“Itu ... apa ya, Mas? Mereka ...”Sambil bertanya, Darline terus berpikir. Seketika itu juga pikirannya mulai terbuka.Samar-samar dia seakan tahu siapa lima orang itu meskipun Hayden belum menjelaskannya.Dua pria di sana plus seorang bocah itu tampak tersenyum padanya.Tapi dua wanita di sana, menampakkan wajah shock yang tersembunyi di wajah datar mereka.Darline mereka-reka ingatannya dan dia mulai mengenali ibunya Hayden yang dipanggil Willson dengan Oma Jenni. Lalu wanita yang seusia Hayden adalah kakak perempuannya, yang dipanggil Willson ‘Bibi Heaven’.Mereka pernah hadir di salah satu acara yang diselenggarakan Opa Ben, tapi hanya satu kali saja.Seketika Darline merasa ingin menciut saja ketika merasakan tatapan dua wanita itu begitu terkejut menyorotinya.Tanpa sadar dia mengarahkan pandangan matanya ke bawah.Di saat seperti itu, benaknya menggiangkan panggilan Bu Mira pada Oma Jenni, yaitu Bibi Jenny.Seketika lagi, Darline merasa dia seperti bocah kecil di antara para se
Willson merasa kepala dan dadanya hendak meledak setiap kali Laura Bella mendesaknya untuk mencarikan tambahan modal.“Aku tidak mau butik ini hanya seperti toko jadul. Aku ingin butik ini terlihat berkelas, mewah, memberikan kenyamanan pada pelanggan ketika mereka melihat-lihat dan memilih outfit yang mereka inginkan.Dan kenyamanan itu berupa udara yang sejuk, tidak panas, segar, ruangan yang bersih, serta pemandangan mata yang indah. Karena itulah sangat amat diperlukan upgrade untuk desain dekorasi butik ini!Kalau hanya begini saja, aku tidak akan mau menjalankan butik ini! Jika aku tidak menjalankan butik, aku tidak mau tahu jatah bulananku harus 30 juta per bulan. Titik!”Willson terkejut mendengarnya.“Astaga, Bella! Bulanan segitu mau dari mana? Gajiku aja tidak sampai setengahnya! Belum kasih ibu untuk biaya makan kita sehari-hari! Belum lagi aku masih harus mengembalikan uang penjualan rumah pada Darline. Aku mau uang dari mana lagi untuk kamu segitu banyaknya?”Willson mem
Pagi ini, seperti biasanya, Darline datang ke kantor bersama Hayden. Dan seperti biasanya juga Darline turun dari mobil dan masuk ke kantor terlebih dahulu.Sekalipun Hayden berkeras untuk tidak perlu memasuki kantor sendiri-sendiri, tetap saja Darline masih ingin menyembunyikan statusnya saat ini.Tiba di ruangannya, Darline baru menyadari bahwa ruangannya sudah diubah fungsi oleh Bu Alma. Tidak ada lagi meja kerja di sana. Hanya ada mesin fotokopi, mesin penghancur kertas, serta lemari arsip yang sudah bertambah dua lagi yang baru.Darline pun tetap di depan pintu karena belum mendapatkan instruksi untuk pindah ke ruangan di sebelah CEO.Tepat saat itu, Hayden melewati dirinya. Pria itu menatap Darline dan mengerling padanya seraya memasuki ruangan CEO.Darline mengernyit kesal karena di perjanjian mereka Hayden akan menunggu sekitar 5 menit sampai 10 menit, barulah pria itu memasuki kantor. Seharusnya seperti itu.Tapi yang terjadi, malah mereka hanya berselisih setengah menit saja
Darline sedikit tidak teliti. Mungkin karena terlalu takjub pada undangan hologram yang dilihatnya. Dia sampai tidak sadar jika di bagian bawah permukaan undangan tertera tempat penyelenggaraan pesta pernikahan putra Robert Lim yang ternyata ada di negara Inggris.The Savoy, itu nama hotelnya yang terletak di kota London.Ketika Kamis malam Hayden memberitahukannya bahwa mereka akan berangkat Jumat siang, Darline terkejut bukan kepalang.“Berangkat? Ke mana?” tanyanya bingung.Sejak Darline menerima lamarannya, Hayden membawanya keluar makan malam setiap hari. Kehamilannya yang sedikit sulit membuat Darline senang-senang saja jika tak perlu menyiapkan makan malamnya sendiri. Dengan makan malam di luar, dia menjadi lebih santai dan enjoy.Di hadapannya saat itu, tampak Hayden menatapnya dalam, dengan wajah datar. Pria itu seperti sedang menunjukkan keheranannya dengan cara yang dramatis.“Bukankah Sabtu ini kita akan menghadiri pernikahan putranya Robert Lim? Kau sudah setuju kan untuk
