POV JAKAHari ini adalah hari putusan sidang ceraiku dengan Kinan, hari yang sebetulnya tidak ingin aku lewati. Kalau bisa ingin kuhilangkan saja hari ini agar tidak ada lagi putusan cerai dengan Kinan. Aku menyesal sudah menyakitinya, semakin kesini aku merasa Saskia tidak ada apa-apanya dibandingkan Kinan yang sempurna.Kekurangan Kinan hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan. Dan kekurangannya itu justru menjadi satu-satunya kelebihan Saskia.Aku berangkat sidang hari ini ditemani oleh keluargaku termasuk Saskia yang keukeuh ingin ikut ke dalam sidang putusan ceraiku. Padahal sebenarnya aku tidak ingin mengajaknya karena ingin menjaga perasaan Kinan yang pasti akan kecewa melihat Saskia.Kami sekeluarga sudah datang ke pengadilan agama dari kejauhan kulihat Kinan sudah datang, dia ditemani sahabatnya, Mahira, dan juga seorang wanita paruh baya yang berpakaian rapi. Kurasa itu yanh disebut Kinan sebagai neneknya. Kata ibu neneknya seperti orang peminta-minta, tapi kalau kul
"Kinan hamil Bu," akhirnya Jaka memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan dari ibunya.Tidak mungkin, tidak mungkin menantu mandulku itu hamil, batin Bu Lina sembari menunjukkan dengan jelas wajah terkejutnya."Jangan bercanda Jaka, tidak mungkin Kinan hamil. Kamu sudah menikah sama dia empat tahun dan dia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kehamilan kan?" ujar Bu Lina yang tidak percaya dengan kehamilan Kinan."Halah paling itu juga anak dari lelaki simpanannya Mas," celetuk Imel ketika mendengar percakapan dari kakak dan ibunya.Jaka tentu saja tidak negitu saja percaya ucapan Imel karena tertulis disitu usia kehamilannya sudah 15 minggu. Sedangkan Kinan baru saja pergi dari rumahnya sekitar dua bulan lebih, berarti saat Kinan pergi dari rumahnya dia sudah didiagnosa hamil. Timbullah penyesalah dalam hati Jaka. Seandainya dia tidak bermain api tentu saja dia dan Kinan tidak akan ada masalah yang menyebabkan dia bercerai seperti ini. Mereka tentu masih hidup bahagia bersama. "Mas
Tidak terasa kehamilan Kinan sudah menginjak usia hampir 7 bulan. Minggu depan rencananya dia akan mengadakan syukuran 7 bulanan di rumah sang nenek.Setelah perceraiannya, dia sengaja memutus semua aksesnya dengan Jaka. Kinan tidak mau berurusan dengan mantan ibu mertua yang selalu menyudutkannya tersebut. Kinan merasa hidupnya lebih bahagia sekarang dan dia tengah berfokus pada kehamilannya saja."Kinan untuk persiapan acara syukuran semuanya udah beres ya, catering dan souvenir sudah beres, rundown acara juga sudah dibuat oleh pihak event organizer. Apalagi ya yang kurang?" tanya Mahira memastikan."Uang tunai untuk amplop anak panti sudah siap belum?" tanya balik Kinan."Emm sepertinya sudah, kemarin Bu Arini sudah mengatakan kalau soal itu beliau yang akan mengurusi," jawab Mahira sambil melihat catatannya kembali memastikan persiapan acara syukuran Kinan.Kinan berencana mengundang anak-anak dari panti asuhan Bu Hasna dalam acara syukuran 7 bulanannya nanti."Eh Kinan, tahu ngga
Mahira gegas turun ke lantai 1 tempat pertengkaran itu berada. Dan Mahira pun terkejut melihat yang sedang bertengkar adalah Imel, mantan adik ipar Kinan. Dia sedang beradu mulut dengan seorang wanita yang sepertinya seusianya."Kamu ya kecil-kecil udah berani jadi pelakor," suara peeempuan yang sedang marah terdengar samar dalam pendengaran Mahira yang menbuat Mahira mengernyitkan keningnya.Mahira mendekat ke arah keributan yang ruoanya sekarang sudah menjadi tontonan para pengunjung cafe tersebut."Enak aja, Mas Anton ini masih single, ya kan Mas?" sahut Imel tak mau kalah."Eh anu, enggg anuu," pria yang dipanggil Mas Anton oleh Imel tersebut terlihat gagap saat berbicara."Tuh kamu liat dia gugup kan, nih pelakor kalau kamu mau bukti dia suami sahku" sahut si wanita yang segera melemparkan foto kopi buku nikah ke arah Imel."Dan ini buku nikah yang aslinya, masih belum percaya juga kalau dia ini pria beristri," lanjut wanita tersebut seraya menunjukkan dua buah buku nikah ke arah
