Sudah beberapa hari ini Nicko berusaha menghindar dari Nada. Percakapan antara Nada dan Elaine masih membekas di dalam pikirannya. Apakah Nicko masih memiliki cinta sepihak, bahkan setelah bertahun-tahun berlalu?Lamunannya buyar, ketika seseorang tiba-tiba datang menghampiri meja kerjanya. Seketika Nicko tersentak saat mengetahui bahwa Nada lah yang kini ada di hadapannta“Pak Nicko. Ini berkas yang tadi,” kata Nada sembari meyodorkan sebuah dokumen pada Nicko.“Oh, iya.”Nicko langsung menerima dokumen tersebut, lalu dia kembali fokus pada layar komputer. Akan tetapi, sesuatu mengusik pikirannya, karena Nada tidak kunjung pergi dari hadapannya.“Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Nicko pada Nada.“Tidak, tapi aku hanya ingin bertanya. Apa nanti malam kamu senggang? Aku ingin mengajakmu makan malam,” jawab Nada.Biasanya Nicko akan merasa senang jika Nada mengajaknya jalan. Hany
Adrian sedang membaca laporan dari masing-masing departemen di perusahaannya. Sebelum nantinya dia akan melakukan rapat dengan para staff.Di saat Adrian sedang fokus dengan hal itu. Tiba-tiba saja pintu ruangannya di ketuk dua kali. Adrian mendengar, tapi dia tak ingin diganggu terlebih dahulu. Sampai pada akhirnya orang di balik pintu itu tak sabar dan memaksa masuk.“Mas, kenapa lama sekali, sih? Apa kamu tidak mendengar kalau sekretarismu itu mengetuk pintu berkali-kali?” ucap seorang perempuan yang ternyata itu adalah Sindy.Mendengar suara khas milik kekasihnya, Adrian sontak menoleh. Dia melihat Vivian berdiri di ambang pintu, sedangkan Sindy sudah masuk dan duduk di sofa ruang kerjanya.“Maaf, Pak, saya permisi,” kata Vivian, terlihat perempuan itu merasa tidak enak hati. Adrian hanya mengangguk, dan mempersilakan Vivian pergi.“Kamu sedang apa? Sesibuk itu, kah? Dua kali aku telepon dan selalu kamu abaikan. Terus sekarang, aku sudah ada di sini pun kamu masih mengabaikanku?”
Penolakan dan ancaman Eva barusan sudah merupakan ultimatum yang tidak dapat diganggu gugat. Sindy sudah memohon, bahkan sambil bersimpuh, tapi restu tak kunjung didapat. Malas dengan situasi ini, Sindy meminta Adrian untuk segera meninggalkan tempat tersebut. “Om tunggu!” seru Nada pada pamannya yang hendak pergi, “ada yang perlu kita bicarakan sebentar!” Namun, Sindy langsung melingkarkan tangan pada lengan Adrian.“Aku mohon, sebentar saja. Aku janji tidak akan lama.” Melihat Sindy seolah menahan Adrian untuk tidak berbicara dengannya, Nada pun meminta dengan cara memohon. “Sebentar, Sin, aku harus berbicara dengan Nada.” Adrian melepaskan tangan Sindy.“Oh, jadi kamu lebih memilih Nada?” sentak Sindy yang mendadak kesal. Adrian mendesah, ketika mendapatkan tuduhan seperti itu, “Apa lagi, Sin? Nada hanya ingin bicara sebentar.” Mata Sindy memicing menatap Adrian, “Tidak aku izinkan. Aku tahu pasti keponakanmu itu akan menghasutmu. Dia pasti ada di kubu ibumu!”“Sindy, jangan
Tekad Adrian sudah bulat, dia benar-benar meninggalkan Sindy. Semua hal yang sudah dipesan untuk acara pernikahannya, kini Adrian batalkan. Tak hanya itu Adrian pun menghubungi Titan dan meminta maaf pada pria tua itu. Dan, tentu saja Adrian mendapat hujatan dan makian dari ayah Sindy.“Masalah dengan Sindy selesai. Dan sekarang aku tinggal fokus dengan pekerjaanku!” gumam Adrian.Saat Adrian sedang fokus dengan dokumen yang sudah menumpuk di mejanya. Tiba-tiba saja pintu ruangannya di ketuk dua kali.“Masuk!” perintah Adrian.Tak lama kemudian Vivian pun masuk dengan sebuah dokumen—baru—di tangannya.“Pak, kita mendapatkan surat balasan dari pihak PH dan management Mbak Sindy,” kata Vivian memberikan dokumen tersebut pada Adrian.Adrian menerima dan langsung membacanya.“Apa-apaan orang gila ini!” pekik Adrian yang terkejut dengan surat balasan dari pihak Sindy.Vivian yang sudah membaca surat tersebut gelagapan. Dia juga tidak menyangka kalau pihak Sindy meminta ganti rugi sebanyak
