Andika melepaskan tembakan ke udara untuk menghentikan gerakan seseorang yang terlihat sedang berusaha melarikan diri.Polisi segera mengejar ke arah suara itu."Berhenti atau kami tembak!" Kembali Andika berteriak dengan lantang. Namun orang yang berpakaian serba hitam yang baru saja melompat melalui jendela dati kamar bagian belakan rumah Ranti, sama sekali tidak mengindahkan seruan tersebut."Satu ...,""Dua ...,""Ti ... ga!"Dorrr! Dorr!"Aahhhh ...!" terdengar suara teriakan orang tersebut berbarengan dengan jeritan Bu Diah yang menyaksikan langsung peristiwa itu.Seketika, orang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah yang berwarna hitam pula itu jatuh terduduk sambil memegangi kaki kanannya yang terkena peluru dan mengeluarkan banyak darah.Andika dan anak buahnya segera menghampiri orang tersebut."Siapa kamu!" bentak Andika dan memberi isyarat pada Letnan Ardi untuk membuka penutup kepala orang tersebut.Seketika, mereka semua terkejut melihat wajah yang ada di bali
Ridho mengernyitkan keningnya samar, baru kemudian menjawab dengan tenang."Mau berapa lagi yang Lu eksekusi, Bro?" tanyanya pelan. Tangannya masih sibuk mengelus kepala Si Jago miliknya. Sesaat kemudian dia berjalan ke arah kandang dan melepaskan ayamnya dalam kandang tersebut.Kukkuruyuuukkk!Terdengar suara lantang ayam tersebut, seolah kembali menantang lawannya.Ridho berjalan ke arah Narendra yang mulai terlihat sinis dengan mata merahnya. Sepertinya, minuman berkonsentrasi alkohol tinggi mulai menguasai dirinya."Hahaha! Kalau perlu gue akan buat semua jenis orang kayak gitu mampus di tangan gue!" ucapnya dengan lantang.Ridho yang menyadari situasi itu segera menutup mulut Narendra dengan tangan kanan dan menyeret tubuh sahabatnya untuk segera masuk ke dalam rumah."Gila, Lu! Jangan teriak-teriak di luar. Lu mau semua orang tahu dan dengerin omongan lu yang mulai ngaco! Udah, mending Lu istirahat dulu, deh. Tar kalau udah sadar gue ajakin liat target!" ucap Ridho, mendorong t
PrologDengan mata membara, Ranti menatap nyalang pada beberapa lembar foto yang ada di tangannya.Ada sepuluh lembar foto wanita yang telah diberi nomor dan nama. Sebenarnya foto-foto itu telah ada di tangannya sejak Yuda-suaminya-masih ada di sisinya. Ranti mendapatkannya dengan menyewa seseorang dan menyelidiki suaminya yang mulai berubah kasar saat putri mereka berusia satu tahun. Selain itu, ada Intan sahabatnya yang menjadi istri dari Bos suaminya."Foto-foto siapa, Kak?" Tiba-tiba, Narendra, adiknya telah berdiri di belakangnya."Oh! Ini ... ini foto_," Belum sempat Ranti menyelesaikan ucapannya, Narendra telah merebutnya dari tangan Ranti."Hmmm! Ini pasti foto-foto perempuan penggoda Mas Yuda, kan! Dan ini_?" Narendra memperhatikan dengan seksama."Ya! Khusus nomor dua itu, foto sekretaris kantornya. Intan sengaja menyisipkannya karena berselingkuh dengan Gunawan," terang Ranti.Narendra menggeleng,"Maksudku, nomor sepuluh ini!" Mata pemuda tanggung itu lekat menatap dengan
"Sial! Kenapa ada kucing nyebrang malam-malam begini, sih!" Ranti mengumpat sendiri karena harus mengerem mendadak sast seekor kucing hitam tiba-tiba melompat di depannya.Tak berapa lama, Ranti masuk ke kawasan kompleks tempat tinggalnya.Setelah memasukkan motor maticnya ke dalam garasi dia celingukan seraya mengambil bungkusan hitam dari bagasi motor, seperti takut bila ada yang melihat.Dengan cepat dia membuka pintu dengan kunci cadangan."Kak! Baru pulang?" Narendra tiba-tiba muncul dari kamarnya saat mendengar ada yang membuka pintu."Hhhhrrkk!" Ranti yang baru menutup pintu terkejut dan langsung menyembunyikan bungkusan hitam yang dibawa ke belakang tubuhnya."Oh, iya. Kakak abis nganter pesenan ... lumayan, daripada bayar kurir!" jawabnya sedikit gugup.Narendra menatap sekilas gerakan tangan Ranti, tapi dia berusaha tak peduli."Kamu, kok belum tidur?" tanya Ranti lagi."Belum bisa ti
