sudah update, maaf cuma seidkkt ya
"Ini gelang peninggalan pemberian mertua Tante. Ibunda dari Om Rudi. Dulu beliau juga memberikan saat Tante dan Om Rudi akan melangsungkan acara pertunangan."Yasmin memberikan sebuah gelang cantik bertahtahkan berlian yang berkilauan dan nampak sangat cantik."Ini untuk saya, Tante?" Rara belum menerima gelang tersebut, karena dia masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Yasmin mengangguk dan segera menggapai tangan Rara. Wanita paruh baya itu memasangkan gelang pada pergelangan tangan Rara. "Cantik dan pas sekali gelang ini di lengan kamu Sayang."Raut penuh kebahagiaan nampak sekali di wajah cantik Yasmin, sembari menepuk telapak tangan Rara. Kini gelang keluarga yang tentu saja harganya tak mungkin murah.Rara menatap takjub pada kecantikan gelang yang saat ini melingkar di tangannya."Gelang ini selalu diberikan turun temurun untuk pada istri pewaris keluarga Pranama." Yasmin pun terus menambahkan.Rara mengangguk. "Terima kasih banyak atas semua ini." Rara masi
"Baiknya acara pertunangan itu dihilangkan saja, kalian langsung menikah saja minggu depan. Tante sudah tak sabar untuk menimang seorang cucu, pewaris keluarga Pranama."Yasmin mengatakan kedua kalimat itu dengan nada yang terdengar sangat enteng sembari menyungingkan sebuah senyuman manis."Ta-tapi ... Tante. Apa hal itu tidak terlalu terburu-buru?" Saking kagetnya Rara dengan perkataan Yasmin itu, sesaat tadi mulutnya sampai membentuk huruf O."Tidak dong Sayang. Bukankah hal yang baik itu memang harus dipercepat?" ucap Yasmin yang memang saat ini dalam pikirannya hanya ingin memberikan kebahagiaan untuk Arjuna. Setelah perjodohan pertama yang gagal dulu, tentu dia tak ingin sang anak nanti bernasib sama, rumah tangganya menjadi berantakan karena pilihan calon istri yang tidak tepat.Sedangkan Rara, wanita cantik ini adalah pilihan Arjuna sendiri. Yang didukung dengan sepenuh hati oleh semua anggota keluarga Pranama. Rara mengangguk, membenarkan apa yang baru saja keluar dari mulut
"Saya setuju, Tante. Tapi ... entah dengan Kak Satria." Yasmin sejenak langsung membelalakkan mata mendengar apa yang dikatakan oleh calon menantunya itu. Dia memang tadi sempat lupa dengan Kakak kandung Rara, yang sempat tak merestui hubungan Rara dengan Arjuna."Ah iya ... Tante hampir lupa. Tapi ... sepertinya Tante yakin jika Satria pun sangat setuju dengan rencana itu." Yasmin memang berkata seperti itu, tetapi pancaran matanya mengatakan jika tak mempercayai jika Satria pun akan memperbolehkan jika pernikahan itu dilakukan dalam waktu yang lebih cepat."Saya akan mencobanya nanti, Tante."*"Aduh ... aku harus bicara gimana dengan Kak Satria?" Sejak beberapa waktu yang lalu, Rara hanya mondar mandir saja di dalam kamarnya. Sembari memegang ponselnya dengan wajah yang nampak bingung."Aku harus segera menelepon Kak Satria!"Setelah beberapa waktu yang lalu terus menimbang, akhirnya Rara pun menelpon sang kakak. Sembari berdoa agar sang kakak tak marah."Ada apa, Ra?" Satria la
"Terima kasih banyak ya, Lin," ucap Rara saat memberikan beberapa dokumen yang baru selesai dia tanda tangani. "Apa masih ada lagi?"Dengan cepat Linda pun menerima bergaya dokumen itu. "Untuk hari sepertinya sudah çukup, Nona." Setelah berucap demikian Linda pun langsung akan pergi. "Kalau begitu saya permisi dulu, Nona."Rara mengangguk, "silahkan."Hari ini memang jadwal Rara di kantor tak terlalu padat. Pagi tadi dia sudah menyelesaikan meeting, dan setelah memeriksa semua dokumen tadi, dia tak lagi punya pekerjaan.Jam menunjukkan pukul sebelas siang, Rara memang telah berjanji untuk makan siang dengan calon suaminya."Aku akan menelepon Stella!" Raut wajah Rara yang tadi terlihat lembut pun kini berubah menjadi sedikit centil.Segera dia menekan layar benda pipih kesayangannya itu, beberapa menit kemudian panggilan pada Stella itu pun diterima. "Aku ada kabar, Stella. Entah ini kabar bahagia atau kabar apa." Rara mengawali obrolan melalui sambungan telepon itu dengan candaan.Di
