"Yes, dapat!"
Tangan terampil Giandra menyentuh ikan bakar yang tinggal satu-satunya di rak supermarket, lalu dibawanya ke dalam dekapan. Jika tidak, bisa saja ikan tersebut bisa pindah tangan ke wanita yang berbibir tebal yang juga berjuang memburu diskon di tempat itu."Mbak, pake sopan santun dong kalau belanja. Itu ikan, aku duluan yang memergoki, kenapa situ yang main rebut aja?""Maaf, ya, Mbak. Tapi aku duluan yang ambil berarti ini jadi milikku. Di sini bukannya siapa cepat dia yang dapat?" Gian masih ngotot dan mempertahankan haknya. Dia tak peduli dengan mata melotot yang ditampilkan wanita gendut yang ada di hadapannya."Tapi aku duluan yang melihat ikan ini dari kejauhan. Baru mau aku ambil, eh, situ mau nyambar aja. Memangnya situ tidak pernah diajarkan cara berbelanja yang baik dan benar. Tidak pernah belajar antri atau ....""Eh, Mbak. Kalau bicara itu difilter dulu. Mana ada aturan baku cara belanja yang baik dan benar. Di"Hei, kadar kecantikan yang kamu miliki sekarang berkurang jika pasang wajah seperti itu terus."Pria berdarah Jerman Sunda itu terus menggoda sembari menarik hidung bangir yang melekat di wajahnya. Kedekatan fisik seperti itu sudah sering dipraktikkan lantaran Gian sudah menganggap Jacky sebagai sahabat sekaligus penyelamat hidupnya."Senyum dong." Kedua jari Jacky menarik sudut bibir hingga membentuk lengkungan. Terpaksa, Gian menyunggingkan senyuman sebab ia tak mau menjadi tontonan gratis penghuni unit yang tak sengaja melintas ke daerah lobi."Besok sore ada acara ulang tahun anaknya Tante Mirna jam tiga. Aku jemput jam satu, oke?"Secercah senyuman kini terbit dengan tulus di bibir ranum wanita tersebut. Mendapat jemputan agar dapat memangkas pengeluaran dan pekerjaan yang dapat menghasilkan cuan."Iya, besok jadwalnya hanya membawakan acara itu, kan?"Pria itu mengangguk dan mengusap kembali puncak kepalanya. Jac
"Kamu seharusnya jaga jarak dengan pria lain karena statusmu adalah istri orang sekarang."Di dalam lift, hanya ada mereka berdua. Darren buka suara setelah sekian detik hening memeluk ruang sempit tersebut. Masih sama, pria itu tidak menoleh, hanya memperhatikan wanitanya dari pantulan pintu stainless."Istri? Hanya istri kontrak, kok. Tidak begitu pengaruh dalam kehidupanku." Gian merasa sedikit risih atas pengakuan status istri yang diucapkan lidah Darren dengan gamblang. Selama ini, dia mengira dirinya bukanlah istri yang diinginkan. Namun, mengapa tiba-tiba pria itu berucap hal yang membuat gendang telinganya geli."Istri kontrak dengan pernikahan sah di mata agama. Kamu harus paham itu."Sahutan Gian berhasil membuat Darren berpaling dengan tatapan tajam, kupingnya panas seketika mendengar kalimat yang menggampangkan sebuah pernikahan. Namun sayang, tatapan Darren tak disambut, lantaran lawan bicara sudah membuang muka terlebih dah
"Pak, malam ini ...."Gian terpaksa memenggal kalimat yang sudah ada dalam benaknya kala lawan bicara itu berdiri. Refleks pula Gian mundur dua langkah karena terkejut dan belum siap dengan apa yang akan dilakukan Darren.Belum bersuara sama sekali, dahi Darren terlipat dan iris mata mendetail tubuh wanita yang ada di depannya dari atas kepala sampai ujung kaki. Entah apa yang sedang ia pikirkan, Gian tak berani menebak. Namun, wanita itu percaya diri dengan kemolekan lekuk tubuhnya akibat sering diet malam. Ditambah rambut halus yang sengaja digerai dipadukan dengan dress mini yang warnanya sangat mencolok mata. Ia yakin tak ada satu pun buaya darat akan menolak pesona belahan daging di dada yang tampak menantangnya."Malam ini aku tidur di luar dan kamu tidak perlu repot-repot memakai pakaian yang akan membuat kamu masuk angin. Aku sama sekali tidak tertarik dengan apa yang kamu kenakan sekarang. Kamu bukan tipe aku." Pria itu menggeleng dan te