Tangan Yuda tertahan oleh tangan kokoh yang lain."Hentikan semua kekerasan ini, Mas!" Sebuah bentakan menyurutkan gerakan tangan Yuda, matanya nyalang ... menyorot tajam pada pemilik tangan tersebut."Jangan ikut campur urusan rumah tangga kami, NARENDRA!!" ucapnya memberikan tekanan pada nama adik iparnya."Rumah tanggamu?" Pemuda tanggung itupun tersenyum sinis pada kakak iparnya,"Lalu ... harus aku biarkan kekerasan terjadi di depan mataku, sementara korbannya adalah kakakku satu-satunya?!" teriak Narendra kalap. Padahal biasanya, dia selalu diam dan tak mau ikut campur setiap kali terjadi keributan di antara suami-istri tersebut."Mama!!" Aira menjerit ketakutan menyaksikan semua yang terjadi di depan matanya. Usianya yang baru dua tahun, tak bisa menerima kondisi seperti itu. Tubuh mungilnya tampak gemetar ketakutan, dia menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Ranti."Kak, bawa Aira keluar! Kasihan dia harus melihat mamanya d
Sehari sebelumnya di kantor polisi Wilayah Kota Yamon."Letnan Andi, bagaimana perkembangan kasus pembunuhan di perumahan Aman kemarin?" tanya Inspektur Andika-kepala polisi wilayah."Siap, Pak! Belum ada perkembangan yang signifikan karena pelaku tidak meninggalkan jejak sedikit pun," jawab Letnan Andi."Setelah dilakukan olah TKP, apa tidak ditemukan bukti tambahan?" tanya Inspektur Andika lagi."Siap, Pak! Tidak ada!" jawab Letnan Andi tegas."Baik! Bawakan semua berkas dan barbuk ke sini! Biar kasus ini saya ambil alih!" perintah Inspektur Andika."Siap!" Letnan Andi segera keluar dari ruang Inspektur untuk mengambil berkas yang diminta."Letnan, tolong temukan CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian. Bawa semua ke sini!" perintah Inspektur Andika setelah memeriksa berkas dan barang bukti yang diterimanya."Siap, Pak Inspektur!" Letnan Andi dan beberapa rekannya langsung menuju lokasi untuk menemukan CCTV yang ada di sepanjan
Ranti mulai mengingat lagi apa yang dilakukannya di TKP pembunuhan Siska."Waktu itu, customer dengan akun Ox memesan Hoodie berwarna hitam beserta sarung tangan yang juga berwarna hitam ke toko online saya. Dia meminta saya mengirimkan pesanannya ke salah satu rumah yang ada di kompleks Aman. Dia membayar lewat minimarket, tunai," Ranti mulai penjelasannya."Lalu? Apa Bu Ranti sempat bertemu dengan Ox ini?" tanya Andika lagi."Dia tidak mau bertemu, dia hanya meminta saya meletakkan pesanannya di salah satu pagar rumah warga yang ada di sana," jawab Ranti,"Ya, sebagai penjual, saya ikut saja apa mau dia. Bagi saya yang terpenting dia sudah membayar lunas plus ongkos kirimnya." jawab Ranti santai.Inspektur Andika memperhatikan setiap gerakan Ranti saat menjawab semua pertanyaan, termasuk juga tatapan matanya."Baik! Apa Bu Ranti membawa handphone yang ibu pakai untuk transaksi kemarin?" tanya Andika lagi.Sedikit gugup, Ranti menjawa
Perlahan, mobil yang dikemudikan Gunawan memasuki halaman Villa yang cukup luas.Tiiitttt!Dia sengaja membunyikan klakson mobil sebelum turun agar Aida datang menyambutnya dengan seyuman.Benar saja!Dengan langkah yang dibuat seanggun mungkin, Aida keluar dari dalam Villa hanya dengan mengenakan gaun pendek yang memperlihatkan kemolekan tubuhnya.Lekuk tubuh sexi-nya tergambar dengan jelas membuat Gunawan seketika menelan salivanya dengan kasar.Sementara "adik kecilnya" mulai bangun dan mengencang."Maasss, kok, lama banget sampainya? Aku udah nunggu dari subuh!" sambut Aida. Dengan manja, gadis cantik itu bergelayut di leher lelaki yang menjadi bos di kantornya.Tak tahan, Gunawan langsung memagut bibir indah Aida yang langsung membalasnya dengan panas.Mereka tak menyadari, ada dua pasang mata yang tajam penuh kemarahan, sedang mengawasi gerak-gerik mereka. Intan sedang menunggu saat yang tepat untuk bertindak atas pengkhianatan suami tercintanya."Awas kamu, Mas! Aku tidak akan