Pov Ibu."Silahkan kamu pulang, biarkan saya bicara dulu dengan Firman!" sahutku cepat, membuat wajah Tania berubah masam. Aku tak ingin Dia berlama-lama di sini. Apa yang aku lihat tadi sudah cukup jelas, seorang wanita baik-baik tak akan mau melakukan hal seintim itu di tempat umum.Aku mencoba mengusir secara halus gadis yang sejak tadi menatapku penuh arti. Aku paham Dia mungkin bingung dan meminta penjelasan kenapa tiba-tiba sikapku berubah.Aku balas menatap gadis cantik yang tadinya aku begitu menyukainya, namun sayang itu sebelum aku melihat sikap centilnya pada laki-laki lain, harusnya Dia bisa menjaga diri, setelah Dia menyanggupi permintaanku hendak menjadikan dirinya menantu, seharusnya Dia bisa menjaga sikap dengan laki-laki lain.Tapi ternyata Dia begitu ganjen dengan laki-laki lain, yang mungkin saja itu pacarnya, aku pun tak tahu.Beberapa saat kami saling tatap, hingga akhirnya Tania meminta ijin untuk ke toilet, sebisaku menahan gejolak di dalam dada, aku tak ingin
"Stop! Ibu! Jangan asal nuduh, Yonya Ratih!" Tania memicing. Sesaat kemudian sudut bibirnya tertarik ia tersenyum sinis yang lebih tepatnya sebuah seringaian."Heemm haha Ibu lupa? Kalau status saya dan Kak Firman belum juga ada kejelasan? Mana janji Ibu untuk mendekatkan kami, dan segera mengadakan pernikahan untukku aku dengan Kak Firman? Mana?! Mana?! Nyatanya Kak Firman begitu sulit kuraih, hidupnya seolah hanya berpusat pada istrinya yang mandul itu?! Lalu aku harus menunggu ketidakpastian ini dengan berdiam diri dan menutup diri dari semua laki-laki?! No! Aku bukan wanita bodoh seperti Yunita mantu Ibu, yang masih terus bertahan walau ibu mertuanya telah menghadirkan calon madu untuknya, Aku nggak bisa Bu! Aku pun punya kebebasan untuk jalan dengan siapapun selama aku belum terikat pernikahan dengan putra Ibu!"Tania seperti kesetanan, Dia bahkan berkata dengan mata melotot, seolah tak mau kalah."Nggak punya sopan santun!" sentakku sambil menunjuk wajahnya. Hilang sudah rasa su
Pov IbuAku pun mengangguk dan mulai memejamkan mata. Mungkin benar aku harus istirahat, nanti jika aku sudah merasa lebih sehat, baru aku bicara pada Yunita dan Firman. Ketika aku terjaga, perlahan aku buka mata ini, suasana sudah sepi, sunyi, hanya jam dinding yang berdetik memecah keheningan. Jarumnya menunjuk ke arah angka 1 dini hari.Terlihat Laras sudah terlelap di bangku samping ranjang rumah sakit, kepalanya bertumpu pada tangannya sendiri yang dijadikan bantal. Di sofa panjang, terlihat Firman pun terlelap, dan Yunita juga tidur dengan bersandar di bahu Firman. Mereka semua terlelap dalam damai malam ini.Hingga tiba-tiba kandung kemihku terasa penuh, aku baru ingat belum buang air kecil saat di toilet dengan Tania malam tadi. Perlahan aku beringsut bangkit dari ranjang. Kemudian pelan aku turunkan kaki ini menginjak lantai rumah sakit yang terasa begitu dingin. "Ibu! Ibu mau kemana?" Seketika Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Yunita mengerjapkan matanya, memperhatikank
"Maafkan Ibu, Nak," ucapku lirih. Yunita pun mengangguk. Sesaat kemudian Ia mendekat dan memelukku erat."Maafkan Yunita juga ya, Bu. Maafkan Yunita, yang tidak sempurna ini," bisiknya lirih di dekat telingaku. Aku mengusap lembut punggungnya yang bergetar. Kemudian mengurangi pelukan."Kamu cantik dan sempurna, Sayang. Ibu yang salah. Kamu dan Firman saling mencintai, betapa Ibu sangat berdosa karena mengharapkan perceraian diantara kalian, Ibu mohon maafkan Ibu." Gadis cantik yang dulu kami minta langsung pada orangtuanya kini masih terisak. Betapa aku yang sudah keterlaluan. Apa yang harus aku sampaikan pada besan nanti, jika kami bertemu. Apakah Yunita telah mengadu pada Mama dan Papanya."Terimakasih, Ibu sudah mau berubah, dan menerimaku kembali seperti dulu, Bu," isaknya."Ibu! Yunita! Kenapa kalian menangis?" tanya Firman yang tiba-tiba bangun, mungkin karena mendengar suara Isak tangis kami berdua.Sontak kami berdua menoleh ke arah Firman, yang masih mengucek matanya."Janga
