Di atas awan gelap pas di atas desa Mojokembang, langit masih begitu gelap dengan badai petir tiada hentinya menyambar ke bawah langit. Hujan deras serta angin rebut terus mengguyur dan menderu kencang.
Saat di bawah langit kota Jombang terjadi pertempuran sengit di mana-mana pertempuran akhir kota. Dimanah nasib kota Jombang di pertaruhkan dalam pertempuran atau perang kali ini. Di atas langit jua tiada sepi dari perang besar kali ini, di atas awan tampak beberapa kali benturan cahaya kilat memercikkan api dan sesekali menciptakan ledakan dahsyat sehingga percikan dari benturan tersebut sampai terlihat hingga ke bawah.
Benturan antara dua kekuatan besar yang sedang bertarung yakni antara Wahyu dan Kebo Marcuet begitu sengitnya. Kali ini keadaan tengah berimbang Wahyu yang terus melancarkan pukulan dan ajian kepada Kebo Marcuet dapat di patahkan mentah-mentah olehnya. Begitu pula sebaliknya Kebo Marcuet walau beberapa kali melayangkan serangan pada Wahyu jua dapat di p
Petapa tanpa nama berjalan perlahan menuju Petapa Effendi dan Haji Rusdi yang terbengong-bengong dengan kedatangan petapa tanpa nama. Meninggalkan Wahyu yang seakan terduduk lemas tak berdaya setelah pundaknya di sentuh petapa tanpa nama.“Assalamualaikum guru,” ujar Petapa Effendik seraya sungkem memberi hormat.“Waalaikumsalam Warahmatullahi wabarakatuh, apa kabar Effendik murid kesayanganku?” ucap Petapa tanpa nama.Seraya mengentakkan tongkat putih di genggamannya dengan teriakan Allahuakbar. Sekali bentakan di atas ujung langit kota Jombang seakan menghentikan keseluruhan aktivitas perang yang ada di bawahnya. Ribuan pasukan kegelapan yang semula meraung-raung, membunuh dan tak bisa di hancurkan kini berlari kocar-kacir ketakutan mendengar satu lengkingan benturan antara tongkat dan atap langit dari petapa tanpa nama.Walaupun mereka berlarian sampai ujung dunia tetap mereka tersapu badai pasir dahsyat yang di timbulkan dari a
Jaka terus berdiri menatap pintu gerbang istana Adi Yaksa penuh amarah matanya sudah memancarkan api membara tentang sebuah puncak kemarahan dalam stadium akhir. Di samping kanan dan kirinya berlari ratusan punggawa lima kota melesat menuju gerbang hitam besar berukir ular raksasa dan tempelan ratusan tengkorak manusia.Jaka terdiam sejenak seraya mengacungkan tangan kanannya ke atas langit dengan posisi telapak tangan terbuka arah langit. Dalam hatinya Gada Alugara datanglah, lalu sebuah sinar cahaya keemasan membentuk sebuah pusaka gada menyatu dari paduan seluruh energi alam sekitar.Dengan satu bentakan terlemparlah sang Gada Alugara melontar ke arah gerbang kegelapan dimanah di sana tertumpuk segala permasalahan pahit antara hidup dan mati. Di mana di balik gerbang tersebut ada sebuah pertaruhan hancur tidaknya kota Jombang. Dimanah sebuah hati dan cintanya dari Putri sedang meronta-ronta terperdaya oleh Adi Yaksa di balik gerbang kesengsaraan tersebut.&ld
Di sisi depan pas di bawah altar singgasana kerajaan. Mas Hasan Jaelani terus bertarung sengit menghadapi puluhan anjing setan dengan pimpinan para anjing. Adalah Jenggrana yang berbentuk tubuh manusia namun berkepala anjing. Bertelinga panjang dengan moncong mulut dan gigi yang tampak runcing-runcing serta terus mengeluarkan lendir racun dari sela-sela moncongnya.Walau hanya berwujud ruh namun Mas Hasan masih sanggup meladeni serangan-serangan anjing setan yang tentu juga berwujud arwah anjing gentayangan pula. Mas Hasan terus melontarkan pukulan-pukulan petirnya namun anjing setan tiada habisnya berdatangan.Dalam Hati Mas Hasan kalau dia tak mengalahkan sang anjing panglima Jenggrana tentu para anjing setan tiada hentinya terus bermunculan karena itulah kelebihan mereka mati satu hidup lagi menjadi dua.Mas Hasan Jaelani terus melompat mundur sambil terus melirik ke atas altar singgasana. Dimanah di samping singgasana terdapat sebuah tempat dengan tiang-tian
