Di sebuah gedung tinggi, Jeff melangkah pasti menuju kantor Jhonathan, pria berjenggot yang duduk di balik meja yang dikelilingi oleh anak buahnya, termasuk Andy. Ruangan kantor tersebut luas, dengan dinding kaca yang menghadap ke kota, memberikan pemandangan yang menakjubkan. Namun, Jeff tidak tertarik dengan pemandangan itu, dia hanya ingin menuntaskan urusan yang melibatkan Micheal. "Tuan Wesley," ujar Jeff dengan nada tegas, "Apa sebabnya Anda menghubungi Micheal untuk bertemu di pelabuhan? Kenapa polisi bisa tiba di sana? Apakah Anda yang membuat panggilan?" Jhonathan tersenyum sinis, lalu menjawab, "Pengacara Jeff, apakah Anda memiliki bukti bahwa saya yang menghubunginya? Saya dan jaksa tidak kenal akrab. Mana mungkin saya menghubunginya." "Saya memiliki rekaman percakapan antara Anda dan Micheal, yang membuktikan bahwa Anda memang menghubungi Micheal untuk bertemu di pelabuhan!" Wajah Jhonathan berubah, menjadi pucat dan tampak panik, sementara Andy semakin gelisah. Jeff
Jeff melaju kencang di jalan raya, mobilnya berselisih dengan beberapa kendaraan lain yang terkejut dengan kecepatan dan manuver yang dilakukannya. Sementara itu, Andy yang mengendalikan mobil hitam bermaksud membunuh pegacara itu dan mengakhiri perlawanannya terhadap bos mereka. "Ingin melawan bos kami, lihat saja bagaimana nasibmu," gumam Andy dengan tatapan tajam dan penuh amarah. Tangannya erat memegang setir, memastikan jaraknya dengan mobil Jeff tidak terlalu jauh. Sementara itu, pasukan polisi berangkat setelah mendapatkan kabar dari Jeff tentang ancaman yang sedang dihadapinya. Khennet mengemudi mobil polisi dengan sigap, timnya menyalakan sirine dan lampu rotator, meninggalkan kantor polisi dengan tergesa-gesa untuk menyelamatkan Jeff. Di sisi lain, Andy yang semakin tak sabar mengejar Jeff, menabrak bagian belakang mobil Jeff berulang kali dengan keras, suara "Brak! Brak!" terdengar, membuat Jeff semakin cemas.Jeff memacu mobilnya secepat mungkin, melaju melewati jalana
Micheal mengikuti langkah mereka dengan putus asa dan wajahnya yang lesu. Merasa tidak adik dengan tuntutan yang dia terima.Ia kemudian menghentikan langkahnya dan berkata," Kenapa kalian tidak menyelidiki kecelakaan yang menimpa pengacara Jeff yang mungkin ada hubungannya dengan orang yang dia temui sebelum kejadian? Apakah tidak ada kecurigaan sama sekali? Kalian sebagai detektif sudah mempelajari tentang kriminal dan hukum. Kalian tidak bodoh. Hanya saja kekuasaan yang menutupi kepintaran kalian."Anton menatap tajam pada jaksa itu," Jaksa Micheal, siapa pun dirimu, saat ini tidak ada lagi yang menghargaimu. Mereka sudah lupa siapa kamu. Keputusan pihak atasan sama sekali tidak bisa diganggu gugat!""Mengunakan cara ini untuk membunuhku secara diam-diam, Sepertinya dalang utama sangat terpengaruh dan memiliki kekuasaan. Setidaknya biarkan aku tahu siapa yang ingin membunuhku sebelum aku menutup mataku!" ujar Micheal.Anton tertawa sinis," Tidak ada yang ingin membunuhmu, hanya saj
Detektif Anton dan timnya keluar dari mobil berusaha mengusir kerumunan reporter yang ingin mendapatkan informasi. Mereka mencoba untuk menghadang jalan keluar para detektif dengan kamera dan mikrofon yang siap merekam. "Tolong beri jalan untuk kami!" pinta Anton dengan suara lantang, sambil mencoba mendorong beberapa reporter yang menghalangi jalan mereka. Beberapa anggota tim detektif lainnya ikut mendorong reporter yang mencoba mendekat, membuat suasana menjadi semakin tegang. Aksi saling dorong antara detektif dan reporter terjadi di depan di tengah jalan menuju ke arah penjara besar.Sementara itu, di sebuah stasiun televisi, pembawa berita dengan nada serius menyampaikan informasi yang mengemparkan ibu kota. "Jaksa Micheal Loas yang menjadi tersangka penjualan narkotika akan segera dihukum mati dengan cara menggunakan kursi listrik. Tanpa persidangan, pihak kepolisian langsung menentukan hukumannya," ucapnya dengan tegas. Berita tersebut sontak membuat heboh seluruh masyaraka
