Andrew yang mengenakan sarung tangan, menekan bekas tusukan di bagian leher korban dan melihatnya dengan seksama."Tusukannya sangat cepat, pembunuh ini pasti seorang ahli ilmu bela diri. Gerakannya cepat dan tepat," kata Andrew."Setiap tusukannya tepat pada sasaran dan langsung membuat korban tewas. Lima prajurit ini cukup tangguh sehingga mampu membunuh lebih dari dua puluh lawannya," ucap Bryan.Ketegangan terasa di ruangan itu, seiring dengan kedatangan anggota polisi yang menangani kasus pembantaian brutal. seorang detektif berpengalaman, Kevin dan rekan-rekannya untuk menyelidiki kasus ini. Mereka memeriksa tubuh korban dan pembunuh mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan. "Para pelaku tidak memiliki identitas," ucap Kevin dengan ekspresi serius, "Sepertinya mereka telah berencanakan dari awal. Agar kita tidak bisa mengetahui asal usul mereka." Rekannya menambahkan, "Tanpa data, tidak bisa memeriksa DNAnya. Mereka benar-benar pintar menyembunyikan jejak." Bryan, yang sed
"Pengadilan memutuskan hukuman penjara selama 10 tahun dan denda sebesar 800 ribu dolar kepada Emily Downson atas perbuatannya." Ucapan Hakim itu seperti petir yang menyambar. Emily menjerit histeris, menangis terisak-isak.Bryan bersama Vivian, Alexa dan Micheal merasa puas dengan hasil tersebut.Setelah persidangan berakhir, Bryan dan Vivian melangkah keluar dari gedung pengadilan. Mereka menyaksikan Alexa yang mencoba mengejar Cena yang terus berjalan cepat tanpa memandang suaminya. Wajah mereka terlihat tegang, dan sulit untuk diabaikan. "Apakah Cena masih belum menerima permintaan maaf Alexa?" tanya Vivian, raut wajahnya penuh kekhawatiran. "Belum! Kalau mereka berpisah, Alexa pasti akan sedih dan terpuruk," jawab Bryan sambil menatap mereka dari kejauhan. "Walau hanya jebakan, Tapi, Cena tetap butuh waktu!" ucap Vivian mencoba memahami perasaan Cena. Bryan mengangguk, "Apa yang harus kita lakukan untuk membantu mereka?" Sementara itu, Alexa yang terengah-engah mengejar ist
Sementara itu, Michael langsung menuju ke lokasi yang tertera di kartu nama. Ia tiba di sebuah restoran mewah yang terletak di pusat kota. Saat melangkah masuk, ia melihat seorang pria paruh baya dengan jas hitam dan dasi merah duduk di salah satu meja yang terletak di pojok ruangan. Pria itu adalah Joss Hunster, sosok yang disebut-sebut Kepala Jaksa tadi. Pria itu berjenggot dan berwajah datar serta memiliki tatapan aura membunuh. Ia yang tak lain adalah pria yang sedang mengincar Bryan Anderson termasuk semua orang sekitarannya. "Tuan, saya Michael yang dikirim oleh Kepala Jaksa untuk membantu Anda. Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?" tanya Micheal yang berdiri di hadapan pria itu.Joss tersenyum tipis, menatap Michael dengan pandangan tajam yang menyiratkan banyak hal. "Kita akan bicara lebih lanjut, Jaksa Michael. Duduklah, dan kita mulai membahas apa yang harus kita lakukan!" jawab Joss tersenyum.Micheal menatap pria itu dengan wajah datar, Jaksa yang dikenal tegas dan din
Tiba-tiba suara berisik dari ruang tamu yang membuat Cena terbangun. Wanita itu langsung bangkit dan turun dari ranjangnya. Ia melangkah menuju ke pintu dan melihat ruangannya terdapat kaleng kosong yang tergeletak di lantai.Cena berjongkok dan mengambil kaleng itu, ia merasa heran tiba-tiba saja ada sebuah kaleng yang datang entah dari mana.Andy muncul dari belakang Cena, ia mendekatkan pisaunya pada leher wanita itu.Cena langsung terdiam dikejutkan oleh kemunculan seseorang dalam ruangan yang gelap itu."Kalau berteriak, maka nyawamu dan anakmu akan mati!" kecam Andy dengan berisik di telinga wanita itu.Seluruh tubuh Cena bergetar ketakutan dan cemas, Ia berjongkok dan bertanya," A-apa yang kamu inginkan? di rumah kami tidak ada barang berharga." Andy mendekatkan dirinya sambil mencium rambut wanita itu sambil menahan lengannya," Aku sedang membutuhkanmu. Layani aku!" bisiknya.Bagaikan disambar petir mendengar ucapan pria asing itu, Cena semakin ketakutan dan pucat sehingga ti