Gian membuka mata dan refleks duduk dengan bermandikan keringat di seluruh tubuh. Napasnya terburu-buru, sesak mulai dirasakan. Jantung pun berdetak sangat keras, menghentak mendobrak dada."Kenapa aku mimpi ini lagi?"Punggung tangan itu mengusap pelipis yang dipenuhi bulir air. Sorot mata menyapu sekeliling, ingin memastikan kalau ia sedang berada di kamar. Bukan di sungai seperti yang ia lihat di alam mimpi tadi. Menyeramkan sekali. Mimpi seperti itu memang kerap menghampiri. Jalan ceritanya hampir mirip. Seorang pria yang tak terlihat wajahnya mengejar hingga ia sampai di depan sungai. Selanjutnya, ia akan terbangun dan tak tahu kelanjutannya. Apa ia tertangkap atau menceburkan diri ke dalam sungai? Gian tak berani menebaknya.Kini, ia sadar pagi sudah meninggi. Cahaya matahari mulai mengintip di sela-sela gorden. Penyuka pedas itu pergi ke balkon untuk menikmati suasana langit jingga di ufuk timur, tampak matahari masih malu-malu di sana. Pe
"Kamu selalu cantik, Gi."Gombalan itu mendapat cubitan di lengan Jacky. Entah mengapa, Giandra punya kebiasaan mencubit kepada siapapun jika dirinya merasa malu. Pun menganggap pujian Jacky barusan adalah hal yang biasa. Dia kerap mendengar pria itu mengucapkan kata 'cantik' kepada setiap wanita yang ditemui. Giandra tahu kalau Jacky memang selalu ramah dan baik kepada semua orang.Acara ulang tahun cukup meriah dibawakan Giandra dan Jacky sebagai MC-nya. Mereka adalah kolaborasi yang sangat serasi. Giandra yang ramah dan pintar sedangkan Jacky yang kocak dan supel. Banyak di antara klien sering menjodohkan mereka. Namun, kedua insan itu menanggapinya dengan tawaan dan guyonan."Iya, aku sudah melamar Gian. Kalian tunggu saja undangannya, ya.""Jangan lupa hadiah pernikahan kami berupa tiket pesawat dan hotel di pantai Maldives, ya." Giandra pun ikut menimpali dengan lirikan mata manja.Setelah kliennya pamit dan berlalu, Jacky maupun Gi
"Gi, kamu dari mana, sih? Dari tadi aku hubungi tapi tidak kamu balas. Sibuk seharian?" Emma yang terlebih dahulu menoleh pun menghampirinya."Iya, maaf, aku belum sempat. Tadi, tuh, aku ...."Giandra tidak mau menjelaskan ke mana dirinya pergi. Bukankah di surat perjanjian itu tertulis untuk tidak mengusiknya di hari pekan? Hanya di hari itu, dia bebas melakukan apa pun terutama saat dia bekerja paruh waktu sebagai pembawa acara, model atau SPG."Tadi itu siapa? Teman? Teman baik? Sepertinya aku sering lihat dia menemui kamu. Apa dia pacar kamu?""Bu-bukan. Dia pemilik EO, eh, rekan kerja. Iya, dia teman. Iya, teman." Saking gugup, Giandra berbicara tak beraturan tatkala melirik ke arah Darren yang dari kejauhan seolah sedang menengok ke arahnya. Posisi itu masih duduk di sofa sana dengan gawai berada dalam genggamannya."Oh, gitu."Emma tampak tak begitu peduli status pria tadi, pun mengapit lengan Gian, lalu membawan
Sampai di apartemen, Giandra menemani Emma yang mengambil jus kemasan dari kulkas untuk suaminya. Sementara Darren duduk di ruang tengah, menatap benda canggih yang ada dalam genggamannya. Sedikit curiga dengan raut wajah Emma yang sepertinya merencanakan sesuatu tetapi Gian tidak sempat bertanya. Diri itu merasa terusir saat dia diminta untuk mandi dan bersiap-siap. "Beres." Senyuman Emma merekah seketika setelah meletakan beberapa butir es batu ke dalam gelas tersebut."Kamu siap-siap, ya."Emma mengedipkan mata setelah berucap dan meninggalkannya sendiri di dapur. Meski rasa penasaran menggulung di dalam rongga dada, Gian pun mencoba masa bodo. "Mas, ini diminum dulu." Gelas berisi cairan merah muda pun terulur dan tangan kekar Darren mengambil."Makasih," ucapnya sembari memberi senyuman tipis, lalu meneguk sedikit demi sedikit hingga hampir habis.Emma menarik salah satu sudut bibir dan puas ketika melihat suaminya menghab
Awalnya, perempuan 165 centimeter itu melakukan penolakan, tetapi tenaga Darren lebih besar hingga pria itu dengan mudah menindihnya. Akal sehat Darren menurun detik berikutnya. Dia menyambar bibir dan leher Giandra, yang terpaksa harus menerima luapan si suami yang siap meledak. Kata maaf yang terucapkan oleh lidah Darren, sanggup menambah kepasrahan dan menghentikan penolakan Gian."Maaf, maafkan aku!" Terdengar lirih tapi tulus.Tidak ada kenikmatan seperti yang dirasakan pasangan suami istri yang baru pertama kali melakukan hubungan bercinta. Lantaran gelora yang dipengaruhi obat membuat sikap Darren sedikit kasar. Yang dirasakan Gian hanyalah nyeri karena organ itu terkoyak paksa. Cepat, cepat sekali kejadian itu. Peristiwa yang seharusnya terjadi di malam pertama pun terjadi juga. Selesai mengeluarkannya, Darren langsung tertidur tanpa bertanya keadaan dan perasaan istri kedua. Lelah, itu yang dirasakannya sehingga si wanita penyuka permen lollipop