Suram di atas langit mendung tak lagi terlihat hanya gelap dan gelap apakah ini kiamat. Mata kecil dari seorang kecil tertumpuk beberapa bangkai manusia mencoba menerka apa yang terjadi namun yang ia lihat hanya kepala terputus, tangan terputus atau kaki terputus. Dia ingin berteriak tapi tiada manusia di sekitarnya.Tangan itu mulai meraih sesuatu di sampingnya entah tulang-belulang atau kayu usang dilumuri darah entah. Sedangkan kakinya mulai gemetar mencoba berdiri dengan segala tenaga tersisa namun terus terjatuh terpeleset genangan air yang tak lagi hitam namun kentalnya merah.Akhirnya jemari kaki mungil miliknya mampu tegap berdiri dengan ribuan usaha. Akhirnya mata redup, sayup kecilnya mulai memandang sekitar. Aduh elok kotaku bagai reruntuhan kota mati dan si mati bergelimpangan bagai pepes ikan pindang yang dikerubungi lalat dan ulat.Tubuhnya masih kecil, tangannya masih kecil, kakinya masih kecil berjalan tertatih di antara dentuman dan ledakan yang
Jaka yang tak tahu arah serta tak tahu lagi mana lawan mana kawan, karena begitu marahnya tengah mengamuk hebat membuat seluruh bala tentara lima kota maupun pasukan setan menjauh darinya. Iya semakin tak terkendali segalanya di libas tanpa ampun dengan api kemarahannya yang tengah berkobar hebat.“Mbah Raji bagaimana ini Jaka kalau sudah seperti ini tak bisa dikendalikan lagi. Jangan sampai keadaan kita yang sudah unggul berbalik kalah kembali sehingga kota tak bisa kita selamatkan lagi,” teriak Gus Bari seraya terus memukul beberapa setan di sekitarnya hingga hancur lebur.“Aku pun tak tahu dan tak mengerti harus berbuat apa Gus,” ujar Mbah Raji yang terus melontarkan kertas mantra dengan sebuah katapel andalannya.Lalu bayangan Dava melesat ke depan menghampiri sang kakak Jaka yang terus mengamuk. Mencoba menenangkannya dengan terus mengingatkannya tentang beberapa hal agar ia tersadar kembali.Sedangkan Adi Yaksa tengah mengamb
“Ayo Mas...!” ucap Dava seraya berdiri dan mulai mengubah dirinya ke dalam mode api hijau yang sangat besar seketika meluncur lurus ke depan menuju ke arah gerombolan para setan durjana.Hwaaa,Teriak Jaka saat mode super api amarahnya aktif kembali kali ini lebih besar dari biasanya. Nyala apinya pun berwarna hitam bukan merah ataupun kuning.“Ayo Nak?” ucap Jaka seraya melirik Wahyu yang hanya tersenyum bangga melihat sang Ayah yang kembali pulih seperti semula bahkan jauh lebih kuat.Slap,Dengan sekali bentakan kaki kanan melesatlah jaka ke atas jauh ke langit. Lalu turun kembali begitu cepat menukik ke bawah bagaikan meteor jatuh dari langit yang terkena atmosfer dengan nyala api membara.Duar,Terdengar suara ledakan jatuhnya Jaka pas di tengah-tengah kerumunan prajurit siluman. Pas tepat jatuh di depan Adi Yaksa. Terlihat Jaka berdiri begitu gagahnya menantang sang raja kegelapan Adi Yaksa dengan mode su
Sebelum lenyap seluruhnya Adi Yaksa sempat memberikan ancaman. Pada Jaka yang tengah berdiri di depannya dan belum memadamkan api amarah di tubuhnya.“Hai kalian para penghuni lima kota ada saatnya kelak penerusku datang. Iya lebih sadis, lebih kejam bahkan lebih kuat dariku karena iya dari bangsa kalian dan dilatih sendiri oleh sang raja diraja dari kegelapan yaitu ayahku sendiri,” teriak Adi Yaksa dengan ancamannya lalu musnah terbakar dan lenyap seketika.“Maka saat itu tiba generasi kami lebih mumpuni lagi dari kami yang sekarang itu janjiku,” jawab Jaka dengan teriakan pula.Lalu Jaka terduduk pada sebongkah batu mode api amarahnya perlahan menghilang. Diraihnya sebungkus rokok yang hampir habis dan terlihat lecek agak basah. Disulutnya sebatang di bibirnya yang telah pucat-pasih kelelahan.Asap kemenangan sebatang rokok mengepul perlahan ke udara di sambut teriakan takbir, tahmid dan Alhamdulillah dari berbagai sudut ruang au
Tiga puluh hari dan tiga puluh malam tepat sudah pertempuran sengit medan api membara duel antara para setan dan manusia di area kota Jombang berlangsung. Pagi ini saat matahari terbit kembali sempurna setelah tiga puluh hari lamanya seakan tiada sinar surya di kota ini. Kini kembali terang awan gelap yang menyelimuti kota telah berangsur menghilang.Tembok penyekat kabut dinding penghalang di sepanjang perbatasan telah menghilang seketika saat Adi Yaksa di habisi. Hujan gerimis aneh yang tak kunjung reda selama sebulan penuh kini telah berhenti petir yang selalu menyambar tak tentu arah kini sudah hilang.Kota Jombang kini kembali hidup ceria lagi setelah gelap sempat menjadi raja di sana, setelah suram dan muram tiada tanda kehidupan sangat terasa dan bau anyir darah dimana-mana. Kini para warga saling gotong royong dengan para aparatur negara membersihkan puing-puing sisa perang untuk berbenah kembali untuk menghidupkan kembali geliat kota Jombang.Pagi ini s