Micheal merasakan amarah yang memuncak ketika dua petugas mencoba menahannya. Dengan penuh emosi, ia melayangkan pukulan keras ke wajah mereka, membuat suara Bruk!Bruk! yang mengejutkan. Dua petugas itu seketika terkapar, mengerang kesakitan sambil memegangi wajah mereka. Sementara itu, Anton yang menyaksikan kejadian itu segera mengambil tindakan. Ia menodongkan pistolnya ke arah Micheal sambil berseru, "Jangan bergerak!" Namun, Micheal tak menunjukkan rasa takut sama sekali. Dengan tatapan tajam dan penuh kebencian, ia menantang Anton, "Tembak saja aku sampai mati, Kalian adalah polisi busuk yang tidak adil. Berapa uang masuk ke rekening kalian untuk membunuhku dan Jeff?" Micheal teringat akan Jeff, sahabatnya yang mengalami kecelakaan. Ia melanjutkan dengan suara yang penuh emosi, "Jeff mengalami kecelakaan, tapi kalian bukannya pergi menemui Jhonathan. Berapa yang dibayar untuk kalian?" Wajah Anton berubah menjadi pucat, namun ia tetap menodongkan pistolnya ke arah Micheal. Di
Suara keras Bryan terdengar hingga ke luar, Para detektif lainnya hanya bisa diam sambil mendengar kemarahan sang jenderal.Jackson dan atasannya langsung terdiam dan cemas dengan ancaman dari Bryan. Ruangan menjadi tegang dan mencekam.Bryan melangkah dengan mantap keluar dari ruang rapat, diikuti oleh suara langkah sepatunya yang bergema di lorong. Wajahnya tampak serius dan tegas, matanya fokus menuju pintu utama. Sesampainya di depan pintu, ia menghentikan langkahnya sejenak dan menoleh ke arah Tim Anton yang terdiri dari Detektif Angel dan Zion. Dengan sorot mata tajam dan sinis, Bryan menyampaikan kekecewaannya, "Setelah Micheal Loas terbukti tidak bersalah, saya tidak ingin melihat Tim lemah seperti kalian di sini lagi. Tidak memiliki kemampuan sama sekali." Ucapan Bryan terdengar keras dan jelas, membuat detektif Angel dan Zion menundukkan kepala mereka, merasa malu dan tertekan dengan teguran yang dilontarkan oleh sang jenderal. Mereka berdua tidak bisa berkata apa-apa, ha
Bryan yang telah mengetahui kondisi temannya, Jeff. Ia berdiri di luar kamar pasien menatap Jeff dengan tatapan sedih.Bryan berdiri diam selama satu jam dengan raut wajah yang serius. Tidak tahu apa yang dia pikirkan saat itu."Menjebak Micheal, Sedangkan Micheal tidak mengenal siapa Jhonathan. Bukan hanya menjebak. Tapi, juga ingin membunuh. Jackson dicurigai bekerja sama dengan Jhonathan. Kemudian Jeff juga menjadi incarannya. Apakah mungkin hanya kebetulan saja? Jhonathan bukan berasal dari Los Angeles. Dia adalah asli warga negara Prancis," batin Bryan.Bryan mengeluarkan handphone dari sakunya, jari-jarinya lincah memencet tombol layar yang menyala. Dalam hitungan detik, sambungan panggilan berhasil tersambung ke seseorang di seberang sana. "Hallo, Jenderal!" sahut pria di seberang sana dengan suara yang penuh semangat. "Komandan Chers, saya akan mengirim foto seseorang. Tolong selidiki identitasnya. Saya ingin segera tahu hasilnya!" perintah Bryan dengan nada tegas dan lugas.
"Kau?" tanya Andy dengan nada terhenti, tak menyangka Bryan akan menemui dia di sini. "Karena jasamu, kondisi Jeff menjadi lumpuh. Mungkin saja peluangnya tidak banyak. Mana mungkin dia bisa bicara," ucap Bryan dengan tatapan tajam. "Kau bekerja sama dengan Jaksa itu," balas Andy dengan nada mencemooh. "Bukankah kau adalah dalang utamanya? Kenapa kau harus takut? Siapa kalian sebenarnya dan siapa yang kalian incar?" tanya Bryan semakin menekan. Andy tertawa sinis, sadar bahwa dirinya telah masuk ke dalam perangkap rencana Bryan dan Micheal. Ia berusaha menyembunyikan rasa takut yang mulai merayapi hatinya. "Sasaran kami sebenarnya adalah kamu," jawab Andy dengan senyum licik, berusaha menyembunyikan kekalahan yang sudah di depan mata.Bryan menatap penasaran pada pria itu," Kalau sasaranmu adalah aku, kenapa bukan aku yang kalian incar? Kenapa harus Micheal dan Jeff?" tanyannya.Andy tersenyum sinis," Jenderal Bryan, Membunuhmu tidak mudah dan lebih menyenangkan ketika orang di