"Zak, gimana? Kamu sanggup 'kan ngurus kelincinya?" Reni mendekati Zaki yang tengah sibuk membersihkan kandang kelinci-kelincinya itu. Jika malas membersihkan, dijamin baunya akan sangat pesing.
"Iya, Kak. Zaki seneng kok. Ini indukan yang Kak Reni beli baru hamil. Jadi mungkin akan segera beranak." Reni sangat senang melihat semangat Zaki yang menggebu. Dia beruntung mempunyai adik seperti Zaki.
Melihat kelinci-kelinci itu membuat Reni melupakan masalah yang dialaminya. Dia sendiri tak mau ambil pusing dengan kehamilan selingkuhan Dani. Itu urusan mereka berdua.
Saat ini dia hanya fokus pada dirinya sendiri dan anak yang dikandungnya. Dan juga usaha yang dia rintis bersama Zaki.
"Oh, iya Kak. Kemarin Zaki ketemu Paman Rinto. Beliau mau menampung kelinci-kelinci ini seandainya sudah siap konsumsi. Ternyata Pama
Ikuti terus kelanjutan Madu Untuk Istriku, akan tambah greget.
Sejak saat Reni menelpon Dani untuk terakhir kali, suaminya itu belum menghubunginya lagi. Sudah sekitar tiga hari, Reni memutuskan untuk tidak peduli.Biarlah Dani sibuk dengan dunianya, dan dia akan menciptakan dunianya sendiri. Dunia indah untuknya dan calon anaknya kelak. Tak peduli lagi dengan apa yang akan ditempuh Dani.Mungkin Reni hanya diam, tapi jika memang Dani nekat menikahi Tari tanpa seijinnya, dia tidak akan tinggal diam. Langkah yang diambilnya, dia rasa sudah tepat. Seandainya dia mengijinkan Dani dan Tari menikah, malah dia akan membuat dosa zina mereka tersamarkan. Bagaimanapun wanita hamil tidak sah dinikahi.Jika Dani bersikeras menceraikannya pun, dia tidak akan langsung menerimanya. Bukan karena dia masih menginginkan suaminya, hanya saja dia tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah
Dani dan Tari kembali merajut kasih. Sudah kepalang tanggung bagi Dani. Tari tentu saja merasa bahagia. Kesempatannya mendapatkan Dani tinggal selangkah lagi."Mas ...." Keduanya kini tak malu-malu lagi menampakkan kemesraan. Seperti saat ini di kantin. Dengan suara manja, Tari memanggil kekasihnya itu."Apa?" Mereka berdua duduk berhadapan, menyendiri di pojok kantin.Bagi yang mengenal Dani, tentu saja menjadi sebuah pertanyaan. Apa hubungan keduanya, sedang Dani sudah beristri.Baik Dani maupun Tari sudah tidak peduli jika digunjingkan. Benar-benar urat malunya sudah putus."Aku pengen, deh. Makan mangga muda." Betapa wanita itu pintar sekali membuat suara yang menggoda.Dani yang pintu hatinya kembali tertutup oleh dosa, tentu saja gemas mendengarnya.Pria itu mencubit hidung Taru sambil tersenyum."Aw ...!" Bukannya ma
“Kamu ada masalah ya sama Dani, Ren?” Saat ini Yanti dan Reni sedang berada di dapur. Mendengar pertanyaan ibunya, membuat Reni menghentikan aktifitasnya mengiris kacang. Hari ini, Reni sangat ingin memakan oseng-oseng kacang hasil masakan ibunya.“Nggak ada apa-apa kok, Bu.” Bohong? Tentu. Reni tak ingin menambah beban pikiran orang tuanya dengan masalah rumah tangganya.Masalah orang tuanya sudah berat, karena masih harus menyekolahkan Zaki. Dasarnya Reni merasa malu jika kedua orang tuanya tahu tentang kelakuan Dani. Bagaimanapun menikah dengan Dani adalah keinginannya, meski awalnya orang tuanya tidak menyetujui karena pekerjaan Dani yang masih serabutan.Tapi dengan keras kepala, Reni meyakinkan ibunya bahwa semua akan baik-baik saja. Memang perasaan seorang ibu sangatlah tajam, seolah mampu meramalkan masa depan. Mungkin bukan masalah uang yang saat ini Reni hadapi, tapi lebih dari itu
"Aku ... akan bertahan dulu, Sya. Demi anakku. Jangan sampai Tari kegirangan karena bisa merebut milik orang lain. Aku akan memisahkan mereka dulu, baru kemudian akan kutinggalkan Mas Dani. Bagaimanapun rasa sakit ini takkan mungkin dapat terobati!"Perasaan Reni benar-benar hancur lebur. Kecewa? Sudah pasti. Siapapun pasti akan sangat kecewa jika menjadi dirinya. Sakit hati? Jangan ditanya, rasanya merasuk hingga ke sum-sum tulangnya."Sebagai sahabat aku hanya bisa bilang sama kamu untuk sabar. Maaf aku nggak bisa bantu kamu apapun." Suara Tasya terdengar lirih. Sebagai orang luar, dia memang tidak bisa terlalu ikut campur. Hanya sebatas memberi tahu Reni tentang Dani dan Tari. Tidak lebih."Ini sudah lebih dari cukup buatku, Sya. Aku sudah sangat berterima kasih atas informasi ini. Aku jadi bisa mengetahui tentang kebejatan Mas
