Share

Wajah Penuh Dendam

“Cuaca buruk, Maia.”

“I know,” cetusnya perlahan. “Di sini sering hujan dengan petir seperti ini?”

“Hampir selalu. Begitu sering sampai kadang aku bisa hafal polanya,” kata Dimas sampai akhirnya ia selesai memarkir kendaraan. “Kau mau mampir dulu ke tempatku?”

Maia tidak berprasangka apa-apa atas tawaran Dimas. Tapi sikap diamnya membuat Dimas perlu untuk buru-buru menjelaskan maksudnya.

“Aku ingin kau bertemu Niken dahulu.”

Maia tersenyum kaku. Duka masih belum sepenuhnya sirna dari wajah ovalnya.

“Tentu.”

Mereka turun dari kendaraan dan berlari-lari kecil di tengah hujan yang mulai turun. Begitu tiba di unit tempatnya tinggal, Dimas baru mencoba mengetuk pintu ketika tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Maia pun melihatnya.

Gagang pintu hancur.

Dimas memburu masuk. Dengan panik ia berte

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status