“Paman Albert, tenang dulu,” ucap Hayden seraya menghampiri dan menyapa pamannya itu. Sementara Darline sampai terdiam, dia tak tahu harus berkata apa ketika melihat wajah terkejut bercampur protes Opa Albert di hadapannya. “Bagaimana bisa tenang. Kalian berdua di sini, apa yang kalian lakukan sampai berduaan sejauh ini? Ke negeri asing hanya berdua saja? Dan merencanakan pernikahan? Apa kau sudah kehilangan akalmu, Hay?” “Paman, dengarkan aku dulu. Darline sudah bercerai dari Willson.” “Oh?” Pria itu terkesiap dan memandangi Darline dengan cermat. “Kau sudah bercerai? Kapan? Kenapa?” Hayden yang menjawab, “Willson berselingkuh. Dan dia juga ... ah ceritanya panjang, Paman. Yang pasti, dia sudah bercerai dari Willson dan aku berencana untuk menikahinya. Aku minta doa dari Paman saja, agar merestui kami.” “Sekalipun dia sudah bercerai dari Willson, aku rasa tetap tak elok jika kau menikahinya. Apa kata keluarga besar kita? Apa Ben sudah tahu?” Hayden terlihat mengambil napasnya
Di sore hari, di taman belakang villa keluarga Limanso, duduk Opa Ben yang akhirnya mendengar tentang rencana pernikahan Darline dan Hayden.Kakek tua itu menggeram marah.“Bagaimana bisa mereka berpikir bahwa mereka akan menikah? Apa mereka sudah kehilangan akal pikiran? Sekalipun Darline sudah bercerai, hal seperti ini tetap saja tidak etis! Apalagi ini baru dua bulan sejak perceraiannya. Terlalu cepat, terlalu tidak etis!”Gerutuan kakek tua itu bercampur kemarahan ketika dia mendengar tentang ucapan Hayden bahwa Darline adalah calon istrinya.“Itu juga yang aku pikirkan! Aku bahkan bertemu mereka di London. Mereka berdua menghadiri pernikahan putranya Robert Lim.” Albert menggeleng kepalanya lalu bergumam lagi, “Anak muda jaman sekarang. Belum menikah sudah honeymoon duluan!”Opa Ben terdiam sejenak. Kemudian dia bergumam sendiri, “Tapi ini Hayden. Dia seperti bukan dirinya sendiri.”“Hah! Siapa bilang? Dulu juga dia petualang memburu wanita! Apa kau lupa?”“Hm, tapi dia kan sudah
“Aku akan ke sana besok sore,” sahut Hayden Hayden pada si penelpon setelah dia mendengarkan apa yang disampaikan Pak Darwis di ujung telepon.“Hmm, tentu saja. Jangan khawatir.” Dia bicara lagi sebentar barulah kemudian mengakhiri panggilan teleponnya.Tatapannya langsung terpaku pada proyektor yang telah terpasang di hadapannya.“Ini sudah selesai, Pak. Menyalakannya di sini, lalu hologram akan muncul di sini. Input programnya di sini.”Hayden memperhatikannya. Lalu ada juga staff IT di sana yang memahami penjelasan dari tim Blue-Light.Ketika input diujicoba, muncullah hologram berupa rancangan terbaru mobil sport dari 3L’s Empires Motors.Yang membuat semua di sana terpukau adalah bagaimana sinar hollogram menyorot begitu luas sehingga tampilan mobil yang berupa hollogram itu begitu besar.Ukuran mobil dalam hollogram setengah dari ukuran asli dan tampak melayang di atas mesin proyektor.Sinar biru bercampur perak membuat hollogram tampak sangat riil.Beberapa staff mencoba menyen
“Siapa yang berkata seperti itu, Mira?” Hayden mulai kehilangan kendali dirinya.Di hadapannya, Mira terlihat begitu geram dan kesal. Wanita itu masih menyolot, “Ya, kalau kalian mengadakan pesta di Singapura, berarti kalian tidak ingin kami hadir!”“Astaga, susah sekali ngomong denganmu, ya! Dari mana pemikiran itu?” Hayden semakin frustrasi bicara dengan pikiran yang begitu negatif.Tapi dia tiba-tiba teringat, lalu memicing, “Tapi kalaupun benar, bukannya kau malu jika sampai dunia tahu aku menikahi mantan menantumu?”“Ya, itu kau tahu! Dia mantan menantuku. Apa kau sudah kehilangan logika? Coba hitung usiamu! Kau lebih cocok menjadi ayahnya!”“Kami hanya selisih 16 tahun! Pria mana yang 16 tahun sudah menjadi ayah?”Suara Hayden semakin menggema keras sampai-sampai Opa Ben mulai mengentakkan lagi tongkatnya.“Sudah, sudah! Aku memanggilmu ke sini bukan untuk mendengar teriakanmu!”Mendengar seruan Opa Ben seperti itu, Mira masih menyolot.“Benar! Kalau tidak salah, tidak perlu mar