POV IMELNamaku Imelda Anastasya, anak bungsu dan anak kesayangan di keluargaku. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang selalu royal kepadaku. Hanya saja ketika dia memperkenalkan seorang gadis yang akan dinikahi membuatku seketika merasa tersingkirkan.Ketakutanku sebagai anak bungsu dan anak kesayangan yang terbiasa dimanja dan dituruti semua keinginanku membuatku begitu membenci wanita yang akan dinikahi oleh kakakku tersebut."Kak, nanti aku nggak bisa manja-manjaan lagi sama kakak kalau kakak udah nikah," ujarku mengungkapkan ketakutanku pada Mas Jaka kala itu.Namun rupanya pernikahan mereka tetap terjadi, dan benar saja perlahan posisiku sebagai anak kesayangan perlahan digeser oleh istri kakakku itu. Namanya Kinanti, aku memanggilnya Mbak Kinan. Sebenarnya wajahnya cantik natural dan cukup pendiam dan tidak banyak mengangguku. Namun karena rasa letakutan yang berlebihan membuat kebencianku kepadanya semakin hari semakin bertambah.Apalagi Ibu juga begitu menyayangi Mbak Ki
Mahira gegas kembali ke atas untuk memberikan laporan kepada Kinan."Kinan tau nggak sih," cerocos Mahira seperti biasa."Nggak perlu kasih tau, aku uang ngeliat semuanya kok dari sini," jawab Kinan sembari menunjuk layar laptopnya."Huuhh, padahal mau bergosip," sungut Mahira sambil mencebikkan bibir.Kinan hanya tertawa melihat kelakuan dari sahabatnya tersebut. Kinan sudah bisa menebak pasti Mahira akan membahas soal Imel. Namun Kinan memilih untuk bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu.Kinan melihat kembali ke arah laptopnya, dia melihat Imel sudah bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah gontai."Pasti berat buat Imel saat ini," gumam Kinan.Mahira akhirnya kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda karena insiden pertengkaran tadi. Dia sedang meneliti laporan bulanan dari cafe untuk diserahkan kepada Nenek Arini.Sebenarnya sejak kehamilan Kinan semakin besar, dua sudah dilarang sang nenek untuk ke cafe. Sang nenek menganjur
POV IMELMbak Kinan, wanita yang biasanya terlihat kumal berbaju daster panjang berjilbab lebar, kini terlihat begitu memukau. Gamis yang dikenakannya begitu pas membungkus wajahnya. Kutaksir harga gamis itu cukup mahal.Dan yang lebih membuat aku terkejut Mbak Kinan, wanita yang selalu diam tidak pernah melawan kini terlihat begitu memukau. Argumen yang dilontarkan semua membuatku terhenyak. Siapa yang mengajari kakak iparku hingga bisa berbicara seberani dan setegas itu.Singkat cerita akhirnya kakakku tercinta harus dipenjara, dan lagi-lagi Mbak Saskia kakak iparku yang baru memasang dirinya sebagai tameng untuk melindungi kami sekeluarga.Dan kini yang aku tunggu akhirnya menjadi kenyataan, Mas Jaka resmi bercerai dengan Mas Jaka. Kulihat wajah Mas Jaka yang terlihat begitu sedih ketika akhirnya putusan itu diresmikan oleh hakim. Tapi aku berusaha mengacuhkan itu, karena aku sudah membayangkan hidupku akan menjadi lebih baik karena kakak iparku yang kaya raya.***Kehidupanku seja
Acara 7 bulanan Kinan berjalan dengan lancar dan sukses. Kinan terlihat begitu bahagia berkumpul dengan banyak orang yang menyayanginya. Para tamu pun ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh Kinan."Kinan, kamu istirahat dulu sayang. Pasti kamu lelah sekali setelah seharian beraktifitas kan?" ujar Nenek Arini pada cucu kesayangannya tersebut."Iya Nek, Kinan masih asik ngeliatin bulan nih, bagus banget ya Nek?" tanya balik Kinan."Kamu persis sekali dengan kedua orang tua kamu, Kinan. Mereka dulu sangat suka duduk di balkon ini bercengkerama berdua lalu minum teh sambil menatap indahnya bulan," ujar sang nenek sambil menerawang.Kinan melihat neneknya yang merasa sedih merasa tidak enak."Maaf ya Nek, aku bikin nenek sedih ya? Nenek pasti kangen banget sama mama dan papa, sama aku juga Nek. Kadang aku membayangkan pasti bahagia sekali rasanya kalau mama sama papa masih ada disini nemenin kita," ucap Kinan sambil menunduk."Nggak Kinan, mereka selalu ada disini bersama kita, mun