari.Semua ini ihwal tragedi saat peperangan Sari menjadi salah satu korban pemerkosaan oleh Adi Yaksa saat itu keperawanan yang selalu ia jaga khusus untuk Dava harus direnggut paksa hilang membekaskan trauma.Dava tak bisa berkutik saat dua hari yang lalu dokter desa menyatakan Sari telah hamil dengan kehamilan yang sangat mustahil karena usia kandungan bertumbuh cepat. Perut Sari membesar begitu cepat layaknya sudah hamil tujuh bulan saja.Sudah barang tentu bayi di dalam perut Sari adalah bayi dari Adi Yaksa. Sialnya lagi bayi setan tersebut dapat merasuki inangnya alias sang pemilik kandungan. Sering sekali Sari kerasukan hebat terkadang ingin mengakhiri hidup seketika. Dan terkadang brutal dengan bertena
Sore menjelang magrib tiba, menjadi sebuah kisah pilu Dava dan Sari. Kali ini sesuai perhitungan hari Jawa dan hari naas dalam istilah Jawa. Oleh Mbah Raji yang memang bermalam sejak kemarin di rumah Dava. Sudah Waktunya Sari melahirkan anak setan yang di kandungnya.Gus Bari, Gus Pendik dan Gus Bagus tampak bercakap-cakap di teras rumah untuk berjaga-jaga apabila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi. Ditemani guntur menggelagar dan hujan deras serta angin bersuara gemuruh menderu-deru layaknya badai beberapa bulan yang lalu saat perang tiba.Mbah Raji dan Dava tengah berkonsentrasi di dalam kamar Dava terus menatap Sari di atas ranjang yang masih terpasung dan mematung tak bergerak. Dengan wajah semakin pucat tua dan rambut yang semakin acak-acakan lusuh dan kumel sehingga tak terlihat seperti Sari namun sudah terlihat seperti nenek tua yang begitu seram.“Mbah Hari ini malam Jumat Kliwon menurut perhitunganmu seharusnya hari ini bayi laknat itu
Di salah satu sudut jalan desa Mbanjar Dowo sebelah barat kota Jombang. Sebuah rumah sederhana namun asri telah di bangun kembali setelah seminggu yang lalu kondisi desa seakan tak serupa pemukiman penduduk namun selayaknya reruntuhan puing kehancuran oleh sebab peperangan.Ya rumah bergaya mini malis terbangun elok di sudut sebuah gangnya Gus Bagus pemiliknya. Sebuah rumah idaman yang ia bangun khusus untuk hadiah pernikahan kepada sang istri tercinta Vivi.Gus Bagus tampak sibuk menata berkas-berkas dari kantor kelurahan yang hendak ia bawa bekerja pagi ini. Sempat ia melirik sang istri yang tengah menatap panjangnya sawah berpetak-petak di depan rumah. Sambil duduk di kursi roda di depan teras Vivi hanya melamun terus memandangi persawahan yang sudah hampir tersemai padinya tampak menguning.Sejenak Bagus menghentikan tangannya dalam merapikan berkas yang telah ia masukkan semua ke dalam tas selempang warna hitam yang biasa ia bawa. Aduhai istriku malang tent
Pagu cerah desa Mojokembang dengan segala hiruk-pikuk kegiatan para warga desanya. Ada para ibu-ibu yang tengah berceloteh ria yang sedang mengerumuni Abang sayur di samping gerobak sayurnya dengan berbagai macam topik pembicaraan dari ringan hingga berat dari membahas si A sampai membahas si Z.Ada pula para pak tani yang sedang menenteng cangkul dan sabit di genggam ditangan menyusuri pematang sawah milik mereka yang baru saja ditanami jagung, karena kali ini musim sedang berada pada musim kemarau sehingga lebih baik sawah ditanami padu tentu bagus walau air sedikit untuk mengairi sawah.Ada pula santriwan dan santriwati di tengah desa berhijab dan berbusana muslim lengkap dengan Kitabullah kalam Al Quran di tangan kanan serta alat salat lengkap di tangan kiri. Tak kalah pula santri lelaki berpeci hitam dan bersarung batik khas Jawa timuran tentu dengan Al Quran di tangan kanan dan sajadah yang tersampirkan di pundak dengan tawa renyah serta canda mereka hendak menun