"Semoga semua berjalan dengan lancar ya Tuhan." Doa yang sama seperti itu, terus saja diucapkan beberapa kali dalam sehari oleh Rara. Rasanya itu adalah sebuah hal yang wajar, karena dia akan memulai awal kehidupan yang baru. Setelah jatuh dan terpuruk dalam pernikahan yang salah dulu."Kali ini semua akan berjalan dengan restu Kak Satria, semoga tak ada lagi halangan apa pun."Saat seperti ini, Rara malah mengingat ketika akan menikah dengan Nizam dulu. Pernikahan yang terjadi tanpa adanya restu dari sang kakak. Hanya saja saat itu karena dia begitu cinta buta pada Nizam, sampai tak memikirkan resiko apa pun, yang penting bisa bersama dengan pria terkasih."Ra ... nggak apa apa kan jika nanti pernikahan kita ijab kabulnya hanya di KUA saja?" tanya Nizam saat itu, sekitar dua minggu lagi saat itu.Rara yang memang sedang dimabuk cinta pun tentu hanya mengiyakan saja. "Iya gak apa-apa kok Mas. Yang penting sah dimata agama dan hukum.""Terima kasih banyak ya Ra. Aku janji akan sela
"Telat lima menit," ucap Arjuna sambil menatap jam tangan mewahnya, saat Rara baru saja sampai di restoran Sandy's.Rara pun tersenyum dengan menampakkan deretan gigi putihnya. " Baru lima menit saja 'kan?"Arjuna pun tersenyum tipis dan segera menyiapkan kursi untuk Rara. Masih ada Sedikit rasa kesal sepertinya dalam hati, karena menunggu Rara, sang pujaan hati, meski hanya satu detik saja, rasanya sudah seperti bertahun-tahun lamanya."Mau makan siang apa?" Arjuna kembali bertanya saat keduanya sudah duduk menghadap meja makan mewah itu.Sembari mengatur nafasnya, Rara pun segera memesan. Pesanan yang sama seperti yang dipesan Arjuna."Kenapa ngos-ngosan? Apa baru dikejar hantu?" tanya Arjuna lagi sambil menatap lekat wajah Rara.Kembali Rara menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum kikuk. "Nggak sih." Simple sekali jawaban yang di berikan oleh Rara. Tadi saat sudah sampai di parkiran restoran, dia memang langsung berlari. Kenal sejak lama dengan Arjuna, membuat dia paham bagaim
"Sebisa mungkin aku akan membahagiakan kalian. Dan, aku berjanji. Hanya ada kamu di hati ini hingga nafasku berhenti."Hati wanita mana yang tak akan bahagia mendapatkan ucapan seperti itu. Bahkan meski mungkin kalimat tersebut hanyalah sebuah rayuan gombal belaka, tetapi tentu saja sudah membuat melambung tinggi.Apa lagi jika dikatakan dengan tulus dari dasar hati oleh seorang Arjuna seperti ini, spontan saja langsung membuat wajah Rara merona."Amiiin. Aku pun berdoa seperti itu, Kak. Semoga saja hanya maut yang akan memisahkan kita nanti." Rara menimpali perkataan calon suaminya itu.Beberapa saat manik mata keduanya saling beradu sembari Arjuna masih memegang tangan Rara. Kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu, merasa sangat bahagia satu sama lain. Harapan dan doa terus saja diucapkan dalam hati oleh keduanya, hanya berharap jika nanti setelah menikah, rasa cinta itu akan terpupuk lebih subur lagi."Permisi. Makanan Anda sudah siap."Hingga suara pelayan yang mengantarkan makan
"Apa Mama Rara akan segera menikah dengan Papa?" tanya Daffa polos saat makan malam bersama di rumah keluarga Pranama itu."Tentu Sayang. Kurang sepuluh hari lagi." Yasmin dengan segera menjawab pertanyaan dari cucu kesayangannya itu."Asyikk!" Daffa dengan segera berteriak ah menunjukkan wajah yang begitu bahagia. "Daffa akan punya mama lagi!"Bocah kecil yang memang sejak lama sudah mengidolakan Rara itu, begitu senang, karena impiannya selama ini akan segera menjadi kenyataan.Waktu yang hanya kurang sepuluh hari saja, membuat rutinitas di rumah megah itu menjadi mulai rame. Banyak hal yang perlu dipersiapkan, mengingat karena waktunya pun begitu mendadak.Yasmin yang ingin pernikahan anak satu satunya itu menjadi paling sempurna, pun menyewa sebuah wedding organizer terbaik di Nusantara ini. Semua haruslah serba nomer satu, sehingga akan menjadi begitu berkesan. Sedangkan para pria pun tak malas membantu Arjuna yang mempersiapkan masalah surat menyurat. Yang pasti semua keluarga