Cena merangkak mendekati Andy dan memeluk kakinya sambil memohon," Jangan! Tolong jangan memberitahu dia. Aku akan melupakan kejadian ini. tidak ada yang akan mengenalmu!" Andy tertawa gembira dan kemudian berjongkok mencubit dagu wanita itu," Bukankah kamu dan suamimu sedang berpisah? Kalau begitu jadikan aku sebagai simpananmu. Mungkin dengan begitu kamu tidak akan kesepian," ujar Andy dengan senyum licik."Aku mohon lepaskan aku! Aku mohon padamu! Jangan menganggu kehidupanku dan anakku. Aku tidak mengenalmu!" pinta Cena.Di saat yang sama putra Cena, Christian. berusia 3 tahun terbangun dan melihat kejadian itu yang tepat di kamarnya. Anak itu ketakutan dan hanya berbaring sambil menutup wajahnya dengan bantal.Saat Andy melihat tangisan Cena, jelas ada sesuatu yang terbangkit dalam dirinya. Dalam sekejap, senyum licik terukir di wajahnya. "Tangisanmu membuatku tertarik lagi padamu, Wajah yang cantik dan tubuh yang indah sangat sayang sekali kalau tidak dinikmati sepuasnya," uja
"Bagaimana dengan Bryan Anderson?" tanya Andy."Mengenai Jenderal itu, kita akan membuatnya semakin sibuk dan tertekan. Bayangkan saja, kalau dalam waktu yang sama semua orang terdekatnya mengalami masalah. Apa yang akan dia lakukan," kata Joss yang memiliki rencana lain."Apakah di saat itu, Kita akan membunuhnya?" tanya Andy.Joss mengeleng-geleng kepalanya," Tuan Lion yang akan berhadapan dengannya," jawabnya.Micheal memarkir mobilnya di pelabuhan yang ramai itu. Dengan langkah pasti, ia turun dari mobil dan memandang sekeliling pelabuhan. Di sekitarnya terlihat kardus-kardus besar yang ditumpuk rapi, masing-masing tampak berisi sesuatu yang misterius. "Jaksa Micheal, Anda sudah datang," ujar Joss sambil tersenyum sinis, menunjukkan niat tersembunyi di balik tatapan matanya. "Tuan Joss, apa yang ingin Anda tunjukkan pada saya?" tanya Micheal dengan nada curiga, sambil menatap Joss yang berdiri di depannya dan melirik pada Andy, anak buah Joss yang berdiri di belakangnya dengan
"Jaksa Micheal, apakah kamu ingin mencari alasan untuk bela diri? Lebih baik utamakan dirimu dari pada ikut campur urusan orang lain," ujar Anton dengan ketus, alisnya mengerut kesal. "Detektif Anton, kamu adalah seorang detektif, kamu hanya mengenalku dan tidak mengenal siapa dia. Kenapa bisa percaya begitu saja padanya?" tanya Micheal dengan nada suara meninggi, wajahnya merah padam karena marah. "Jaksa Micheal, kami sudah tahu dia hanyalah seorang pebisnis biasa dan diminta olehmu untuk bergabung dengannya," sahut Anton dengan tenang, menunjukkan bukti-bukti yang berhasil ia kumpulkan."Aku tidak begitu bodoh melakukan bisnis ilegal, aku adalah seorang jaksa!" seru Micheal dengan emosi, tangannya terkepal erat menahan amarah. Anton menatapnya dengan tatapan tajam," Siapa saja akan tergoda ketika ada hubungannya dengan uang. Micheal Loas, dirimu adalah jaksa yang memalukan sekali," ketus Anton."Aku merasa kasihan dengan negara kita," sindir Micheal."Apa maksudmu?" tanya Anton.
Bryan melangkah gontai menuju kantor pengacara Jeff, rasa cemas dan bingung menyelimuti pikirannya. Setibanya di sana, dia langsung disambut oleh Jeff yang sudah menunggunya dengan wajah serius. "Berita ini mengemparkan seluruh kota Los Angeles, Micheal menerima hujatan dari semua penjuru. Hanya dalam beberapa menit mereka telah melupakan siapa Micheal. Bagi publik dia adalah penjual narkotika dan bukan jaksa yang hebat lagi," kata Jeff yang duduk bersama Bryan, sambil menunjukkan beberapa artikel berita di layar komputernya. Bryan menggigit bibirnya, merasakan betapa beratnya beban yang dihadapi sahabatnya. "Jeff, aku ingin kamu menjadi pengacaranya, keluarkan dia. Aku percaya padanya!" pinta Bryan dengan tegas. Jeff menghela napas, lalu mengangguk pelan. "Aku juga percaya padanya, tapi..." ucapnya sambil berpikir, "kita harus bekerja keras untuk membuktikan kebenarannya. Bukti-bukti yang ada saat ini sangat kuat dan mendukung tuduhan terhadap Micheal." Bryan mengepalkan tangann