Dava sedang berdiri di lantai atas rumahnya sambil memandang suasana desanya yang tampak asri dan kembali terbangun rapi, tak terasa sepuluh tahun sudah ucapnya dalam hati. Matanya asyik tertuju pada sebuah Mushola kecil yang ia bangun di seberang jalan depan rumah.Terdapat santri-santri kecil di sana bak kupu indah, cantik dan sanggatlah elok penghias taman surga. Mereka tengah menambat ilmu agama bersama beberapa Ustaz dari kalangan pemuda desa.Dava sedikit merekahkan bibirnya sedikit lebar. Tergurat rasa bangga di benaknya, desaku sudah semakin damai rupanya Alhamdulillah. Begitulah gerutunya dalam otak dengan terus berdiri tegap di atas lantai dua rumahnya.Namun ada desir guratan luka yang tersisa di sorot matanya yang semakin tua semakin tajam jua kali ini genap berusia 26 tahun sudah ia hidup di bumi ini. Terkadang ia takut untuk kembali ke belakang mengenang semua peristiwa yang telah ia lalui.Ada keluh kesah teramat dalam menggores dadan
Hari Senin pagi di madrasah ibtidaiah pondok As-salam desa Mojokembang. Telah berbaris rapi di halaman sekolah berjajar berurutan sesuai kelas masing-masing. Para guru serta staf pengajar terlihat ikut pula berbaris rapi di hadapan para siswa.Terlihat pula kepala sekolah tengah berdiri di mimbar sambil membawa sebuah map berisi teks pidato dan kata sambutan. Pas di samping kiri kepala sekolah Wahyu berdiri tegap dengan sikap sempurna iya bertugas sebagai pembawa map pidato untuk kepala sekolah sebagai pimpinan upacara.Dengan hikmat seluruh peserta upacara mendengarkan pidato kepala sekolah yang sangat bersemangat dan berapi-api layaknya pidato presiden RI pertama Pak Ir Soekarno saat berpidato kebangsaan di depan mimbar gedung DPR RI.“Anak-anak siswa dan siswi MI pondok As-Salam yang kami cintai. Bahwa hari ini bapak hendak mengumumkan mulai hari ini di sekolahan kita tercinta ini akan diadakan. Apa itu yang namanya ekstra kurikuler bela diri. Dimanah e
“Raji buka matamu sudah waktunya kau turun gunung. Usaikanlah pertapaanmu ilmumu sudah cukup melampaui pendahulumu Kasturi. Maka pergilah ke kotamu berpakaianlah selayaknya orang gila untuk mencapai tahap akhir keilmuan yang kuberikan,” ucap petapa tanpa nama lalu menghilang kembali meninggalkan Mbah Raji yang tengah duduk bersila di sebuah batu besar di balik air terjun di sebuah gunung di daerah kelut.Mbah Raji seketika membuka mata penuh seraya mengucap Alhamdulillah. Kini tingkat pemahaman dan pengetahuannya semakin tinggi jua. Matanya semakin jauh melihat dalam segi penerawangan sekali melihat beratus kilometer mampu iya pandang jua.Kali ini matanya tertarik pada sosok anak SD yang sedang asyik mengerjakan tugas yang diberikan oleh sang guru di atas meja belajar. Bibirnya tersenyum otaknya merasa takjub tak menyangka sejauh ini pandangannya. Walau ia berada di kelut, iya masih bisa melihat seluruh kota Jombang dengan jelas tiap sudutnya.Dalam