“k-kau… di sini!” imbuh Li Jancent.“Nyonya memintaku datang ke sini!” Jawab Niu Nuan seranya mencoba tetap tenang.“Jadi kau sudah tahu tugasmu apa?” tanya sarkas Li Jancent.Fang fang tidak memberitahukan secara jelas, hanya mengatakan ‘ini adalah saatnya balas budi’ dengan sedikit meragu, dia pun mengangguk pelan. Li Jancent memijit-mijit pelipisnya sembari berkata dalam hati, “Ternyata dia tidak sepolos seperti yang aku kira!”Li Jancent mengangguk-anggukan kepalanya, sembari sedikit menyeringai lalu dia mulai membuka kancing kemejanya satu persatu, kepalanya sedikit pening karena sedari tadi minum beberapa gelas alkhol.Li Jancent menundukan kepalanya seraya berbisik di daun telinga Niu Nuan, “Aku tidak akan menahan diri, jangan salahkan aku!”Niu Nuan mengernyitkan alisnya seraya berpikir, “Apa maksud perkataannya!”Li Jancent langsung menarik Niu Nuan dari sofa dan melemparkannya ke ranjang besar di kamar itu. “Ah, Tuan… apa yang mau kau lakukan!”“Bukankah ini yang kau mau!”
Niu Nuan menyadari jika Fang Fang menangis dalam diam. Tapi, dia juga tidak bisa bicara banyak. Situasi saat ini adalah situasi berat bagi mereka. Terkadang terlalu mencintai seseorang bisa menjadi sebuah racun. Meski rasanya sakit, tapi harus bisa menahannya. Terlalu cinta, terkadang bisa membuat kita menjadi melakukan hal yang tidak masuk akal, persis seperti orang yang baru saja hilang akal.“Nah, sudah selesai!” imbuh Fang Fang sembari menutupi tubuh Niu Nuan dengan handuk lalumembawanya keluar dari kamar mandi.Langkahnya terhenti ketika melihat noda darah di sprei ranjang putih. Fang Fang pun tersenyum. Setidaknya tadi malam, suaminya baru saja tidur dengan gadis baik. “Ayo, berpakaian setelah itu kita pulang!”Di kamar suite yang lain, Nona Xi nampak tidak puas dengan seratus juta yang baru saja diberikan. “Eum, apa kau tahu siapa gadis yang dikamar lainnya?”“Mohon Maaf Nona tentang hal itu bukan sesuatu hal yang harus Nona ketahui dan urus. Seratus juta sudah terkirim ke rek
William pun menghela napas, melihat flu berat yang sedang diidap oleh Mayleen dia pun memilih meninggalkan kamar suite itu. Baru berjalan beberapa langkah, dia melihat sebuah gaun indah yang digantung.William mencabut kertas tulisan tangan yang tertempel di baju itu. “untuk kencan buta, tersayangku. Semangat!”“Kencan buta!” gumam pelan William sembari melemparkan pandangan sinis kepada Mayleen.William meremas kertas itu lalu membuangnya ke tempat sampah. “LIhat bagaimana nanti aku mengurusnya!” imbuh kesal William.William memutuskan menunggu sampai Mayleen tertidur barulah dia akan pergi. Tiba-tiba ponsel Mayleen bergetar. William melihat nama yang tertera. “Xu’er!” gumam pelannya. Xu’er memutuskan untuk membawa Oliver tidur di kamarnya, khawatir jika Mayleen menularkan Flu pada Bintang Kecil mereka yang sedang bersinar. Jadi dia menelpon Mayleen untuk mengabari.William membawa ponsel itu ke luar kamar, dia menekan tanda tombol jawab. “Sayang, apa sudah minum obat. Esok jam tuj
TIGA TAHUN YANG LALU"Brak" terdengar tendangan pintu di salah satu kamar rumah sakit. Li Jancent berdiri di sisi ranjang Li Mayleen. Baginya sudah menyelamatkan nyawa adiknya ini, maka dia sudah tidak kekhawatiran terbesarnya lagi. Li Jancent sudah siap menerima resiko terbesar, namun itu sepadan asalkan Li Mayleen selamat.Gu William langsung saja memberikan pukulan keras ke perut Li Jancent. Gu William memandangi Mayleen yang masih terpucat. "Bawa dan pindahkan dia!" perintah William kepada beberapa staff dokter. "Apa yang mau kau lakukan kepadanya? lepaskan dia!" pekik Li Jancent seraya mencoba berdiri menahan sakit. Namun Gu William sekali lagi memukul Li Jancent, "aku akan menikahi adikmu, dan akan memastikan dia hidup seperti di neraka!" ancam William. "Dan kau, aku akan memastikan kau akan tinggal membusuk di penjara untuk waktu yang lama," tukas William lagi.Bagi William, Li Jancent dan Mayleen adalah orang yang bertanggung jawab atas kematian Lisa, karena Li Jancent ment
