"Selamat siang Nyonya Arjuna Pranama. Apa saya boleh masuk?" Arjuna menyembulkan kepalanya di pintu ruangan kantor Rara sambil tersenyum menampakkan gigi putihnya.Rara kaget dan sontak tersenyum, sedangkan Linda yang kini berada di dalam ruangan itu juga nampak menjadi kikuk."S-saya permisi dulu, Nyonya." Linda mulai membereskan dokumen dan berjalan sedikit menjauh dari meja kerja Rara."Santai saja Linda. Apa semua sudah selesai?" Rara nampak masih tenang saja."Untuk saat ini sudah Nyonya. Tidak ada lagi sampai esok hari." Tangan cekatan Linda kini membawa semua dokumen."Oke, kalau begitu terima kasih banyak ya."Linda mengangguk dan keluar dari ruangan itu setelah menunduk juga pada Arjuna yang tadi bediri tak jauh dari pintu."Sudah selesai?" Arjuna berjalan mendekati sang istri dengan wajah sumringah. Pria itu kemudian menatap Rara penuh cinta. "Kamu begitu cantik, Sayang."Seperti tak sadar Arjuna berkata seperti itu, saat Rara belum menjawab . Seperti terhipnotis pada wanita
"Ini tentang Raja, Ra. Harus bagaimana lagi sih agar aku bisa mendapatkan hatinya?"Rara malah tertawa mendengar curhatan dari sahabatnya itu. "Eh ... Kok kamu malah ketawa sih, Ra?" ucap Stella dengan wajah kesal.Rara masih terbahak sambil menutup bibirnya. "Ya karena kamu lucu sih, Stell. Mana nih yang katanya Stella si penakluk pria? Baru segini doang udah mau nyerah. Cemen banget ih!"Stella menghembuskan nafasnya kasar sembari memutar bola matanya dengan malas. "Jahat banget sih kamu, Ra. Mentang mentang udah dapat sekelas Arjuna!" seru Stella sambil menyilang akan kedua tangannya di dada.Rara kembali terkekeh dan sesaat kemudian menjawil dagu Stella yang lancip. "Ya ampun .. gitu aja kok pakai ngambek segala sih cantik. Sensi amat. Lagi dapet?" Rara kembali menggoda Stella.Selama bertahun-tahun mereka menjalin hubungan pertemanan, baru kali ini memang Rara melihat seorang Stella galau karena cinta seorang pria.Padahal sejak SMA dulu, justru Stella lah yang paling sering me
"Apa kamu baik-baik saja Sayang?" Arjuna nampak begitu panik saat ini. Rara menganggukkan kepala dan tersenyum tipis. "Sepertinya hanya masuk angin dan kecapekan saja," jawab Rara yang kemudian langsung beranjak ke ranjang.Tenyata jawaban dari Rara itu tak memuaskan rasa penasaran Arjuna. Pria itu masih nampak begitu panik. "Mau minum obat? Apa mau aku pijit? Atau mau dipanggil kan dokter?" Arjuna mengikuti sang istri yang sudah berbaring di ranjang.Rara menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, Kak. Sepertinya aku hanya perlu istirahat.""Tentu ... Aku akan terus menemani kamu Sayang." Setelah membenarkan selimut dan mengecup kening Rara, Arjuna pun ikut berbaring di samping sang istri sambil memeluk dari belakang. "Istirahatlah, Sayang. Aku mencintaimu."Saat tadi Rara mual dan lari kembali masuk ke dalam rumah, Arjuna baru saja keluar dari kamar anak anak. Dia dan juga Handi langsung panik melihat kondisi Rara. Hanya saja Rara terus meyakinkan kedua pria tersebut jika dia hanya sed
"Akhirnya ... Aku bisa segera mewujudkan impian semua orang."Ya ... tadi ketika ke apotik Rara memang membeli beberapa alat test kehamilan. Bukan hanya satu, tapi kali ini tiga alat sekaligus dengan merek dagang yang berbeda langsung dicoba oleh Rara."Kak Juna dan anak anak pasti sangat bahagia nanti." Rara memejamkan matanya karena merasa begitu bahagia.Karena sudah pernah hamil sebelumnya, sedikit banyak Rara mengerti tanda tanda kehamilan. Sudah sehari memang dia telat datang bulan. Lalu ketika rasa mual itu mulai melanda, Rara pun menjadi semakin yakin. Tetapi dia tetap tak mau gegabah sebelum mengecek, akhirnya apa yang dia pikirkan kini telah menjadi kenyataan."Linda, tolong bilang ke ibu kantin untuk mengratiskan semua makan siang para karyawan hari ini. Semua makanan yang tersedia dihitung saja." Rara yang baru saja keluar dari toilet langsung memberikan tugas untuk Linda.Seperti biasa Linda langsung mengangguk. "Dalam rangka apa ini Nyonya?" Tetapi tak ayal dia juga pen