Shooting film Sindy berlangsung dengan baik, bahkan sampai akhir. Kini mereka sedang melaksanakan tahap produksi. Tuntutan 20 miliyar pun tentu dihapuskan. Victory terselamatkan dan bahkan kini mendapatkan perhatian yang baik dari masyarakat. Masalah Adrian dan ibu angkatnya selesai. Betapa bahagianya Eva ketika mengetahui anak angkatnya itu membatalkan pernikahan dengan Sindy. Bahkan, sekarang Adrian memilih untuk kembali ke rumah. Dia meninggalkan apartemennya dan diam di rumah bersama dengan ibu dan keponakan angkatnya. “Jadi, kamu sudah memutuskan akan mensekolahkan Deven di mana, Nada?” tanya Eva di sela-sela sarapan pagi bersama dengan keluarganya. “Masih bingung, Ma. Aku suka yang ini, tapi Devennya menolak.” Nada mendelik pada anaknya, yang duduk di samping Adrian. Tahun ini Deven hendak masuk ke sekolah dasar. Tidak terasa bukan? Bahkan tahun ini, sudah menginjak tahun kedua Nada tinggal kembali di negaranya. Memang waktu itu berjalan begitu cepat. Dan, seiring dengan be
Nada berusaha mengemudikan mobil secepat yang dia bisa. Jalanan memang tidak terlalu padat, hanya saja ramai lacar. Sepanjang perjalanan Nada merasa khawatir yang teramat dalam. Bagaimana jika sesuatu terjadi pada anaknya? “Ah, tenang, Nada!” Tangan Nada gemetar memegang kemudi. Bahkan dia merasa kegerahan, walau AC dalam mobilnya sudah mencapai batas maksimal. Ditengah pikirannya yang kalut, Nada berusaha memberikan sugesti positif pada dirinya. Hingga sampailah Nada di mall BI. Ratna memberitahu posisinya yang berada di restoran bergaya Italia, di lantai LG mall tersebut. Sesampainya di sana, Nada mengedarkan pandangannya dan melihat Ratna yang melambaikan tangan. “Nada!” seru Ratna.Dengan cepat Nada menghampiri Ratna yang menampilkan wajah khawatir. “Gimana, Mbak? Sudah ketemu?” tanya Nada yang wajahnya tidak kalah gelisah dari Ratna. Sialnya, Ratna malah menggeleng dan menekuk wajahnya. Mendapat jawaban seperti itu membuat Nada mendesah kasar dan mengacak rambutnya. “Tapi
Setelah mengevaluasi semua keluhan dan kendala yang sedang terjadi di perusahaan. Adrian memanggil setiap jajaran petinggi dari kedua anak perusahaannya. Kemudian Adrian menginstruksikan untuk adanya reshuffle di beberapa lini. Terkhusus untuk management di hotel VKK dan juga Victory Airlines.Nyatanya sikap Adrian yang seperti itu mendapatkan penentangan, terutama dari Calvin, ketua dewan komisaris.“Kenapa kamu tidak mendiskusikan terlebih dahulu dengan saya, Adrian?” Nada bicara Calvin masih terdengar tenang. Pria itu baru saja menyeruput kopi hitam miliknya.Saat ini Adrian sedang berada di rumah Calvin. Setelah berita perombakan itu tersebar, pria tua itu meminta penjelasan pada Adrian.“Saya rasa ini masalah sudah mendesak. Lagi pula ini masih hak dan wewenang saya, Pak.” Ada tekad yang kuat dari ucapan yang baru saja keluar dari mulut Adrian.Calvin menarik sudut bibirnya sebelah, tatapannya menyipit pada Adrian.“Tapi kamu merombak seluruh manajemen di cabang hotel Victory kot
“Penjualan kamar hotel benar-benar meningkat drastis. Apalagi menjelang pemutaran film yang tinggal sebulan lagi,” ucap kepala bagian marketing perusahaan; Tamara, pada saat rapat eksekutif berlangsung. Adrian sedang membaca grafik penjualan kamar hotel yang meningkat beberapa bulan terakhir. Hampir seluruh cabang hotel Victory di berbagai daerah, mengalami peningkatan jumlah penjualan. “Bahkan sampai satu bulan ke depan hampir seluruh kamar sudah full booked. Sekali pun VKK yang kemarin sempat mendapati beberapa ulasan negatif,” imbuhnya lagi. Mata Adrian masih menatap pada layar yang menampilkan grafik yang meningkat dari pada sebelumnya. Telunjuk kanannya sedang mengetuk-ketuk pada meja. Adrian nampaknya sedang memikirkan sesuatu. “Pengaruh wanita itu lumayan kuat,” batin Adrian, yang sedang memikirkan Sindy. Adrian tidak menampik, bahwa program kerja sama antara Victory dengan pihak film yang dibintagi oleh Sindy berjalan sangat baik. Padahal filmnya saja belum tayang, tapi b