Tubuh Mayleen seakan membeku tidak bisa bergerak, selama ini hatinya sudah mengijinkan suaminya ini memiliki banyak selir, selama dia tidak melihat langsung apa yang sedang mereka lakukan. Tapi kali ini tepat di depan matanya Mayleen melihat rambut William yang berantakan, dasi yang sudah terlepas dan juga beberapa kancing kemeja yang terbuka."Maaf Direktur Gu, jika aku menggangu," ujar Mayleen seraya membalikan badannya dan bergegas pergi. Namun baru beberapa langkah menjauh, William malah telah menangkap tubuh Mayleen, "kata siapa kau boleh pergi," ujar William."Bukankah kau dan Nona Reina…" ujar Mayleen terbata."K-kalian teruskan saja, anggap saja aku tidak ada," tukas Mayleen."Sudah mengganggu kesenanganku, dan sekarang mau pergi," bisik William seraya menggigit telinga Mayleen. William malah menarik Mayleen masuk ke dalam kamar utama, lalu menutup pintu dan melupakan jika ada Reina disana. William melemparkan tubuh Mayleen di ranjang besar di kamar itu. Mayleen meronta ker
William melepaskan kungkungannya dari tubuh Mayleen, dan pergi meninggalkannya begitu saja. Mayleen terduduk simpuh di lantai. Mayleen memegangi dadanya seraya berpikir jika jantung ini tidak ada di tubuhnya, maka saat ini dia pasti sedang bersenang-senang dengan kakak-nya menikmati hidup meski harus berjuang untuk sehat.Mayleen, menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar suara tangisannya tidak terdengar. Hatinya begitu sakit menjalani hari-hari bersama William dan bahkan terkadang harus berbagi ranjang dengannya, itu terasa seperti sedang berbagi ranjang dengan iblis.Mayleen mengeluarkan kunci mobilnya dari dalam tas-nya lalu langsung saja pergi melajukan mobilnya menuju ke rumah keluarga Li dulu. Jika sedang merindu maka terkadang Mayleen berkendara jauh-jauh ke rumah lamanya, hanya untuk memandangi dan mengenang masa-masa manis bersama keluarganya. Rumah itu, semenjak Li Jancent di penjara sudah bukan milik mereka lagi. Setelah puas menatapi, barulah Mayleen kembali ke rumah u
Mayleen masuk ke ruangannya dan melemparkan berkas laporan tadi keatas meja kerjanya. Meyleen berdiri menghadap jendela, di luar sedang hujan deras, jari-jari lentik Mayleen bergerak mengikuti arah air yang terjatuh di jendela. Kepala Mayleen terasa panas, lalu dengan impulsifnya mayleen melepaskan sepatunya, stockingnya dan juga blazernya. Mayleen melepas kuncir kudanya dan menggerai rambutnya. Dia pergi keluar dari ruangan dan menaiki lift menuju ke roof top. Gu Hansen melihatnya dan segera saja menyusul Mayleen. Diatas roof top, Mayleen merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya kelangit. dia mulai menangis, betapa pun berusaha menguatkan hati, namun lagi-lagi selalu saja William bisa membuatnya menangis.Tiga tahun tinggal bersama, terkadang berbagi ranjang, betapa pun Mayleen tidak menginginkannya tapi William adalah pria pertama yang menyentuhnya. Malam pertama yang bahkan si pria tidak sadar jika itu adalah benar-benar malam pertama Mayleen bersama dengan seorang pria
Mayleen memijit-mijit alisnya, "sungguh pasangan yang serasi," gumam Mayleen merutuki Reina dan William.Dirinya pun merebahkan diri di ranjang besarnya itu, air matanya terjatuh memikirkan kakaknya yang pasti sekarang tidur dengan tempat tidur kecil dan kasur yang tidak nyaman. Keluarganya benar-benar telah dihancurkan oleh William. Mayleen adalah Nona Muda dari keluarga Li, meski tidak sekaya dan sekuat keluarga Gu, namun keluarga Li juga bukan keluarga yang kesusahan. Pabrik pengalengan buah warisan dari orang tua mereka berjalan cukup baik, sementara kakaknya adalah dokter bedah jantung terbaik yang memiliki wajah tampan dan karir yang cemerlang, jenius di bidangnya. Namun sekarang semua itu telah menjadi pecah berkeping-keping tiada sisa semenjak jantung Lisa ada di dalam tubuhnya dan memompa segala gerak dan nafas dalam tubuhnya.Meski merutuki William namun Mayleen harus tetap bersikap patuh dan baik, semua itu hanya demi Li Jancent yang telah menukar hidupnya untuk dirinya. J