Sore hari Dani baru bangun dari tidur panjangnya setelah pertempurannya semalam. Pria itu nyaris seperti pingsan karena sama sekali tidak terbangun dalam tidurnya.Rencananya, sore ini dia akan menemui Reni dan membicarakan kembali tentang Tari. Bagaimanapun Reni harus menyetujui pernikahan mereka, karena Tari juga tengah mengandung anaknya, darah dagingnya.Setelah mandi, Dani segera mengeluarkan motornya untuk menemui Reni yang saat ini tengah berada di rumah orang tuanya."Mau kemana lagi, Dan. Rasa-rasanya nggak pernah di rumah." Melihat anak laki-lakinya yang mulai sering tidak di rumah, memunculkan pertanyaan sendiri di hati Halimah. Malam mulai sering tidur di luar, jika liburan juga tidak pernah di rumah seharian`Awalnya dia mengira Dani menemui istrinya di rumah orang tuanya, tapi berita yang dia dengar dari saudaranya menjadi sebuah tanda tanya besar baginya.Saat nyum
"Terus mau kamu apa,Mas?" Reni benar-benar kehabisan kesabaran menghadapi suaminya itu. Bagaimana dia menggunakan otaknya untuk berpikir. Dia saja tidak bisa menghargainya sebagai pasangan, masih saja menginginkan sebuah penghormatan.Seorang suami sudah sewajarnya memberi contoh yang baik dalam keluarganya, bukan sebaliknya. Masih mengedepankan hawa nafsu dalam semua perbuatan."Aku mau kamu mengijinkanku menikahi Tari, Ren." Suara Dani sedikit melunak, dia sadar masih harus mengambil hati Reni.Reni mengambil nafas panjang.Yang dipikiran Dani ternyata cuma itu. Bahkan dia tidak bertanya tentang kehamilannya.Tak sedikit pun raut cemas di wajah Dani akan kondisinya."Rupanya kamu sama saja, Mas." Reni benar-benar kecewa. Bagaimanapun dia mengandung anak sah dari lelaki di hadapannya itu. Bukan sekedar anak hasil perzinahan."Maksudmu?" Dani tidak mengerti dengan apa yang dimaksud
Dani terus bertanya dalam hati, dari mana kiranya Reni bisa tahu masalah itu. Apa Reni diam-diam telah menyuruh orang memata-matainya? Tapi, siapa?'Kemarin sepertinya Tari bilang kalau Tasya itu teman Reni. Apa mungkin dia?' Pikirannya mau tak mau mencari kambing hitam."Sayang ...." Kembali Dani mengguncang pelan bahu Reni. Dia sendiri tak tahu perasaaan apa yang dia miliki untuk Reni. Yang pasti dia masih mencintai istrinya itu.Reni hanya terus menangis. Mungkin segala emosi yang dia pendam beberapa hari ini b\ru meluap sekarang. Saat ia melihat suaminya."Aku tahu aku salah, Mas khilaf. Jika Mas tahu kamu lagi hamil, Mas nggak mungkin menggoda Tari, Ren," ucap Dani frustasi. Alasannya adalah anak hingga dia berani berselingkuh."Makanya Mas, kalau berbuat itu mikir dulu akibatnya. Kalau sudah gini, kamu mau apa?" Rasanya Reni benar-benar ingin membuang laki-laki itu ke laut, agar dimakan ikan hiu.Dani menunduk, dia merasa bers
"Kamu harus ceria, Ren." Reni tersenyum di depan cermin. Dia memoles wajahnya dengan bedak tipis, memberikan kesan alami pada wajah cantiknya.Setelah pertengkarannya semalam dengan Dani, Reni berjanji untuk tidak menangis lagi. Sayang air matanya jika harus keluar untuk lelaki brengsek macam Dani.Hari ini wanita hamil itu berencana bertemu dengan teman sekolahnya dulu. Reni berpikir jika di rumah terus-terusan, hanya akan menambah luka di hatinya.Dia harus bangkit dari keterpurukan yang Dani ciptakan. Demi dirinya sendiri dan janin yang dikandungnya."Mau ke mana, Ren?" Melihat putri sulungnya terlihat begitu rapi dan memakai riasan wajah. membuat Yanti bertanya-tanya. Tak biasanya putrinya itu tampil begitu cantik. Hatinya menjadi was-was akan perubahan sikap Reni dan juga pertengkaran dengan Dani semalam."Ketemu temen, Bu," jawab Reni dengan raut wajah berseri."Bukan laki-laki 'kan, Ren?" Yanti berharap kecurigaannya tidak benar