Pov LarasAku Larasati. Menjadi adik dari Kak Firman yang tampan, tentu membuatku memiliki kebanggaan tersendiri memiliki seorang Kakak laki-laki tampan, mapan, juga sangat penyayang. Saat Kak Firman memutuskan untuk menikahi Kak Yunita tentu ada rasa cemburu dari dalam hati ini. Sebagai seorang adik, aku merasa patah hati, ketika melihat Kakakku kini telah menentukan pilihan untuk meraih bahagianya.Walaupun memang itu sudah menjadi kodrat setiap manusia untuk hidup bahagia dengan pasangan halalnya. Tapi tetap saja rasa cemburu itu ada, aku khawatir setelah menikah nanti, Kak Firman tak lagi dekat denganku, tak lagi memenuhi apa yang aku inginkan, tak ada waktu untuk selalu bersamaku. Dan berbagai alasan lainnya yang aku khawatirkan.Cukup lama aku terdiam kala itu, di saat hari pernikahan Kak Firman dan Kak Yunita di gelar pun, aku menampilkan senyum bahagia, namun sebenarnya hati ini terselip rasa cemburu, entahlah mungkin orang bilang cemburu ini tak beralasan, tapi itulah kenyat
Pov Laras.Hari terus bergulir, hingga hari ini, aku mendapatkan pesan dari Ibu, kalau hari ini beliau meminta kami. Aku, Kak Firman dan juga Kak Yunita untuk makan malam disebuah restoran. Aku sedikit heran karena tak biasa Ibu mengajak kami makan di luar, Padahal biasanya, jika Aku atau Kak Firman mengajak Ibu makan keluar, Ibu sering menolak, beliau lebih suka makan di rumah, lebih leluasa katanya.Walaupun dalam hati ini meragu karena ternyata Ibu juga mengajak serta Tania, aku pun menyanggupinya untuk datang, sepulang dari kantor aku langsung menuju ke restoran yang sudah ditentukan Ibu. Dalam hati ini juga ada rasa was-was. Takut Ibu akan membahas rencananya yaitu menjodohkan Kak Firman dengan Tania.Jika benar itu yang akan Ibu katakan, aku akan langsung bersuara. Tidak setuju. Bahkan saat itu juga aku akan langsung bongkar tabiat asli Tania itu seperti apa. Agar Ibu tidak terus menerus harus menekan Kak Firman lagi.Aku berusaha untuk menyelesaikan pekerjaanku agar lebih cepat
Pov LarasAku pun memilih tak menanggapinya lagi, dan melangkah cepat untuk pulang. Tania masih berdiri di tempatnya.Setelah tiba di ujung gang tempat kos Tania, aku menunggu sebentar ojek online yang tadi kupesan.Kemudian aku langsung pulang ke rumah karena siang tadi Kak Firman mengabarkan, jika Ibu sudah di ijinkan pulang hari ini, jadi sekarang ini kemungkinan Ibu sudah ada di rumah Kak Firman. Kami sepakat untuk sementara Ibu tinggal di rumah Kak Firman, sampai kondisi Ibu benar-benar membaik.Dengan tinggal di rumah Kak Firman, di saat aku ke kantor dan Kak Firman sibuk di rumah makannya, ada Kak Yunita yang dengan telaten merawat Ibu. Aku bersyukur di saat aku sudah mulai dekat dengan Kak Yunita, Ibu mulai menyadari kesalahannya. Semoga hubungan baik diantara kami ini bisa terus seperti ini. Aku yang paling merasa bersalah pada Kakak iparku itu. Aku yang terlambat menyadari semuanya. Kini aku sadar pilihan Kak Firman memang yang terbaik, wajar saja jika Dia begitu bucin deng
Pov Laras"Bu, Laras seneng deh, sekarang Ibu bisa akur sama Kak Yunita, ternyata Dia baik ya Bu." Aku mulai membuka percakapan malam ini. Aku merebahkan tubuhku di samping Ibu, sudah cukup lama juga aku tidak tidur dengan Ibu. Aroma wangi tubuhnya yang selalu menenangkan. Hangat dan nyaman yang selalu aku rasakan jika berada di dekatnya.Malam ini aku begitu senang bisa bersembunyi di dekat ketiaknya."Iya, Ibu yang salah. Ibu terlalu egois, hanya karena termakan omongan teman-teman Ibu, secara tak sadar Ibu telah menyiksa batin menantu Ibu. Ibu sangat merasa bersalah, Ras."Ibu menatap langit-langit kamar ini, berucap tanpa menoleh menatapku. Ibu sudah menyadari kesalahannya. Sejenak terdiam."Ibu lihat juga kamu banyak berubah, Ras. Nggak ada lagi Laras yang manja yang selalu memaksa untuk dipenuhi semua keinginannya. Sekarang Ibu lihat anak gadis Ibu ini jauh lebih dewasa, lebih sopan, dan ramah, terutama pada Kakak iparnya," sindir Ibu."Bukankah setiap orang itu memiliki hak untu