"Jangan Ma. Tolong biarkan saya sendiri yang mengatakan hal ini pada Kak Juna."Rara berkata sambil mengulum senyum di bibirnya. Dia bahkan sudah bisa membayangkan seperti apa nanti reaksi dari suaminya itu. Yasmin pun mengangguk Dan tersenyum tipis. "Baik Sayang. Mama menyerahkan semuanya sama kamu. Satu hal yang pasti, mama begitu bahagia saat ini. Terima kasih ban ya."Obrolan melalui sambungan telepon itu pun diakhiri. Saat itu Yasmin kembali berteriak dan memeluk Rudi yang nampaknya masih kikuk."Ada apa sih, Ma. Kok kamu kelihatan begitu bahagia?" Rudi bertanya sambil tersenyum. "Hem ... Apa di ulang tahun kali ini kamu mau hadiah yang istimewa dari Papa?" Rudi mencoba untuk menebak. Karena memang biasanya ketika ulang tahun seperti ini, Yasmin memang tak lupa selalu meminta apa yang dia inginkan, seperti anak kecil Dan tentu saja hal itu harus dikabulkan oleh Rudi.Tapi kali ini Yasmin malah dengan cepat menggelengkan kepalanya. Rudi mengernyitkan dahinya, " kenapa begitu?" ta
"Maaf! Maaf banget telat dikit. Tadi jalanan begitu macet dan aku juga lupa jatuh kunci mobil, jadinya agak lama dikit," ucap Stella dengan nafas terengah engah karena memang wanita cantik itu lari begitu kencang dari area parkir sampai ke dalam restoran mewah ini yang jaraknya sih memang lumayan. "Nggak apa apa kan? Belum ad Sepuluh menit kok."Stella kembali berucap sambil menunjukkan deretan gigi putihnya yang begitu rapi.Seorang pria tampan dengan pakaian rapi hanya tersenyum tipis dan mengangguk saja melihat kelakuan Stella yang sepertinya sedikit salah tingkah. "Silahkan duduk."Pria tersebut tak lain adalah Raja Sanjaya, pewaris pertama keluarga Sanjaya. Siang Ini Stella dan juga Raja memang berjanji untuk bertemu. Raja lah yang mengundang Stella, untuk membicarakan masalah brand ambasador tentang produk terbaru yang dikeluarkan oleh perusahaan Raja."Kamu nggak marah kan?" Stella nampak masih sedikit tak enak sembari menebarkan posisi duduknya."Tidak masalah," jawab Raja masi
"Aku akan menyetujui perjanjian itu, jika kamu mau mencoba pacaran denganku."Stella seperti begitu gampang mengucapkan kalimat itu, wanita cantik yang siang ini menggunakan dress warna putih selutut itu tersenyum dikulum. Kedua telapak kakinya yang ada di bawah meja terus saja dua gerak gerakkan. Stella tentu bukanlah seorang wanita cantik yang hanya mengandalkan kecantikan luar dan menampilkan yang luar biasa saja. Tetapi dia juga memiliki inner beauty dan kecerdasan yang tinggi. Ketika dia merasa banyak usahanya untuk mendapatkan Raja pupus, maka dia pun tak kehilangan akal. Lewat perjanjian kerjasama yang satu ini, dia tak ingin uang. Tetapi menginginkan agar bisa lebih dekat dengan Raja."Mak ...sudnya?" Raja membuka mulutnya lebar sambil mengerutkan alisnya. Belum habis rasa kagetnya, saat ini dia harus lebih kaget lagi dengan syarat yang diajukan oleh sang artis. Sehingga rasanya dia tak ingin jika apa yang baru saja didengar itu benar adanya.Stella mendecib dan tersenyum ke
"Baiklah. Saya setuju untuk melakukan perjanjian ini selama enam bulan ke depan."Kalimat panjang yang keluar dari mulut Raja itu, benar benar seperti sebuah angin segar yang memberikan begitu banyak kebahagiaan pada Stella.Stella mendekatkan wajahnya ke arah Raja. "Apa Anda bisa mengulang lagi kalimat tersebut Tuan Raja Sanjaya?" Stella sepertinya memang belum puas untuk menggoda Raja. Meski dia sudah mendengar dengan jelas apa yang keluar dari mulut pria itu, nyatanya dia masih ingin kalimayt itu kembali diulang. Tanpa Stela tahu, kalimat tersebut begitu sulit untuk dikatakan oleh seorang Raja. Bahkan tadi Raja harus mengungkapkan begitu banyak keberanian untuk bisa mengatakan hal itu. Sebagai seorang dewasa, tentu Raja sebenarnya sangat paham dengan jebakan Batman yang dibuat oleh wanita cantik itu. Tetapi kembali demi sebuah kepuasan dan kemajuan usahanya, tentu bukanlah suatu cara yang salah untuk menentukan hal itu."Kita bisa melakukan perjanjian untuk menjadi sepasang kekas